Pada 3–4 Juni 2023, Kadam Choeling Indonesia (KCI) akan menggelar acara Waisak bagi umat Buddha se-Jabodetabek di Gedung Prasadha Jinarakkhita, Jakarta Barat. Poin menarik dari acara Waisak ini adalah para peserta dapat berpartisipasi dalam beragam praktik dari masa kejayaan peradaban Buddhis Nusantara.
Di Waisak KCI ini, dipraktikkan Enam Praktik Pendahuluan warisan Sriwijaya, pelafalan Puja dalam Bahasa Kawi dan Sanskerta yang diiringi gamelan sakral selonding, penghaturan persembahan Gaṇacakra yang pernah dipraktikkan di Nusantara, serta pembagian 4000 paket sembako “Kenduri Persembahan untuk Indonesia”.
Waisak Kadam Choeling Indonesia 2023 Se-Jabodetabek
Enam Praktik Pendahuluan Warisan Sriwijaya
Sempat terlupakan, Enam Praktik Pendahuluan yang dulu dipraktikkan umat Buddha di Nusantara pada masa Kerajaan Sriwijaya kini kembali lagi. Praktik ini bersumber dari Sutra Prajñāpāramitā yang diajarkan oleh Buddha Sakyamuni di Rajagraha.
Di Indonesia sendiri, Enam Praktik Pendahuluan diajarkan oleh Guru Suwarnadwipa Dharmakirti, Mahaguru Buddhis keturunan wangsa Syailendra yang tinggal di Sumatra. Praktik tersebut kemudian diajarkan oleh Guru Suwarnadwipa Dharmakirti kepada Guru Atisha yang berasal dari India. Guru Atisha pun kemudian mengajarkan praktik ini di Tibet. Sekarang ini, selain di Indonesia, Enam Praktik Pendahuluan juga dipraktikkan secara luas di Tibet, India, dan berbagai negara Eropa.
Salah satu bagian dari Enam Praktik Pendahuluan ini adalah Doa Tujuh Bagian. Doa ini dapat kita temukan dalam Sutra Bhadracari yang terukir di relief teratas Candi Borobudur. Doa ini merupakan bagian dari pernyataan tekad Arya Samantabhadra dalam pujian-Nya kepada Buddha Amitabha.
Sebuah keberuntungan bagi umat Buddha Indonesia, puja yang dulu dipraktikkan secara luas pada masa kejayaan Buddhisme Nusantara ini bisa kembali ke Indonesia dan bisa dipraktikkan bersama dalam Waisak KCI 2023.
Puja kepada Arya Tara
Arya Tara merupakan manifestasi dari aktivitas para Buddha. Beliau dikenal sebagai “Ibu Para Buddha” dan “Sang Pembebas” berkat tekad-Nya menyeberangkan semua makhluk dari penderitaan samsara. Banyak praktisi yang telah merasakan manfaat dari praktik memberikan pujian dan permohonan yang tulus kepada Arya Tara melalui Puja 21 Tara.
Tidak hanya itu, sosok Arya Tara ini ternyata sudah memiliki hubungan akrab dengan umat Buddha Indonesia sejak dulu kala. Salah satu buktinya adalah Prasasti Kalasan yang memuat pujian kepada Arya Tara dan penjelasan bahwa Candi Kalasan merupakan bangunan suci yang didedikasikan untuk Arya Tara. Selain itu, arca Ksamatara dan Brkutitara yang ada di Candi Jago juga diyakini merupakan perwujudan dari Arya Tara.
Selain penemuan berbagai artefak kuno yang berkaitan dengan Arya Tara, kedekatan Beliau dengan Indonesia juga terlihat dalam pemujaan terhadap Dewi Sri yang dilakukan oleh masyarakat agraris di Pulau Jawa. Dewi Sri merupakan Dewi Padi yang diyakini juga sebagai perwujudan Arya Tara
Dalam perayaan Waisak KCI, Puja 21 Tara juga akan turut dilafalkan. Yang lebih menarik lagi, puja tersebut akan dilafalkan dalam Bahasa Kawi dan diiringi alunan gamelan sakral selonding.
Kenduri Persembahan untuk Indonesia
Keistimewaan perayaan Waisak KCI di tahun 2023 ini juga datang dari adanya program “Kenduri Persembahan untuk Indonesia”. Dalam program ini, peserta akan mempraktikkan Kenduri Persembahan (Sanskerta: Gaṇacakra) yang pernah dipraktikkan oleh leluhur Nusantara. Salah satu bukti jejak praktik Gaṇacakra ini terekam pada kitab Kakawin Nāgarakṛtâgama. Pada kitab tersebut, dikisahkan bahwa Raja Buddhis dari Kerajaan Singosari, Raja Kērtanāgara mempraktikkan Gaṇacakra demi kesejahteraan rakyatnya.
Praktik Gaṇacakra sendiri bukanlah sembarang praktik karena praktik ini diyakini mampu memurnikan penghalang dan mengumpulkan kebajikan dengan sangat ampuh. Sebabnya, dalam kegiatan ini, peserta akan menghaturkan ribuan persembahan yang telah dimurnikan kepada para Buddha, Bodhisattva, dan Istadewata.
Selain mempraktikkan Gaṇacakra, program “Kenduri Persembahan untuk Indonesia” juga turut mendoakan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara kolektif. Setelah dipersembahkan, persembahan Gaṇacakra berupa 4000 paket sembako yang diyakini sarat berkah tersebut akan dibagikan kepada masyarakat Jabodetabek yang membutuhkan secara bertahap.
Ini berarti melalui program “Kenduri Persembahan untuk Indonesia”, para peserta menghimpun kebajikan ganda, yakni menghaturkan persembahan besar nan murni kepada para makhluk agung serta membagikan berkah dan doa lewat pembagian sembako.
Wejangan Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche dan Y.M. Biksu Bhadra Ruci
Selain melakukan pengumpulan kebajikan & pemurnian ketidakbajikan bersama-sama, para peserta juga akan memperoleh wejangan Dharma dari Guru Dagpo Rinpoche dan Y.M. Biksu Bhadra Ruci.
Guru Dagpo Rinpoche diyakini merupakan inkarnasi dari Guru Suwarnadwipa Dharmakirti, Mahaguru Buddhis termasyhur dari Kerajaan Sriwijaya. Sekarang ini, Beliau merupakan salah satu dari sedikit Guru yang telah mewarisi Dharma autentik dari silsilah yang bisa ditelusuri hingga ke Buddha Sakyamuni sendiri. Dalam kesehariannya, Beliau aktif memberikan pengajaran Dharma kepada para muridnya yang tersebar di berbagai negara, seperti Perancis, Swiss, Malaysia, Indonesia, dan lainnya.
Y.M. Biksu Bhadra Ruci adalah Kepala Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya sekaligus Anu Maha Nayaka Sangha Agung Indonesia. Beliau pernah mengenyam 5 tahun pendidikan filsafat Buddhis di Universitas Biara Drepung Gomang, India Selatan. Selain filsafat Buddhis, Beliau juga sangat fasih dalam topik ikonografi candi-candi Nusantara, arkeologi, sosiologi agama, dan senang membaca literatur sejarah, budaya, dan ideologi. Hingga sekarang, Beliau terus konsisten dalam dunia pendidikan, membina baik monastik maupun perumah tangga, yang sebagian besar adalah muda-mudi.
Untuk info lebih lanjut mengenai acara Waisak KCI 2023 se-Jabodetabek ini, silakan kunjungi akun Instagram @kadamchoelingindonesia atau bisa juga langsung mendaftarkan dirimu mengikuti acara Waisak KCI dengan mengunjungi tautan bit.ly/waisakKCI2023.
—