Anak zaman sekarang itu sering galau. Gak punya pasangan, galau. Punya pasangan juga galau. Lebih enak punya pasangan atau nggak? Masing-masing punya jawaban berbeda. Karena bisa jadi orang yang punya pasangan (alias pacar) dahulu merasa dunia itu begitu indah tapi dalam sekejap berubah jadi neraka.
Dalam membina suatu hubungan apa yang sebenernya harus kita perhatikan?
Kalau sudah pacaran, kita secara gak sadar menganggap pacar kita itu sebagai “milik”. Karena konsep ini maka pacar jadi kehilangan “kemerdekaan”-nya. Tidak jarang dia kehilangan identitas, kehilangan teman dan “dunia”-nya, termasuk kehilangan aktivitas spiritualnya. Hal ini akan membatasi dirinya untuk berkembang, tidak dapat mengaktualisasi dirinya secara maksimal.
Di lain pihak kesalahan kita yang lain yaitu kita menganggap bahwa kebahagiaan kita tergantung pada pasangan kita tersebut. Kita menaruh seluruh kebahagiaan kita di atas pundaknya. Padahal ini adalah salah besar. You are the master of your own happiness. Tidak ada yang bisa membuat kamu bahagia, hanya kamu sendiri yang bisa.
Suatu hubungan seharusnya menjadikan setiap individu untuk berkembang ke arah yang lebih baik. Bukan merasa tertekan karena dipaksa untuk menjadi pribadi baru sesuai ekspektasi pasangan, harus berpura-pura karena ingin terlihat sempurna di depan pacar, terpaksa meninggalkan aktivitas pribadinya, seolah-olah setelah punya pacar sudah tidak ada lagi ruang pribadi, tidak ada lagi me time.
Hubungan yang sehat adalah ketika masing-masing individu dapat bertumbuh menjadi lebih baik, saling memberikan kebebasan, saling menghargai, saling mendukung, mereka menjaga hubungan itu karena kedua belah pihak menginginkan untuk menjaga hubungan tersebut, bukan karena keterpaksaan atau karena ketakutan (karena berpikir kita akan kehilangan sumber kebahagiaan kita).(dr Hety)