Mati itu pasti, waktunya yang tidak pasti, dan segala sesuatu kecuali Dharma tidak berguna. Demikian pedoman yang merupakan bagian dari sembilan poin perenungan kematian dan ketidakkekalan. Pada Jumat subuh, komunitas Kadam Choeling Indonesia menerima kabar bahwa Samaneri Jampa Choedron (akrab disapa Jetsun Kusho) telah tutup usia di kediamannya di Dharamsala, Himachal Pradesh, India, pada hari Kamis, 16 Juli 2020, pukul 17:30 waktu setempat.
Sontak kabar itu mengingatkan kita semua akan ketidakkekalan, dan juga sosok Samaneri Jetsun Kusho, yang adalah kakak tertua dari mendiang Biksu Losang Choepel (Lochoela) yang juga telah meninggalkan kehidupan ini beberapa tahun silam. Dari pembawaannya, seperti umumnya orang Tibet yang berjubah, Samaneri dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan penuh senyum. Orang-orang Indonesia, walau tidak paham secara bahasa, dapat dengan gampang mengenali rona wajah dan bahasa tubuh Samaneri yang sudah senior secara usia.
Tidak banyak yang bisa diketahui dari riwayat hidup Samaneri dikarenakan belum ada yang mendokumentasikannya. Namun, berdasarkan tuturan lisan dari Geshe Losang Palbar, tutor debat Sangha monastik KCI yang memang dekat dengan Samaneri dan telah dianggap seperti keluarga, diketahui bahwa Samaneri telah berjubah sejak usia yang amat sangat muda. Walaupun kondisinya amat sulit untuk mempertahankan kehidupan monastik di tanah kelahirannya, Samaneri berhasil menjaganya hingga masa pengasingan di India, bahkan hingga akhir hayatnya.
Sebuah anekdot akan perjuangan Samaneri dikisahkan oleh Geshe Losang Palbar, yaitu ketika para monastik dipaksa untuk melepaskan praktik berjubah dengan cara menempatkan laki-laki dan perempuan di dalam lokasi tempat tinggal yang sama. Terlepas dari proses demikian, yang dijalani Samaneri selama beberapa tahun, Beliau berhasil mempertahankan praktiknya.
Samaneri melewati masa tuanya dengan praktik penuh dedikasi kepada Guru Spiritual. Setiap tahun Samaneri dan keponakannya, yang juga adalah praktisi monastik berjubah, mengikuti retret dan transmisi Lamrim tahunan oleh Guru Dagpo Rinpoche di Biara Dagpo. Pada kesempatan itulah komunitas KCI bisa bertemu dengan Samaneri dan mendengarkan kisah perjuangan Beliau selama berada di Tibet. Mendengar kabar Samaneri tutup usia dari lokasi yang berjauhan, antara India dan Indonesia, tidak berarti info itu tidak tersampaikan. Justru sebaliknya, mengikuti nasihat Guru Dagpo Rinpoche, segenap komunitas KCI, baik monastik di Biara maupun umat awam di pusat-pusat Dharma KCI, telah menerima kabar dan mendoakan Samaneri.
*Info terakhir, ritual kremasi untuk Samaneri telah dirampungkan pada Senin, 20 Juli 2020.
Photo Source:
The Meaning of Silent Photographs
A Passage of Time to Discover the Essence of Devotion and Faith
Three Decades of Dagpo Rinpoche’s Noble Thought, Great Motivation, and Excellent Works in Nusantara