Diklat Dasar Agama Buddha
“Dok! Dok! Dok!” demikianlah Bapak Eko Supeno, Pembimas Agama Buddha untuk wilayah Jawa Barat (dari Departemen Agama) membuka acara Pendidikan & Pelatihan (Diklat) Dasar Agama Buddha yang diselenggarakan oleh
Wish-Full Filling Foundation (WFF) bekerja sama dengan Dharma Center Kadam Choeling Indonesia yang berlangsung pada hari Minggu 6 Desember 2009, di Kamandalu
(dulunya lebih sering diucapkan dengan Rumah Filsafat dan Budaya). Topik yang diberikan adalah “Memahami Hukum Karma dan Akibatnya, Sumber Segala Kebahagiaan”. Peserta yang mengikuti diklat ini merupakan Guru dan/atau Pembina sekolah minggu Buddhis dari vihara-vihara di Jawa Barat. Tercatat 27 peserta hadir untuk mengikuti acara ini.
Sebelum sambutan dari Bapak Eko Supeno, diberikan juga sambutan oleh Y.M. Biksu Bhadra Ruci (Koordinator Wilayah III SAGIN), namun berhubung Beliau berhalangan untuk hadir, maka Beliau diwakilkan oleh Y.M. Biksu Lobsang Gyatso. Beberapa hal penting yang ditekankan oleh Y.M. Biksu Bhadra Ruci adalah apa yang anak-anak pelajari, apa yang anak-anak ketahui, sangat bergantung pada kompetensi dan kapasitas Guru/Pembina Sekolah Minggu Buddhis; Oleh karena itu, pada pundak Anda-anda sekalianlah (peserta) dibebankan tanggung jawab pembentukan moralitas dan sifat-sifat baik anak-anak.
Pukul 10.00 WIB, dimulai sesi 1, yang diisi oleh Y.M. Biksu Lobsang Gyatso. Beliau menjelaskan pendahuluan tentang karma secara detail kepada peserta. Secara garis besar, materi yang disampaikan adalah mengenai 4 sifat karma, definisi karma, jejak karma, dan 10 karma hitam. Setelah pemaparan materi, peserta diberikan kesempatan untuk bertanya. Salah satu hal yang cukup sering ditanyakan adalah mengenai motivasi mungkin karena membangkitkan motivasi yang baik sebelum melakukan sesuatu merupakan sesuatu yang tidak biasa bagi peserta. Sesi 1 berlangsung sampai pukul 12.00, kemudian peserta diberikan waktu untuk beristirahat dan makan siang sampai pukul 13.00.
Pukul 13.00 dilanjutkan dengan sesi 2 oleh Ibu Lenny Hidayat. Materi yang disampaikan adalah mengenai
Proses Kreatif Pendidikan Anak Sekolah Minggu Buddhis. Setelah pemaparan materi, Peserta dibagi menjadi lima kelompok kecil. Setiap kelompok diberikan sebuah nama/kategori, yaitu kelompok puisi/pantun, kelompok outbond, kelompok
role play, kelompok nyanyian, dan kelompok prakarya. Kemudian masing-masing kelompok diminta menjelaskan 4 sifat karma berdasarkan nama/kategori kelompok mereka. Setiap kelompok juga diminta untuk membuat doa sebelum makan, doa sebelum tidur, dan doa setelah bangun tidur. Sesi 2 ditutup dengan penilaian dari Ibu Lenny terhadap proses kreatif setiap kelompok. Beliau menilai kelompok puisi/pantun adalah yang paling menarik. Ini dikarenakan kelompok puisi/pantun ini mampu menjelaskan 4 sifat karma melalui contoh kasus yang sangat sederhana, yaitu olahraga lari. Saat seseorang pertama kali berlari, ia akan bercucuran keringat. Kemudian, orang tersebut meminta temannya untuk berlari, dan ia hanya menunggu keringat akan bercucuran dari dirinya. Jika contoh ini dianalogikan seperti karma, maka tidak mungkin orang pertama akan berkeringat jika ia tidak berlari. “
Very nice, karma tidak mungkin di-
transfer ya,” demikian komentar Beliau sambil tertawa.
Acara diklat selesai pukul 17.00. Sayang sekali hanya 30% materi yang berhasil disampaikan kepada seluruh peserta dikarenakan pendeknya hari. Di akhir acara, Pak Supriyatno (Pembimbing Sekolah Minggu Buddhis untuk wilayah Jawa Barat) memberikan tanggapannya terhadap kegiatan diklat ini:
“Saya sangat mengapresiasi kegiatan diklat ini, harapan saya, kegiatan diklat ini masih akan terus diadakan di kemudian hari.”
(Ade)