Senin, 18 November 2019–Yang Mulia Dagpo Rinpoche, guru Buddhis kelahiran Tibet yang diyakini sebagai kelahiran kembali Guru Suwarnadwipa Dharmakirti, meresmikan pendirian Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya di Gedung Prasadha Jinarakkhita, Jakarta Barat. Biara ini merupakan institusi pendidikan monastik pertama di Asia Tenggara yang menghidupkan kembali tradisi kebiaraan dari Biara Universitas Nalanda dan Wikramashila serta biara besar lainnya di masa lampau. Biara dengan tradisi ini juga hidup di peradaban Hindu-Buddha kuno Nusantara, tepatnya di Candi Muaro Jambi.
Guru Dagpo Rinpoche mengecapkan stempel tanda resmi Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya.
Peresmian ini diselenggarakan di penghujung acara Southeast Asia Lamrim Festival (SEALF) 2019, pengajaran Dharma oleh Dagpo Rinpoche yang berlangsung tanggal 11-18 November 2019, bertepatan dengan 30 tahun Guru Dagpo Rinpoche mengajarkan nilai bajik Buddhadharma di Indonesia. Acara dibuka dengan ritual Buddhis diiringi permainan gamelan salonding besi, alat musik sakral dari peradaban Buddhis Nusantara abad VIII. Kemudian, Kepala Biara Y. M. Biksu Bhadra Ruci mempersembahkan Biara secara simbolis kepada sang guru utama, Guru Dagpo Rinpoche, yang kemudian meresmikan pendirian Biara dengan penandatanganan dan pembubuhan stempel Biara pada prasasti peresmian. Prosesi ini juga dihadiri oleh tokoh-tokoh Buddhis nasional dari berbagai aliran seperti Y.M. Biksu Nyana Maitri Mahasthavira dan Y.M. Nyana Suryanadi Mahathera dari Sangha Agung Indonesia, beserta Y.M. Bikkhu Dhammiko selaku perwakilan dari Y.M. Bikkhu Sri Pannavaro Mahathera dan Lhama Norbu dari Tergar Meditation Center.
Guru Dagpo Rinpoche, Kepala Biara Y. M. Biksu Bhadra Ruci, dan Y. M. Nyana Maitri Mahasthavira dalam kirab budaya ala Nusantara di penghujung acara.
Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya didirikan di Desa Sumberoto, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Tujuan pembangunannya adalah untuk menciptakan kembali lingkungan positif untuk mendukung praktik hidup harmonis bagi pertapa Buddhis berdasarkan tradisi Guru Suwarnadwipa pada masa keemasan Sriwijaya.
Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya menggunakan rumah joglo kuno sebagai bangunan-bangunan utama.
“Saya memiliki satu harapan, dengan mempraktikkan belajar, merenung, dan memeditasikan Buddhadharma, kita bisa mencapai kebahagiaan dalam kehidupan ini dan yang mendatang sehingga kita bisa meraih kebahagiaan untuk diri sendiri dan juga makhluk lain,” kata Dagpo Rinpoche ketika memberikan sambutan.
Monumen dan arca di kompleks Biara mengingatkan kita akan peninggalan peradaban Hindu-Buddha di Nusantara.
Kompleks biara seluas 25 hektar ini dirancang oleh arsitek asal Yogyakarta, Eko Prawoto, dan menggunakan langgam Bali dan Jawa Timur. Sejak proses pengerjaannya dimulai tahun 2014 lalu, pekerja dan penghuni Biara aktif berkolaborasi dengan masyarakat dalam berbagai kegiatan seperti reboisasi, bakti sosial kesehatan, dan kembul budoyo.
Gamelan salonding besi,
kebudayaan peradaban Buddhis kuno yang akan dihidupkan kembali di Biara.
Informasi seputar Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya bisa ditemukan di:
<;i>Facebook: Indonesia Gaden Syeydrub Nampar Gyelwei Ling Monastery