Ciong lebih kurang adalah klesha itu sendiri, yang darinya kita mengumpulkan karma dan dari sanalah kemudian datang berbagai musibah atau bala yang bersesuaian dengan karma kita. Sumber dari semua klesha ini adalah sikap mementingkan diri sendiri, sikap merasa diri lebih penting, lebih baik, lebih mulia. Inilah sumber semua derita nestapa dalam hidup kita. Senada dengan ini, Yang Mulia Gyelse Tokme Sangpo berkata, “Segala macam bentuk penderitaan dihasilkan dari sikap mengejar kebahagiaan diri sendiri.” Dengan demikian, kita mengenali sejelasnya apa itu ciong dan apa yang sebenarnya akan kita tolak dalam puja 19 hingga 23 Februari nanti. Yang ditolak adalah klesha kita, terutama sifat mementingkan diri sendiri serta penderitaan akibat buah karma kita.
Tidak hanya klesha yang akan kita halau dalam puja lima hari nanti, namun juga penghalang lainnya yang merintangi praktik spiritual kita dalam rangka mencari kebahagiaan sejati. Ringkasnya, semua halangan dalam bentuk empat mara akan kita tolak dengan bertumpu pada praktik-praktik persembahan, pelafalan teks-teks puja, dan cara-cara lainnya. Tahun 2014 kali ini, secara khusus kita akan melafalkan teks “Permata Keberuntungan Upacara Empat Ratus Persembahan Pengumpul Semua Kemakmuran dan Kesejahteraan serta Pelenyap Semua Halangan”. Melalui puja tersebut, kita mengundang dan membuat persembahan kepada keempat Mara pengacau, yaitu Pasukan Dewa Mara, Mara Kekotoran Batin, Mara Skandha, dan Mara Raja Kematian. Persembahan yang unik pada puja ini adalah empat ratus buah persembahan, yang terdiri dari seratus buah tsa-tsa, seratus buah pelita, dan dua set persembahan lainnya yang masing-masing juga sejumlah seratus.
Apa yang kita persembahkan sebenarnya adalah kebajikan yang dikumpulkan melalui persembahan itu sendiri, berikut pembacaan teks dan puja pada hari-hari sebelumnya ataupun himpunan kebajikan lainnya dari praktik spiritual kita selama ini. Persembahan ini akan menghalau pikiran dan tindakan jahat dari pihak lain, menghalau roda waktu raja kematian, menghalau mantra jahat dan sihir berbahaya, menghalau mimpi dan pertanda buruk. Juga menghalau hari, bulan, dan tahun sial, serta semua penghalang yang melukai kita. Ringkasnya, dengan kebajikan yang terhimpun dari puja tersebut, ia akan menenangkan keempat Mara sehingga kita bisa ‘mengusir’ mereka agar tidak mengusik batin kita sepanjang tahun berjalan hingga seterusnya.
Setelah puja tolak bala Kadam Choeling Indonesia ini diadakan, bukan berarti berikutnya kita tak perlu lagi menolak klesha. Juga bukan berarti kita bisa bersantai dan berlengah diri sementara otomatis bala derita tertolak dan klesha melemah dengan sendirinya. Energi positif yang terkumpul dari upaya banyak orang melalui puja ini justru diharapkan menjadi pemantik awal bagi kita pada Tahun Kuda Kayu. Energi ini harus terus dirawat dan ditumbuh-kembangkan dengan semangat bertumpu pada guru spiritual, belajar, merenung, dan meditasi, untuk meraih kebahagiaan demi kehidupan mendatang.
Dengan motivasi tesebut, setidaknya-tidaknya upaya untuk menghimpun kemakmuran, kesejahteraan, dan menghalau berbagai penghalang benar-benar punya nilai manfaat bagi kehidupan kita. Sebaliknya, jika ternyata motivasinya kurang daripada ini, maka jadilah kita seperti yang dikatakan oleh Yang Maha Suci Dalai Lama Pertama Gendun Drub:
“belajar banyak tapi diterapkan untuk memenangkan delapan angin duniawi, ibarat mengirim sesajen pengusir hantu di pintu Barat meski hantu sebenarnya berdiam di pintu sebelah Timur, demikian aku melakukan sesuatu sia-sia”
Jadi, setelah berkesempatan serta dianugerahi kelahiran manusia yang berharga seperti kita dapatkan sekarang ini, sudah sepantasnya kita berlaku waspada untuk tak menyia-nyiakannya. Sebaliknya, kita harus berjuang untuk keagungan tertinggi, menetapkan hati pada tujuan berikut:
Pelindung yang tak terpisahkan dari Guru,
dengan rasa hormat aku berlindung padamu.
Semoga aku bisa menghilangkan semua halangan
semua makhluk tanpa kecuali.”
Sangat baik tentunya jika kita bisa membangkitkan motivasi agung yang demikian selama puja nanti, karena sungguh berlimpah nilai kebajikannya. Di sisi lain, kita juga senantiasa mengingat guru spiritual yang senantiasa melindungi dan memberkahi kita dengan berbagai cara.
Semoga kebajikan yang akan kita himpun menjadi sebab umur panjang Yang Mulia Dagpo Lama Rinpoche. Semoga aktivitas dharma Beliau dan para guru spiritual meluas dan bertahan selamanya, khususnya di Bumi Nusantara, Indonesia. Akhir kata, selamat menghalau mara, menolak bala derita diri sendiri dan sejumlah makhluk hidup tak terhingga.