What is the difference between “i like you”and “i love you”? Beautifully answered by Buddha.
Buddha’s answer was so simple:
When you like a flower, you just pluck it. But when you love a flower, you water it daily. One who understands this understands life.
Berbicara tentang cinta tentu tidak ada habisnya. Indah dan derita cinta juga tidak ada habisnya. Cinta selayaknya mendatangkan kebahagiaan tapi ternyata tidak selalu demikian. Apa ada yang salah dengan cinta?
Coba kita perhatikan bersama, kita termasuk golongan “i like you” atau “i love you” terhadap misalnya pasangan kita (suami/istri/pacar). Tentunya kita akan jawab, termasuk yang “i love you” donk.
Eits…yang benar??
Ketika kita mencintai seseorang bukan sesederhana “mengambil” dia menjadikan dia “milik”, menjadikan dia “pajangan” “barang antik”, memenuhi kebutuhan materinya, lantas kita sebut telah membahagiakannya. Apakah benar kita membatasi ruang gerak pasangan kita atas dasar cinta? Atau mungkin lebih tepat karena ego kita? Kita membuat batasan yang begitu kaku tentang tugas seorang istri dan seorang suami. Kenapa kita tidak sebut saja sebagai tugas bersama.
Memilih hidup berpasangan tentunya memiliki suatu tujuan. Apakah tujuannya lebih kearah memenuhi kebutuhan pribadi? Cinta itu tidak seperti memetik begitu saja bunga yang kita suka. Setelah dipetik tidak lama lagi juga akan layu. Tapi coba kita jangan petik bunga itu tapi kita beri pupuk, air, dsb malah bisa jadi bunga tumbuh semakin cantik. Jika sepasang insan manusia saling mencintai seharusnya saling bertumbuh, saling mendukung menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Pendidikan hidup tidak berhenti seketika kita lulus dari bangku sekolah. Saling mendukung dalam “pendidikan” ini tentu sangat penting, supaya kita bisa benar-benar memaknai arti mencintai dan arti kehidupan ini. Sebab hidup bukan sekedar memenuhi kebutuhan material tapi juga spiritual.