Nama Tara berasal dari akar kata bahasa Sansekerta “Tarâ” yang berarti menyeberangkan. Dengan kata lain, Dewi Tara membantu menyebrangkan semua makhluk keluar dari lautan penderitaan (samsara). Dalam bahasa Tibet, Dewi Tara disebut Jetsun Drolma yaitu “Ibu Sang Pembebas’ atau Pagma Drolma yaitu “Pembebas Nan Mulia”. Di Indonesia sendiri, pemujaan terhadap Dewi Tara telah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan prasasti (prasasti, naskah) naskah kuno dan Candi Kalasan. Secara khusus, Candi Kalasan yang terletak di Jawa Tengah digunakan untuk pemujaan pada Dewi Tara. Dewi Tara juga dikenal memiliki banyak emanasi. Bentuk emanasi yang paling terkenal adalah 21 Dewi Tara. Dalam bentuk tersebut, Tara digambarkan berjumlah 21 dengan masin-masing aktivitas dan atributnya.
Menurut salah satu kisah, Avalokitesvara merasakan kesedihan karena belum berhasil menolong makhluk dari alam neraka. Karena kesedihan tersebut, Beliau menangis dan air mata yang menetes dari matanya berubah menjadi Dewi Tara. Dewi Tara sendiri juga dikenal sebagai yidam dari Guru Atisha. Dikatakan bahwa Dewi Tara pernah berjanji akan melindungi Guru Atisha dan seluruh pengikutnya.
Atas prakarsa dari Yang Mulia Lobsang Oser, Kadam Choeling Indonesia mengadakan Puja Tara 1000 Persembahan pada akhir tahun 2012. Secara umum, Puja Tara tersebut bertujuan untuk memohon welas asih dari Arya Tara untuk menghilangkan halangan dalam praktek spiritual dan memohon kebahagiaan demi semua makhluk. Secara khusus, Puja Tara dilakukan untuk memohon agar Yang Mulia Dagpo Rinpoche berumur panjang dan pembangunan Biara Kadam Choeling Indonesia dapat berlangsung dengan baik dan cepat serta tanpa halangan.
Puja Tara yang dilakukan selama 10 hari berturut-turut telah berhasil mengumpulkan sekitar 1080 Pujian 21 Tara (versi panjang), 1000 persembahan lengkap (set asli), 1000 mandala panjang, ribuan pujian Tara pendek (Drolmei Toypa), dll. Pujian 21 Tara yang dilakukan merupakan Ritual Empat Persembahan Mandala Tara versi Biara atau dikenal dengan sebutan “Droel Choyâ” atau (Droelma Mendel Shipei Choga Sheywa Shug So). Persembahan lengkap yang dipersembahkan meliputi air minum yang melambangkan kualitas belajar, Air basuh melambangkan purifikasi dari karma-karma negatif. Bunga melambangkan mutu. Dupa melambangkan kualitas moral (sila). Pelita melambangkan kebijaksanaan. Wewangian melambangkan keyakinan. Makanan melambangkan kualitas konsentrasi. Persembahan tersebut dibuat secara terus menerus pada setiap sesi Puja hingga di akhir hari terkumpul lebih dari 1000 set persembahan. Dalam puja Tara 1000 persembahan juga dilakukan persembahan torma untuk Arya Tara, para makhluk suci dan dewa lokal. Seribu mandala panjang dan Drolmei Toypa dikumpulkan secara kolektif oleh seluruh anggota komunitas Kadam Choeling Indonesia.
Puja Tara 1000 persembahan merupakan salah satu bentuk praktek pengumpulan kebajikan dan purifikasi yang dipersembahkan Kadam Choeling Indonesia. Semoga berkat pengumpulan kebajikan ini, ajaran Dharma dapat berkembang ke seluruh penjuru dan dapat bertahan dalam waktu yang sangat lama. Semoga Yang Mulia Dagpo Rinpoche berumur panjang dan pembangunan Biara Indonesia Gaden Syeydrub Nampar Gyelwei Ling dapat berlangsung dengan baik dan cepat. Semoga Arya Tara selalu memberkahi kita semua dan dengan cepat membawa kita menuju pencerahan yang lengkap dan sempurna. (DC)