Catatan perangkum: Di awal dan tengah siaran web ini terdapat gangguan pada koneksi internet, sehingga tidak bisa diterima dengan lengkap. Rangkuman ini dituliskan apa adanya berdasarkan catatan tangan penerjemah Bahasa Indonesia, sehingga banyak bagian yang hilang atau terpotong.
Rinpoche tidak akan menguraikan apa yang dimaksud dengan tujuan tertinggi ini kata per kata. Namun, intinya kelahiran kembali sebagai manusia ini ibarat perahu yang kuat, yang sanggup mengangkut orang menyebrangi lautan samsara yang penuh penderitaan. Guru Shantidewa menekankan agar mereka yang telah mendapatkan kemuliaan terlahir sebagai manusia untuk tidak menyia-nyiakannya dengan perilaku yang ceroboh, malas, tidur-tiduran, dan sebagainya. Sebaliknya, ia haruslah mengambil manfaat penuh dari kemuliaan kelahiran kembali sebagai manusia tersebut.
Pada kutipan tersebut Guru Shantidewa mengajarkan seseorang untuk tidak bermalas-malasan dan melakukan tindakan yang bodoh. Kita harus bisa menarik ajaran itu untuk diterapkan pada diri kita secara pribadi. Sekarang ini kita sudah memiliki kondisi-kondisi yang baik, baik eksternal maupun internal.
Kondisi eksternal yang baik antara lain kita semua di sini bisa makan, minum, dan berpakaian yang layak. Kita juga tinggal di negara yang bebas, dalam artian kita menikmati kebebasan dalam tingkat tertentu, bebas berpikir sesuai keinginan kita, dan seterusnya.
Kondisi internal yang baik antara lain kita tidak memiliki sakit mental yang parah yang bisa mencegah kita untuk berpikir dengan jernih, kita bisa menggunakan intelegensi kita untuk berpikir, dan sudah terhindar dari halangan-halangan mental yang berat.
Kondisi internal yang baik lainnya, yang merupakan kondisi yang sangat penting, adalah kita di sini memiliki ketertarikan kepada ajaran Buddha. Ini merupakan kondisi yang sangat penting dan sangat langka. Banyak orang pintar dan memiliki intelegensi tinggi, tapi mereka menggunakannya untuk hal-hal lain, sehingga tidak bisa mendapatkan manfaat dari ajaran-ajaran Buddha, seperti yang bisa kita nikmati karena kita memiliki ketertarikan pada ajaran Buddha. Hal ini benar adanya pada diri Anda sekalian, diri saya sendiri, dan juga untuk kita semua, dan ini adalah sesuatu yang penting sekali.
Terlepas dari kondisi eksternal dan internal yang baik yang kita nikmati sekarang ini, kondisi-kondisi tersebut tidak akan berlangsung selama-lamanya. Cepat atau lambat mereka akan berakhir dan kita harus berhadapan dengan masalah-masalah. Ini cuman masalah waktu saja sebelum masalah mulai timbul dalam hidup kita, sampai pada saat kita menghadapi masalah besar, yaitu kematian kita. Kematian kita pasti, tapi waktu kematian tidak pasti.
Dikarenakan waktu kematian yang sangat tidak pasti, kita harus berhati-hati menggunakan waktu. Ibarat seseorang yang uang bulanannya pas-pasan. Misalnya seseorang yang harus bisa bertahan hidup dengan uang 30 Euro sebulan, yang merupakan sesuatu hal yang mustahil di belahan bumi tertentu. Intinya seseorang yang memiliki anggaran bulanan yang ketat harus berhati-hati menggunakan uangnya supaya jangan sampai dihabiskan dalam beberapa hari dan kemudian menghadapi masalah besar di sisa waktu berikutnya. Oleh sebab itu, kita harus berhati-hati menggunakan uang, sama halnya kita menggunakan waktu kita. Janganlah menyia-nyiakan waktu yang kita punya karena kita sudah mendapatkan kelahiran kembali sebagai manusia yang sangat berharga ini.
Kondisi kita sekarang ini ibarat sedang menghadapi situasi gawat darurat (emergency). Bagi Anda sekalian yang mendengar Rinpoche bicara demikian mungkin akan bertanya-tanya mengapa Rinpoche kok seakan-akan menakuti-nakuti kita semua, padahal sekarang ini kita sedang duduk di sebuah tempat yang indah, dikelilingi oleh teman-teman dharma, dalam suasana yang nyaman dan bagus. Mengapa tiba-tiba Rinpoche menceritakan hal yang menakutkan….
[ di sini ada bagian yang terpotong]
Contohnya sekarang ini kita menikmati kesehatan yang bagus, artinya kita tidak mengidap penyakit yang parah. Sakit yang parah di sini maksudnya rasa sakit yang amat sangat sehingga seseorang tidak bisa berpikir dengan jernih, yang kemudian menghalangi seseorang dalam perenungan/ meditasinya. Tidak ada seorang pun dari kita yang berada di sini yang mengalami situasi seperti itu, artinya kita tidak memiliki halangan atau rintangan yang besar. Kita memiliki kebebasan untuk berpikir sesuai dengan yang kita kehendaki. Inilah kondisi yang sedang kita nikmati sekarang.
Namun, kondisi tersebut tidak akan berlangsung selama-lamanya. Cepat atau lambat kita bisa jatuh sakit. Kalaupun ada orang yang cukup beruntung untuk tidak jatuh sakit pada kehidupan sekarang ini, namun dia tidak akan bisa menghindari usia tua. Usia tua adalah kondisi yang tidak bisa dihindari oleh siapapun. Cepat atau lambat pasti akan timbul masalah, apakah itu masalah yang sementara ataupun yang berkelanjutan. Dan kita tidak bisa tutup mata begitu saja, berpura-pura tidak akan terjadi apa-apa. Sekarang mumpung kita masih memiliki kesempatan, kita harus melakukan sesuatu untuk mengatasinya, untuk mencari solusi atas masalah-masalah kita, untuk melawan atau menangkalnya. Karena biar bagaimanapun kita akan menghadapi masalah, cepat atau lambat, dan kalau kita santai-santai dan menutup mata, maka kita akan menghadapi banyak masalah besar karena kita masih berada di dalam samsara.
Sekarang memang kita sedang berada pada kondisi yang bagus dan menyenangkan. Kita bisa melakukan apapun yang kita inginkan untuk mencapai tujuan-tujuan kita. Sekarang ini tidak ada sesuatupun yang mengganggu atau merintangi kita. Namun, cepat atau lambat, kondisi ini akan berubah. Cepat atau lambat akan muncul gangguan, halangan, dan rintangan yang harus kita hadapi. Sekarang bisa jadi kita santai-santai saja, tapi tiba-tiba gangguan bisa muncul, misalnya kecemasan, ketakutan, kegalauan, dsb, yang tidak bisa kita hindari. Mengapa demikian? Dikarenakan sifat dasar batin kita itu sendiri. Di satu saat kondisinya baik-baik saja, namun tiba-tiba bisa saja berubah dan terjadi sesuatu yang mengganggu atau mengacaukannya.
Kita juga harus menghadapi situasi yang jauh lebih serius, yaitu berakhirnya kehidupan sekarang ini dan terpaksa mengambil kelahiran berikutnya. Inilah yang harus kita pahami sehubungan dengan realita kondisi kita sekarang ini dan inilah yang harus kita perhatikan, supaya nantinya kita bisa menghadapi dan mengatasinya, dan tidak terjerumus pada sebuah masalah sedemikian dalamnya hingga tidak bisa mengatasinya. Apapun jenis masalahnya, kecil atau besar, suatu hari pasti akan muncul, dan kita harus siap dengan antidot untuk mengatasinya.
Dalam mengatasi masalah, ada berbagai tingkatan yang bisa kita hadapi satu per satu. Dimulai dari pertama-tama masalah eksternal. Misalnya kalau kita jatuh sakit, kita harus mencari pengobatan.
[sampai di sini ada bagian yang terpotong]
Kalau kita melihat karya Guru Shantidewa yang berjudul Compendium of Trainings, ada jenis samadhi tertentu yang disebut ?Blessed Generated Samadhi? di mana seseorang yang berhasil melatih samadhi ini, maka apapun yang terjadi, baik itu yang menyenangkan maupun tidak, ia akan mampu membangkitkan perasaan yang bahagia tanpa terpengaruh oleh kondisi eksternal. Inilah adalah sebuah kondisi yang nyata ada, walaupun mungkin belum bisa direalisasikan, minimal Anda semua mengetahui bahwa itu adalah kondisi yang mungkin terjadi.
Jika kita semua adalah praktisi pemula, di mana Tantra ataupun tingkat samadhi yang tadi baru dijelaskan adalah sesuatu yang di luar jangkauan, tapi tetap saja ada yang bisa kita lakukan. Sehubungan dengan bagaimana menghadapi kondisi-kondisi yang sukar untuk bisa diterapkan pada praktek spiritual, ada sebuah doa pada Lama Choepa yang bunyinya kurang lebih sebagai berikut:
Doa di atas adalah praktek seorang Bodhisatwa yang dilandasi oleh bodhicitta. Walau demikian, seseorang yang belum membangkitkan bodhicitta yang sebenarnya, namun memiliki aspirasi padanya, bisa menarik manfaat dari doa tersebut. Doa tersebut bisa membantu seseorang menghadapi masalah-masalah, terutama bagaimana mengubah kondisi-kondisi yang sulit menjadi sesuatu yang bermanfaat pada jalan spiritual.
Karena kita semua adalah praktisi pemula, maka kita tidak bisa menghindari reaksi orang kebanyakan ketika menghadapi suatu masalah atau kesukaran. Namun kita bisa mencoba untuk setidak-tidaknya berupaya tidak bereaksi seperti orang kebanyakan. Reaksi orang kebanyakan dalam menghadapi masalah adalah depresi atau putus asa. Kalau tidak, reaksi yang umum lainnya adalah marah. Minimal kita harus bisa menghindari reaksi orang umum seperti itu, karena boro-boro bermanfaat, reaksi seperti itu justru membahayakan diri sendiri.
Ketika seluruh dunia beserta isinya berbalik melawan kita dan penderitaan jatuh menimpa kita ibarat hujan deras membasahi, kita memohon berkah agar bisa melihat itu semua sebagai akibat karma buruk kita sendiri yang sedang berbuah. Kalau kita bisa melihat kondisi seperti itu, ibarat kita sedang menuangkan air dingin pada air panas yang sedang mendidih. Maksudnya menenangkan segala bentuk gejolak perasaan negatif dengan kedamaian/ ketenangan.
Jadi kita harus menghindari reaksi orang kebanyakan yang kalau tidak putus asa/ depresi, ya marah-marah atau tersinggung. Kita harus melihat bahwa reaksi-reaksi demikian tidak berguna, jadi kita harus mencoba sesuatu yang berbeda, berpikir dengan sudut pandang berbeda. Kalau timbul masalah, kita harus menghindari reaksi yang berbahaya, dan sebaliknya melakukan sesuatu yang bermanfaat, seperti misalnya merenungkan doa Lama Choepa yang disebutkan tadi. Jadi setiap kali terjadi sesuatu, apakah itu sesuatu yang baik atau buruk, menyenangkan atau tidak, kita bisa menggunakannya untuk praktek tonglen (memberi dan menerima).
Jika kita sudah melatih batin kita sedemikian rupa, sehingga kalau terjadi sesuatu kita bisa langsung mengarahkan batin kita untuk membangkitkan bentuk-bentuk pikiran yang benar, maka apapun yang terjadi, tidak akan lagi berpengaruh. Dengan kata lain, kalau kita sudah memiliki pondasi pikiran yang kuat. Batin kita seringnya berada pada kondisi yang tidak teratur, tak terkendali. Pikiran kita meloncat kesana kemari, tergantung pada kilesa apa yang muncul pada saat itu, apakah itu pengalihan perhatian, kemelekatan, kebencian, rasa tidak suka, dsb. Intinya, cara berpikir kita sering kali tidak sesuai dengan kenyataan, karena pikiran kita yang tidak disiplin disebabkan kita tidak memiliki modal dasar yang mencukupi untuk membentuk pondasi cara berpikir yang kokoh. Seandainya kita sudah memiliki kondisi cara berpikir yang kokoh, maka apapun yang terjadi, kita akan bisa menghadapinya. Tapi karena belum, apa yang terjadi? Kita tidak bisa membangkitkan cara berpikir yang benar yang cukup kuat untuk menghadapi seandainya timbul sebuah kondisi atau masalah. Dengan kata lain kita tidak memiliki pondasi ataupun struktur berpikir yang kokoh, yang merupakan sesuatu yang harus dilatih secara rutin dan teratur.
[sampai di sini ada bagian yang terpotong]
Jika kita terus-meneruskan membiarkan kondisi kita apa adanya seperti sekarang ini, artinya membiarkan batin kita mengalir begitu saja tanpa dikendalikan, maka kita tidak akan pernah mendapatkan manfaat apapun. Segala sesuatu yang muncul dalam batin kita dipengaruhi oleh karma kita. Kita memiliki segala bentuk penampakan yang muncul dalam batin kita sesuai dengan karma kita. Jika kita membiarkannya begitu saja tanpa pernah mengendalikan, ibarat seseorang yang sedang menonton film atau televisi, di mana kondisi batin orang tersebut sepenuhnya mengikuti apa yang sedang terjadi di layar televisi, yaitu mengikuti segala bentuk, warna, dan suara yang muncul, yakni mengikutinya dengan batin yang pasif, maka itu dinamakan kondisi di mana batin tidak terkendalikan dan mengalir begitu saja, dan tidak ada manfaat apapun yang bisa ditarik.
Segala yang muncul pada batin bergantung pada karma. Karma terbagi menjadi dua bagian besar, yakni karma baik dan karma buruk. Rinpoche tidak bilang semua orang di sini, tapi kebanyakan orang karma buruknya lebih dominan daripada karma baik, sehingga banyak hal yang muncul pada batin kita adalah sesuatu yang tidak bermanfaat.
Dalam rangka mengubah kondisi tersebut, yakni dalam rangka mengendalikan batin kita, kita harus bertumpu pada sebuah metode. Ada banyak metode di dunia ini. Buddha mengajarkan 84.000 pintu dharma dan mengajar selama 45 tahun sejak beliau mencapai pencerahan sempurna. Selama periode waktu yang panjang ini, beliau mengajarkan berbagai macam metode yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kapasitas pendengarnya.
Dalam sebuah kutipan yang diambil dari Ratnavali, ada bagian yang menjelaskan cara mengajar yang disesuaikan dengan kapasitas dan kebutuhan ini. Misalnya mengajarkan seorang anak kecil untuk menulis, biasanya dimulai dari huruf yang paling gampang dan biasanya si anak akan menulis dengan huruf yang besar-besar, karena disesuaikan dengan kapasitas anak tersebut. Seorang anak yang masih kecil yang baru mulai belajar berjalan dan kemudian disodori alat tulis untuk menulis, maka huruf yang ditulis akan besar-besar. Pertama-tama yang diajari adalah nama anak itu sendiri, setelah itu nama orangtuanya, dan seterusnya. Jadi metode pengajaran kepada anak tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan kapasitasnya. Berikutnya, seiring dengan bertambahnya kapasitas anak tersebut, yang diajari juga semakin susah dan meningkat. Hal ini pula yang terjadi pada pengajaran ajaran-ajaran Buddha, yang dimulai dengan kapasitas awal dan meningkat seiring bertambahnya kapasitas pendengarnya.
Bagi kita yang mungkin belum siap untuk mempraktekkan ajaran-ajaran yang dalam dan luas, kita butuh panduan, dan inilah yang telah dilakukan oleh YM Atisha untuk kita. Beliau telah mengelompokkan ajaran Buddha ke dalam instruksi-instruksi yang sesuai untuk ketiga jenis praktisi, yakni praktisi pemula, menengah, dan tinggi, sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan, dan pengelompokkan ini berlaku sepanjang masa. Dengan demikian seseorang bisa mulai mempraktekkan ajaran Buddha dimulai dari instruksi awal, dan secara bertahap berkembang hingga pada ajaran-ajaran yang tinggi.
-bersambung-