“Penting sekali silsilah yang berasal dari Guru Atisha seharusnya terus berlanjut dan ditransmisikan kembali kepada Indonesia karena silsilah ini dulunya berasal dari Indonesia. Jadi, menurut saya sangat logis sekali dan juga merupakan sesuatu yang patut dilakukan apabila silsilah ini dikembalikan kepada Indonesia.”
Itulah sepenggal kutipan yang disampaikan oleh Yang Mulia Dagpo Lama Rinpoche dalam sambutan Beliau yang direkam di kediaman Beliau di Perancis dan diputar pada malam perayaan Sepuluh Tahun Kadam Choeling Indonesia di Graha Bhayangkara pada tanggal 30 Juli 2011. Kurang dari satu tahun kemudian, tepatnya tujuh bulan berselang, yakni pada tanggal 6 Februari 2012, pintu gerbang Kadam Choeling Indonesia yang beralamat Jl Sederhana kedatangan tamu istimewa dengan persembahan yang tak kalah istimewanya.
Ketika itu, Yang Mulia Bhante Sri Pannavaro Mahathera berkenan datang untuk mengantarkan persembahan, yaitu relik Guru Atisha yang selama ini dijaga oleh Bhante Panna. Yang Mulia Bhante diterima langsung oleh Bhiksu Bhadra Ruci(pendiri dan pengasuh Kadam Choeling Indonesia) beserta anggota Sangha Kadam Choeling lainnya. Relik Guru Atisha disambut dengan penuh penghormatan, layaknya Guru Atisha sendiri yang datang berkunjung.
Relik Guru Atisha diperoleh Bhante Pannavaro dari seorang bhikkhu Bengali, pada saat Bhante Panna menghadiri sebuah seminar di sana. Bhikkhu Bengali ini mendapatkannya dari PM Cina ketika itu, Mr. Chou En-lai.
Kedatangan Bhante Pannavaro pada tanggal 6 Februari 2012 bukanlah sebuah peristiwa lepas tanpa pertalian dan jalinan koneksi yang kuat. Sesungguhnya, Yang Mulia Bhante Sri Pannavaro telah bertemu dengan Yang Mulia Dagpo Lama Rinpoche pada kunjungan Beliau ke Indonesia untuk pertama kalinya, yaitu pada tahun 1989. Ketika itu, berkat hubungan baik Ny. Lan Tjoa dengan beberapa bhikkhu Indonesia, Rinpoche bisa bertemu dan berkenalan dengan bhikkhu-bhikkhu Indonesia ketika itu, yakni Bhante Girirakkhito, Bhante Ashin Jinarakkhita, Bhante Vajra Sagara, dan Bhante Sri Pannavaro Mahathera.
Yang Mulia Dagpo Rinpoche memang terkenal memiliki sifat penuh hormat dan menjunjung tinggi tata-krama dan sopan santun. Dalam kunjungan perdana Beliau ke sebuah negeri bernama Indonesia, yang ketika itu atas dasar undangan dan harapan baik dari Ny. Lan Tjoa, Rinpoche juga senantiasa menjunjung tinggi tata krama tersebut. Satu-satunya alasan Beliau menyetujui permohonan Ny. Lan Tjoa adalah karena Beliau merasa apabila bisa memberikan sedikit manfaat saja maka Beliau bersedia berbagi dengan orang-orang Indonesia.
Sebagai orang Tibet yang notabene orang Timur, Rinpoche menjunjung tinggi tata krama dan sopan santun yang menjadi ciri khas orang Timur. Dengan sikap seperti itulah Beliau kemudian bertemu dengan bhikkhu-bhikkhu Indonesia ketika itu, untuk menjalin koneksi dan persahabatan yang bertahan hingga bertahun-tahun setelahnya.
Kembali pada pertemuan pertama di tahun 1989, ketika itu Rinpoche diperkenalkan kepada Bhante Panna seorang sosok yang dipercaya sebagai reinkarnasi Serlingpa Dharmakirti. Mendengar hal tersebut, Bhante Panna sangat tertarik dan ingin berkenalan lebih lanjut. Kejadiannya berlangsung cepat, laksana buah matang yang tinggal menunggu jatuh dari pohonnya. Rinpoche dan rombongannya (seorang penerjemah dan Ny Lan Tjoa) datang tepat waktu menghadiri undangan Bhante Panna ke sebuah pondok sederhana.
Bhante Panna menunjukkan relik Guru Atisha kepada Rinpoche. Bukan sekadar menunjukkan, tapi Bhante Panna juga mempersembahkan sebagian dari relik tersebut kepada Rinpoche. Sebagai balasan, Rinpoche mempersembahkan teks “Pelita Sang Jalan Menuju Pencerahan” karya Guru Atisha kepada Bhante Panna. (Kisah lengkapnya ada dalam biografi Dagpo Rinpoche yang saat ini sedang dalam proses revisi dan penambahan).
Jadi, pada tanggal 6 Februari 2012, itu adalah kali kedua relik Guru Atisha dipersembahkan kepada Rinpoche. Kali ini, Bhante Pannavaro mempercayakannya kepada Kadam Choeling Indonesia — diwakili oleh Bhiksu Bhadra Ruci. Ketika itu, kedua sahabat tidak bisa bertemu tapi sempat bertukar kabar melalui sambungan telepon internasional yang menghubungkan Bandung dengan Perancis.
Sejak kunjungan perdana pada tahun 1989, Dagpo Rinpoche dengan setia terus berbagi pelajaran dengan murid-murid yang dianggapnya sebagai sahabat-sahabatnya di Indonesia. Termasuk pada tahun 2012 yang baru lalu, Rinpoche berkenan datang dan memberikan transmisi teks “Pembebasan di Tangan Kita” untuk tahun ketiga. (Transmisi tahun pertama dimulai pada 2010, berlanjut pada 2011).
Dalam rangkaian kunjungannya ke Asia Tenggara tahun 2012-2013, Dagpo Rinpoche memberikan sesi pelajaran pada tanggal 5 dan 6 Januari 2013 di Gedung Lion Tower, Jakarta. Dalam kesempatan yang amat baik ini, Bhiksu Bhadra Ruci berinisiatif untuk mempertemukan kedua sahabat lama tersebut di kota Jakarta. Setelah mengatur janji, Yang Mulia Bhante Sri Pannavaro datang sesuai dengan waktu perjanjian, yaitu pada hari Minggu tanggal 6 Januari 2013.
Kedua sahabat lama ini akhirnya bertemu muka secara langsung. Senyum bahagia terpancar dari raut wajah masing-masing. Bahkan orang-orang yang berada di sekeliling kedua sosok ini bisa turut merasakan jalinan persahabatan yang hangat, yang dilandasi sikap saling menghormati ini. Sebelum berpisah, Rinpoche mempersembahkan rupang Lama Serlingpa kepada Bhante Sri Pannavaro. Kiranya jarak dan waktu tidak pernah memisahkan keduanya. (Red)
* * * * *
1000 Tahun Kedatangan Atisha ke Indonesia: Pentingnya Mengembalikan Silsilah Guru Atisha ke Indonesia
(Kata Sambutan YM Dagpo Rinpoche pada peringatan 10 Tahun Kadam Choeling Indonesia)
Bandung, 30 Juli 2011
* * *
Pada kesempatan ini, yaitu pada perayaan Sepuluh Tahun Kadam Choeling Indonesia, saya ingin menyampaikan salam kepada semuanya. Pertama-tama saya hendak menyapa para anggota Sangha karena di antara Anda semua ada yang anggota Sangha dan juga yang bukan, sehingga ada banyak jenis anggota di dalam sebuah centre. Juga kepada delapan cabang berbeda, saya ingin menyapa Anda semua.
Kalau kembali ke masa lalu, yaitu lebih dari sepuluh tahun yang lalu, ketika saya pertama kali bertemu dengan seseorang yang sekarang dipanggil dengan Gyenla atau Suhu. Ketika itu ia adalah seorang pemuda, seorang jurnalis, seorang yang masih muda yang sangat ingin belajar Dharma dan mempraktikkannya. Dan ternyata memang itulah yang dilakukan oleh pemuda tersebut, ia menempuh segala rintangan dan bersusah payah untuk mempelajari Dharma, bahkan sampai ke India. Di sana ia menerima banyak ajaran dan mempraktikkan ajaran-ajaran yang diterimanya tersebut. Jadi, pada dasarnya, pemuda yang pertama kali saya temui itu dengan pemuda yang sekarang ini sudah banyak berubah. Dia sekarang adalah seorang Gyenla yang sudah ditahbiskan, seseorang yang demi menyediakan akses Dharma bagi banyak orang, telah melakukan banyak hal sehingga niat ini bisa tercapai.
Dalam kesempatan ini saya hendak mengucapkan banyak terima kasih kepada Gyenla, yang sudah menyediakan akses kepada banyak orang untuk mendapatkan ajaran-ajaran Dharma, baik ajaran Buddha secara umum maupun ajaran Guru Atisha, yang mana inti dari ajaran ini adalah Lamrim yaitu Tahapan Jalan Menuju Pencerahan untuk ketiga jenis praktisi.
Begitu banyak orang yang sudah mendapatkan akses pada ajaran Buddha, tapi tidak cukup kalau hanya dipelajari saja. Saya mendorong Anda semua untuk memasukkan ajaran ke dalam hati, dengan kata lain mempraktikkan apa yang sudah dipelajari di dalam sebuah proses belajar. Sehingga Anda bisa menjadi seseorang yang mengintegrasikan Buddha Dharma di dalam diri Anda sendiri. dengan demikian, Anda bisa mendapatkan manfaat dari ajaran untuk diri Anda sendiri, tapi selain itu juga bisa berbagi ajaran ini kepada orang lain. Dengan kata lain ikut menyebarkan Dharma kepada orang lain, sehingga masing-masing dari Anda bisa menjadi seseorang yang mengemban Dharma di dalam dirinya. Dengan demikian barulah Anda berada pada posisi yang bisa berbagi kepada sebanyak mungkin orang di sekitar Anda, supaya sebanyak-banyaknya orang bisa mendapatkan manfaat dari apa yang sudah Anda rasakan sendiri manfaatnya.
Dengan kata lain, kalau Anda mempraktikkan apa yang sudah Anda pelajari dari ajaran-ajaran Buddha, yakni menjadi seorang praktisi sejati, barulah Anda bisa berbagi apa yang sudah Anda dapatkan untuk diri sendiri, kepada orang lain, dengan demikian menolong banyak makhluk.
Dharma Center ini bertumbuh dengan pesat dan cepat. Ini merupakan hasil dan upaya dari banyak orang, sehingga banyak orang bisa belajar dan mempraktikkan Dharma. ini adalah sesuatu yang luar biasa. Juga ada begitu banyak anggota Sangha. Setiap tahun, semakin banyak orang yang ditahbiskan, ini adalah sesuatu yang sangat penting untuk memenuhi harapan saya bagi Indonesia. Di masa lampau, seperti yang Anda ketahui, Buddha Dharma dalam bentuk yang lengkap telah menyebar ke seluruh Indonesia tapi dikarenakan beberapa situasi dan keadaan, ajaran ini kemudian merosot.
Di masa lampau di Indonesia, ajaran dan Dharma menyebar luas di negeri ini, yaitu ajaran-ajaran yang tercakup dalam Tiga Latihan Tingkat Tinggi, yakni Sila, Samadhi, dan Panna. Ajaran-ajaran ini menyebar luas, termasuk praktik keempat kelas Tantra Buddhis. Ajaran ini menyebar luas pula di Indonesia di masa lalu, tapi dikarenakan kondisi tertentu ajaran ini sekarang sudah merosot. Bukti-bukti yang menunjukkan ini sangat banyak. Seperti misalnya kapan pun ada orang yang menggali tanah, mereka akan menemukan situs-situs arkeologi yang menjadi bukti jejak-jejak Buddhisme, misalnya dengan ditemukannya rupang-rupang istadewata buddhis dan rupang lainnya yang ditemukan tertimbun di dalam tanah. Dengan ini kita mengetahui betapa Buddhisme punya sejarah di Indonesia. Tapi itu sudah merosot dan belakangan ini sudah kembali lagi ke negeri ini melalui beragam silsilah yang datang dari beragam negara, misalnya Thailand yang memperkenalkan praktik Vinaya dan Abhidharma, dan juga silsilah dari Burma serta Cina juga. Ada beberapa ajaran Tantra yang datang juga ke sini tapi saya tidak tahu apakah itu silsilahnya lengkap, misalnya praktek Tantra Kriya juga ada di negara ini. Belakangan ini ada tambahan praktek-praktek Tantra lain, termasuk praktek Tantra tertinggi yaitu Anuttara Yoga Tantra. Ini semua merupakan pertanda akan kebajikan yang meningkat dari orang-orang Indonesia sendiri. jika tidak ada kebajikan, sudah pasti Anda tidak akan mendapatkan akses terhadap ajaran ini. Ini sudah pasti. Apa yang paling penting lagi adalah silsilah yang datang dari Guru Atisha seharusnya terus berlanjut dan ditransmisikan kembali kepada Indonesia. Alasan untuk ini akan saya jelaskan sekarang.
Alasan mengapa saya merasa bahwa ini sangat penting, yaitu terutama silsilah yang berasal dari Guru Atisha untuk ditransmisikan kembali ke Indonesia adalah dikarenakan silsilah ini dulunya berasal dari Indonesia. Dengan kata lain, silsilah Guru Atisha berasal dari Indonesia, silsilah yang kemudian ditransmisikan kepada orang-orang Tibet. Jadi, silsilah ini aslinya berasal dari Indonesia. Jadi menurut saya sangat logis sekali dan juga merupakan sesuatu yang patut dilakukan apabila silsilah ini dikembalikan kepada Indonesia. Dan ini merujuk pada Tahapan Jalan menuju Pencerahan untuk ketiga jenis praktisi dan ajaran Pelita Jalan Menuju Pencerahan, termasuk juga ajaran dan silsilah dari keempat kelas Tantra. Saya pribadi sangat berharap bahwa inilah yang terjadi dan saya mendorong Anda semua untuk mengeluarkan upaya sebaik-baiknya untuk menerima transmisi dan ajaran, dan setelah itu mempraktikkannya, menguasainya, untuk kemudian dibagikan kepada sesama bangsa Indonesia itu sendiri.
Sekali lagi, alasan mengapa saya bersikeras bahwasanya ini adalah sesuatu yang sang penting, yaitu memperkenalkan kembali ajaran Guru Atisha berikut silsilahnya kepada orang Indonesia adalah dikarenakan Anda semua jelas sekali memiliki koneksi yang dekat sekali dengan ajaran ini. Sehingga inilah alasan yang semakin memperkuat mengapa ini penting sekali. Dengan demikian, Anda semua bisa memfasilitasi ajaran dan praktik ini kepada bangsa ini. Sebenarnya yang saya maksudkan tidak terbatas untuk Indonesia saja. Saya sungguh berharap bahwa Dharma bisa tersebar dengan baik di Indonesia. Dewasa ini kita melihat ada begitu banyak pandangan dan filosofis berbeda-beda yang dianut oleh orang-orang dewasa ini. Semakin sedikit orang-orang yang mengakui adanya kehidupan setelah kematian. Mereka tidak mengakui bahwa setelah kehidupan yang satu ini akan ada kelanjutan pada kehidupan berikutnya. Akibatnya semakin banyak orang yang terobsesi dengan kehidupan saat ini saja. Sehingga orang-orang dewasa ini semakin materialistis, dan tujuan hidup mereka adalah meningkatkan kekayaan, dan seterusnya. Bukan berarti tidak boleh mencari kekayaan tapi untuk mendapatkan kebahagiaan, tidak cukup kalau kita hanya mengejar benda-benda materi. Terkecuali ada sesuatu yang dilakukan terhadap hal ini, berarti akan semakin banyak orang yang tidak bahagia di dunia ini.
Jadi kalau misalnya Buddha Dharma bisa tersebar luas di Indonesia dan berkembang di negara ini dengan baik, maka dari negara ini kemudian bisa menyebar ke negara-negara lain, misalnya ke negara-negara buddhis atau negara buddhis yang sudah merosot, bahkan ke negara-negara di mana buddhisme belum pernah tersebar sama sekali.
Sekali lagi, saya dengan tulus berharap bahwa tujuan ini bisa tercapai, yaitu tujuan-tujuan yang baru dijelaskan tadi. Anda semua haruslah berjuang untuk meningkatkan praktik Anda sendiri. Sebagai penutup, saya sungguh-sungguh berharap bahwa kita semua bisa mencapai tujuan ini dan saya pribadi akan berdoa supaya tujuan ini bisa terwujud. Di sisi Anda semua, tentu saja Anda semua harus juga mengeluarkan upaya. Saya berharap Anda semua mengeluarkan upaya yang dibutuhkan. Saya sungguh bahagia bahwa ada begitu banyak orang yang bisa bertemu dengan ajaran Buddha, dengan demikian tingkat kebahagiaan Anda semua bisa meningkat, hingga akhirnya kita semua bisa mencapai tujuan tertinggi yang kita inginkan bersama. Terima kasih banyak. Sampai jumpa segera.