Cinta…ketika kita mengatakan kata cinta kepada pasangan kita, apakah itu artinya kita mencintai dia atau justru terlalu mencintai diri kita sendiri? Mungkin secara serempak orang akan jawab, ya tentu cinta pada pasangan donk. Apakah Anda yakin dengan jawaban tersebut?
Mari kita amati bersama. Kalau ditolak cinta oleh gebetan, gimana tuh rasanya? Kalo diputusin sama pacar gimana tuh rasanya? Kalo merasa pasangan kita tidak mencintai kita padahal kita sangat mencintai dia?
Kita mencintai pasangan kita selama kita mendapat keuntungan dari hal tersebut. Antara lain kita merasa dicintai juga. Saya mencintai dia agar dia mencintai saya. Saya memperhatikan dan mencintainya sepenuh-penuhnya nya agar dia juga sebaliknya. Kalau dia tidak memberikan yang kita harapkan, pastinya kita akan kecewa. Kita mengantungkan seluruh pengharapan dan kebahagiaan kita pada pasangan kita yang kita harap membalas cinta yang telah kita curahkan kepadanya. Kita mencintai dia karena takut kehilangan dia.
Berarti cinta itu bersyarat. Dan syaratnya berorientasi pada diri kita sendiri. Semua kita lakukan demi kita sendiri, bukan demi dia. Jadi sebenernya siapa yang lebih kita cintai? Sudah tentu diri sendiri. Jadi, kita sudah jauh dari makna kata cinta yang sesungguhnya. Cinta adalah ingin melihat orang lain bahagia. Ketika orang lain bahagia, kita menjadi bahagia, bukan orang lain dibebankan kewajiban untuk membalas “cinta” kita agar kita bahagia. Cinta itu sederhana, ketika dengan tulus ditebarkan ke semua makhluk maka itu akan berbalik lagi kepada kita, tanpa kita minta. Lalu kenapa harus memiliki cinta kasih bersyarat?