Sepuluh tahun yang lalu ketika semua anggota Sangha Agung Indonesia mengadakan upacara doa demi kesembuhan Sukong di Jakarta, waktu itu kami diingatkan bahwa saat ini kita semua adalah memakan makanan sisa dari beliau. Betapa tidak , Beliau adalah peletak pondasi Buddhayana, sebuah wadah bagi aneka mazhab dan sekte di dalam kebhinnekaan budaya nusantara. Beliau adalah juga pelopor agama Buddha di Indonesia. Saat ini kita dapat melihat banyak orang yang berpraktek Dharma. Dapat kita temui banyak anggota Sangha dan pusat-pusat Dharma berdiri di mana-mana, vihara-vihara banyak berdiri sampai ke pelosok negeri. Semua itu adalah jasa besar Beliau.
Suatu sore sepuluh tahun yang lalu, ketika sedang belajar di India, saya ditelpon dari Bandung yang mengabarkan bahwa Sukong telah wafat. Seketika itu, saya mengabarkan berita ini ke Perancis. Dagpo Rinpoche menyarankan saya segera kembali ke Indonesia untuk mengikuti upacara perkabungan bagi Beliau. Beliau mengatakan bahwa Sukong adalah seorang tokoh besar yang menghidupkan Buddhadharma di Indonesia. Jasa Beliau sangat besar. Bagi Rinpoche, Sukong adalah salah satu orang yang sangat memberi kesan yang mendalam, karena kesahajaan dan ketokohan beliau.
Saat ini, Indonesia kembali merindukan kehadiran sosok Sukong yang menginspirasi semangat akan praktek Dharma yang murni. Banyaknya pusat dharma yang berkembang juga memberi dampak akan merosotnya keyakinan umat Buddha akan Hukum Karma dan Keyakinan pada Triratna. Kesibukan sehari-hari yang membuat kita semua lebih mementingkan kehidupan pada saat sekarang ini, kita melupakan praktek dharma yang murni.
Banyaknya pusat dharma yang berkembang tidak serta-merta menjadi parameter makin majunya batin seseorang. Banyak di antara kita yang mengenakan jubah upasaka atau anggota sangha hanya sekedar memenuhi kemelekatan akan status sosial dan kebanggaan akan kesibukan berorganisasi. Saya sangat yakin bahwa Sukong tidak menginginkan hal ini terjadi. Saya ingat dalam buku riwayat “Menabur Benih Dharma di Nusantara,” Beliau mengatakan bahwa Beliau ingin melihat banyak orang suci di mana-mana. Kita masih jauh dari sebutan orang suci.
Saat ini bertepatan dengan peringatan sepuluh tahun parinirwana Sukong. Bangsa Indonesia sangat merindukan sosok seorang Sukong yang memberikan inspirasi dalam praktek dharma dan memberikan semangat keharmonisan dalam keanekaragaman buddhadharma dalam aneka ragam budaya Indonesia. Semoga putra terbaik bangsa Indonesia dan tokoh besar jelmaan para guru leluhur bangsa Indonesia ini kembali hadir dalam jiwa setiap umat buddha Indonesia, terutama bagi segenap keluarga besar Buddhayana Indonesia.
Semoga benih benih buddhayana yang telah Beliau semai tidak surut tetapi dapat berkembang dengan pesat.