Pada tahun 1960, Dagpo Lama Rinpoche mendarat di Perancis untuk pertama kalinya. Dua tahun berselang, yakni pada tahun 1962, sepuluh anak laki-laki dan sepuluh anak perempuan bersama dengan sepasang suami istri yang menjadi guru mereka menyusul ke Perancis. Mereka adalah anak-anak yang terpilih untuk melanjutkan pendidikan di Perancis berkat rekomendasi dari Rinpoche kepada pemerintah Perancis. Di antara anak-anak tersebut terdapat seorang anak perempuan yang kala itu berusia 10 tahun. Terlahir dengan nama Delek Tsomo, ia melanjutkan pendidikan di Perancis bersama 19 teman-temannya. Mereka tinggal di asrama sekolah dan mendapatkan beasiswa dari pemerintah Perancis.
Delek Tsomo menyelesaikan pendidikan sampai dengan Universitas di Perancis. Ia memiliki gelar Bachelor di bidang Filosofi. Setelah itu, ia belajar di Red Cross School selama dua tahun untuk menjadi pekerja sosial. Di sinilah, beliau bertemu dengan pria Perancis dan kemudian menikah. Karena menikah, ia tidak menyelesaikan pendidikan di sekolah ini. Ia kemudian memiliki 3 anak dan mengikuti suaminya yang bekerja di PBB. Karena pekerjaan suaminya, ia hidup berpindah-pindah. Ia pernah tinggal, antara lain di Jenewa, Wina, dan New York.
Pada tahun 1997 ia berpisah dari suaminya dan pada 1998 resmi bercerai. Pada saat itu mereka tinggal di New York. Setelah bercerai, Delek Tsomo pulang kembali ke Perancis. Ia mulai mencari tempat tinggal dan pekerjaan. Ia pernah bekerja sebagai kasir supermarket selama 6 tahun. Pada masa ini ia sempat jatuh sakit parah dan berhenti dari pekerjaannya. Sebelumnya, ia pernah menjalani operasi thyroid pada tahun 1998, yang sampai sekarang berpengaruh pada suaranya. Ia tidak bisa bersuara dengan keras layaknya orang normal dan mudah lelah.
Delek Tsomo sudah mengenal Dagpo Lama Rinpoche sejak kecil. Terlebih lagi semenjak Rinpoche merekomendasikan dirinya beserta 19 anak lainnya untuk melanjutkan pendidikan di Perancis. Selama menempuh pendidikan dasar di Perancis, selepas bersekolah, ia bersama teman-temannya akan mengikuti pelajaran Bahasa Tibet bersama guru Tibet, yang sampai sekarang mereka panggil dengan sebutan Pa-lha (panggilan untuk ayah dalam Bahasa Tibet). Kalau ada liburan, Rinpoche dan Geshe-lha akan datang mengunjungi mereka dan memberikan pelajaran dharma dan puja. Delek Tsomo adalah omzay (pemimpin doa) yang memimpin teman-temannya ketika itu.
Penulis berkesempatan untuk berinteraksi dengan Gema-lha selama kurang lebih satu setengah bulan. Di antara waktu ini, Gema-lha sering menceritakan anekdot-anekdot dharma. Anekdot-anekdot tersebut ada yang dialami atau didengarnya langsung, ada pula yang didapatkan dari hobi membacanya. Gema-lha fasih berbahasa Tibet dan Perancis, tapi dulu ketika masih berprofesi sebagai seorang ibu rumah tangga dengan tiga orang anak, ia tidak hobi membaca. Pada suatu hari, saat hendak pindah ke New York dan mohon pamit kepada Rinpoche, sang guru memberi izin sambil menasehatinya untuk rajin-rajin membaca buku. Pada saat itu, ia tidak begitu menanggapi nasehat sang guru dan sedikit menganggapnya angin lalu karena membaca, seperti kebanyakan ibu rumah tangga tradisional, adalah kegiatan yang dianggapnya aneh. Namun, ketika berada di New York, ia mendapati banyak sekali buku-buku bacaan dharma yang tersedia secara berlimpah dengah harga yang terjangkau dalam Bahasa Inggris dan ia pun mulai mengembangkan hobi membaca. Hobi membaca ini dibawanya sampai sekarang ketika pada saat-saat jeda ia akan terlihat sedang tekun membaca. Berdasarkan pengalamannya mengembangkan hobi membacanya inilah, ia merasa senantiasa mendapatkan berkah guru. Berkah ini dirasakannya pada setiap hari yang digunakannya untuk melayani guru di Ganden Ling. Salah satunya berkaitan dengan kondisi fisiknya. Sebelum tinggal di Ganden Ling, pascaoperasi thyroid, ia selalu merasa lelah dan lemah. Tapi semenjak tinggal di Ganden Ling, ia merasakan kondisi fisiknya lebih baik. Terbukti dari kondisi fisiknya yang fit stand-by seharian penuh mengurusi rumah tangga dan melayani banyak orang.
Satu ciri kuat pada Gema-lha adalah keyakinannya. Sebagai seorang Tibet, Gema-lha memiliki keyakinan yang sangat kuat pada dharma, dan juga kepada guru. Saking kuatnya, b?n?diction adalah nama tengahnya. Ia juga seorang yang sangat sabar, yang senantiasa berusaha melayani banyak orang. Ia hafal kebiasaan makan masing-masing orang dan berusaha untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan orang yang berbeda-beda tersebut. Ia juga rajin dan tangkas. Dengan tinggi 1,5 meter dan kepala plontos serta warna muka yang senantiasa ceria, banyak orang baru yang salah mengenalinya sebagai anak laki-laki muda.
Pada usia lebih dari separuh abad, Gema-lha telah melewati banyak fase kehidupan. Lahir di Tibet, ia harus mengalami peristiwa tahun 1959 dan terpaksa pindah ke India. Pada saat itu ia tinggal di Tibetan Children Village (TCV), Dharamsala, India. Dari India, ia pindah ke Perancis, sebuah negara yang sama sekali asing bagi seorang anak perempuan yang masih sangat muda. Ia kemudian menikah dengan orang Perancis. Pada masa berumah-tangga selama kurang lebih 20 tahun ini ia mengalami banyak suka dan duka, sampai dengan saat bercerai. Lepas bercerai, ia memutuskan untuk menjadi sramaneri, sebuah jalan hidup yang masih sangat janggal bagi orang kebanyakan. Kalau ditelusuri ke belakang, banyak orang, termasuk Rinpoche, yang merasa aneh membayangkan bahwa Gema-lha sempat menikah dan menikahnya dengan orang Perancis pula. Namun, Gema-lha mengatakan bahwa alasannya menikah adalah semata-mata demi mantan suaminya itu. Sekarang setelah bercerai, Gema-lha bisa menemukan jalan hidupnya sebagai seorang biarawati dan mengabdi kepada guru dan dharma.
Demikian profil singkat Gema-lha bagi teman-teman yang belum mengenalnya. Kalau ada kesempatan, dengan senang hati ia hendak berkunjung ke Indonesia. (jl)
Nama : Delek Tsomo |
Nama Pentahbisan : Yon-ten dGe-ma (ditahbiskan oleh Geshe Yonten Gyatso pada 13 November 2005) |
Panggilan akrab : Gema-lha |
Tempat/ tahun lahir : Cham-du, Tibet/ 1951 |
Profesi : Sramaneri tradisi Mahayana Tibet |
Hobi : Membaca |
Tinggi badan : 150 cm |
Bahasa : Tibet, Perancis, Inggris, Jerman |
Pendidikan:
Ecole Primer (setara SD) di Pyrenee
Ecole Primer (setara SMP) sampai College di Bleneau, dekat Auxerre
Lyse di Lyon
Universite Lyon II (dengan gelar Bachelor di bidang Filosofi)
Red Cross School (untuk menjadi pekerja sosial, tidak selesai)