Pada tanggal 3-4 Januari 2019, telah berlangsung Rapat Kerja Nasional Kadam Choeling Indonesia (KCI) 2019 di Gedung Prasadha Jinarakkhita, Jakarta Barat. Rapat ini dihadiri oleh Y. M. Suhu Bhadra Ruci, Dewan Pembina, tamu-tamu undangan, serta perwakilan dari seluruh organ KCI yang meliputi Sangha KCI, Pesamuan Vajra KCI, Yayasan Wilwatikta Sriphala Nusantara (YWSN), Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim Nusantara (YPPLN), Panita Pembangunan Pusdiklat Jina Putra Tushitavijaya, P. T. Telaga Bening Sumberandong, Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA), Ikatan Perempuan KCI, Tim Sepuluh Juta Pelita Satu Harapan, Tim Big Heart Academy serta Panitia Peresmian Pusdiklat Jina Putra Tushitavijaya. Kegiatan ini ditutup dengan team building di Sekolah Global Sevilla pada tanggal 5 Januari 2019.
Seperti di Rakernas sebelumnya, seluruh hadirin bersama-sama membahas evaluasi program kerja setiap organ di tahun 2018 serta menyusun rencana kerja untuk tahun 2019. Tahun ini merupakan tahun yang spesial karena bertepatan dengan peringatan 600 tahun Je Tsongkhapa parinirwana dan ditetapkan sebagai “Tsongkhapa Year” oleh Geluk International Foundation. Agenda yang menjadi perhatian khusus kali ini adalah peresmian Pusdiklat Jina Putra Tushitavijaya yang rencananya akan diselenggarakan di akhir tahun 2019. Selain itu, keluarga besar KCI juga menyambut terbentuknya organ baru yaitu Tim Big Heart Academy (BHAc) yang bertugas menyelenggarakan kegiatan soul healing dan pengembangan diri untuk eksternal KCI, khususnya generasi muda dan kalangan non-Buddhis.
Dalam kata sambutan Suhu Bhadra Ruci saat mengawali rapat, Beliau menyoroti adanya kesamaan antara KCI dan kaum hippies barat yang mencari kebahagiaan dari kearifan filsafat Timur seperti yoga dan meditasi. Keduanya sama-sama tidak menemukan kepuasan dari mengejar ambisi duniawi seperti karir atau harta yang penuh persaingan dan memilih untuk menapaki jalan spiritual. Orang-orang yang memiliki ketertarikan terhadap spiritual juga semakin banyak muncul, terutama di kalangan non-Buddhis. Orang-orang seperti ini cenderung lebih terbuka terhadap Dharma. Hal ini terbukti di Indonesia Lamrim Retreat 2018 yang baru saja berlalu, berdasarkan pengamatan di sesi review, peserta non-Buddhis lebih banyak menerima manfaat dibanding yang Buddhis. Oleh karena itu, akan sangat baik jika organ-organ KCI yang berorientasi eksternal mulai mengeksplor metode-metode yang lebih sekuler untuk menjangkau golongan tersebut.