Setiap orang tua selalu menginginkan hal yang terbaik untuk anak-anaknya. Namun apa definisi kata terbaik disini? Orang tua menginginkan anaknya pintar, juara kelas, sukses, dapat pekerjaan dan penghasilan besar, berbakti pada orang tua, dll. Tidak jarang anak menjadi aset atau investasi masa depan orang tuanya.
Anak juga menjadi suatu simbol kebanggaan orang tuanya. Maka dari itu anak harus sempurna. Anak diberikan pelajaran bertubi-tubi, les, ekstrakurikuler dll tanpa memperhatikan apa keinginan sang anak. Anak diberikan kemewahan, semua keinginannya dipenuhi, diajarkan arti penting materi. Lama kelamaan anak akan percaya bahwa materi adalah sumber kebahagiaan. Karena paham ini sesungguhnya yang didoktrin oleh orang tuanya sejak dia kecil. Jadi jangan merasa aneh jika semakin banyak anak-anak yang sangat egois, tidak bisa berbagi, sombong dll. Lebih menyedihkan lagi anak ini jiwanya rapuh, jika mengalami masalah dia tidak mampu untuk menghadapinya.
Anak seperti apa yang kita inginkan? Anak bukanlah robot ataupun komputer. Anak juga memiliki hati, jiwa dan impian. Seringkali kita orangtua justru menyayangi anak dengan cara yang salah. Anak tidak dididik dengan nilai-nilai kebaikan hati, keteguhan jiwa, kesabaran, kemandirian dll. Jadi anak boleh saja selalu ranking 1 disekolah tapi urusan tingkah laku itu nomer 2. Atau bisa jadi anak tidak pernah bisa mandiri, karena segala sesuatu selalu disempurnakan oleh orang tuanya. Orang tua tidak selamanya bisa mendampingi, oleh karena itu sepatutnya mental sang anak juga sudah mulai dilatih.
Jadi, lebih penting melatih kualitas pencapaian batin seorang anak, daripada hanya sekedar meraih medali atau juara umum. Tetapi bukan berarti pendidikan intektualitas tidak penting. Namun pendidikan budi pekerti, nilai-nalai kemanusiaan, nilai-nilai kebaikan, kejujuran lah yang justru lebih penting.
Gandharika Jayawardhani