Ajaran Agama Buddha yang begitu luas, konsisten dan mendalam telah disarikan dan disusun secara sistematis menjadi suatu tradisi penyajian ajaran yg disebut dengan “Lamrim” atau “Tahapan Jalan”. Ajaran Lamrin ditegakkan oleh guru Atisha Dipankara Srijnana melalui karyanya Bodhipathapradipa (Pelita Sang Jalan Menuju Pencerahan) atau Lamp of the Path to Enlightenment. Ajaran ini digubah atas permohonan orang-orang Tibet atas ajaran yang ringkas namun lengkap (dalam arti mengandung semua intisari ajaran Buddha), terstruktur, mudah dipraktikkan, dan dapat menuntun setiap orang menuju Kebuddhaan.
Nah, lalu apa hubungannya ajaran ini dengan Indonesia? Tentu saja sangat erat. Sebelum guru Atisha diminta oleh orang Tibet untuk menuliskan Lamrim, beliau sebenernya baru kembali dari Indonesia. Guru Atisha tinggal di Negara kita tercinta ini tepatnya di Sriwijaya. Beliau tinggal di Indonesia selama 13 tahun untuk berguru kepada guru besar ketika itu yaitu, guru Serlingpa Dharmakirti. Nama ini pasti sudah tidak asing lagi karena biasanya ada di buku sejarah ketika kita masih bersekolah dulu. Muncul rasa bangga ketika saya pertama kali mendengar hal ini karena ternyata Indonesia berperan sangat penting dalam melestarikan ajaran Buddha, dan merupakan fakta juga bahwa dulu ketika itu, agama Buddha berkembang sangat pesat, terutama ajaran Mahayana dan Tantrayana di bumi Indonesia ini. Fakta bahwa seorang Guru besar Atisha sampai datang jauh jauh ke Indonesia (beliau berlayar selama hampir 13 bulan) untuk belajar membuat kita bertanya, apa sih yang mau dipelajari dari guru Serlingpa?
Ternyata, beliau datang ke Indonesia untuk mempelajari bagian terpenting dari ajaran Mahayana, yaitu Bodhicitta. Bodhicitta artinya batin pencerahan, batin yang beraspirasi untuk mencapai Kebuddhaan demi semua makhluk. Inilah inti dari ajaran Mahayana. Beliau datang jauh jauh ke Indonesia karena di India ketika itu ajaran Buddha sudah merosot sehingga beliau datang ke Indonesia untuk mencari ajaran yang otentik dan tak terputus silsilahnya sejak Sang Buddha. Setelah lengkap menerima ajaran di Indonesia, beliau kembali ke India dan mengembalikan ajaran Buddha yang lengkap dan otentik disana. Agama Buddha kembali mengalami kejayaannya lagi disana ketika itu.
Seperti kita ketahui bersama, ajaran Buddha sangatlah banyak dan luas. Lihat saja Tripitaka kita. Kita sebagai umat buddhis mengatakan bahwa kitab suci kita adalah Tripitaka. Tetapi pertanyaan saya, apakah kita sebagai umat buddhis memiliki Tripitaka dan membacanya secara rutin? Kita sama-sama tahu Kitab Suci Tripitaka sangatlah banyak, tidak banyak orang yang memiliki Tripitaka di rumahnya masing-masing karena dapat memenuhi satu ruangan. Belum lagi ketika kita berusaha membacanya kita juga akan dibuat pusing karena membaca Tripitaka itu tidak mudah karena banyak isinya merupakan percakapan dan terdapat kata-kata yang tidak bisa kita mengerti. Topik-topik yang dibicarakan pun tidaklah urut dan teratur, tidak seperti contohnya kurikulum sekolah kita. Butuh banyak waktu dan intelegensi yang tinggi untuk bisa mendalami ajaran Sang Buddha lewat Tripitaka. Apakah Anda punya Tripitaka dirumah dan rutin membacanya? Saya sih tidak. Tetapi saya punya Lamrim. Kenapa Lamrim?
Begini, coba pikir, apa tujuan sang Buddha mencapai pencerahan sempurna? Untuk mencari cara membebaskan semua makhluk dari penderitaan kan? Apakah semua makhluk termasuk kita? Harusnya iya. Nah, kalau begitu sebenarnya tujuan kita sebagai seorang umat Buddha adalah ingin mencapai pencerahan sempurna juga seperti yang sang Buddha lakukan. Berarti kita butuh metode bagaimana caranya mencapai pencerahan sempurna tersebut. Tentunya kita perlu membaca semua Tripitaka dan menemukan metode tersebut, tetapi apakah kita punya waktu dan kemampuan untuk memahami Tripitaka yang begitu banyak? Apakah kita sanggup melakukannya dalam kehidupan kita ini? Saya pikir tidak semudah itu. Nah disinilah Lamrim sangat membantu kita.
Lamrim memberikan kita metode terstruktur untuk mencapai pencerahan sempurna. Lamrim berisi ‘kurikulum’ akan topik-topik yang harus dipelajari oleh umat Buddha jika kita ingin mencapai pencerahan sempurna seperti Sang Buddha. Lamrim membagi umat Buddha kedalam 3 motivasi. Motivasi pertama adalah kehidupan yang akan datang bahagia. Kedua adalah ingin keluar dari samsara. Ketiga adalah pencerahan sempurna demi semua makhluk.
Semua orang yang mengaku dirinya seorang Buddhis haruslah memiliki minimal motivasi pertama. Kenapa begitu? Karena umat buddhis percaya adanya tumimbal lahir dan adanya hukum karma. Berarti kita yakin seyakin-yakinnya kalau kita mati, kita akan dilahirkan kembali bukan? Berarti kita harus bisa memastikan bahwa kehidupan kita berikutnya harus lebih baik lagi dari kehidupan kita yang sekarang. Topik-topik yang harus kita pelajari adalah kemuliaan terlahir sebagai manusia, kematian dan proses kematian, tiga alam rendah, mencari perlindungan, dan karma. Untuk memperoleh kehidupan akan datang yang baik kita hanya perlu memastikan bahwa kita mengerti topik topik diatas melalui 3 cara, belajar, merenung dan meditasi.
Motivasi kedua adalah ingin keluar dari samsara. Kenapa bisa ada motivasi kedua? Karena dia melihat bahwa kehidupan yang berputar putar ini sangat tidak menyenangkan, kita harus lahir, tua, sakit, dan mati disetiap kehidupan kita. Bayangkan kita harus lahir sebagai bayi, belajar berdiri, sekolah, pacaran, putus cinta, sakit hati, kuliah, mencari pekerjaan, menikah, punya anak, tua, sakit-sakitan dan akhirnya mati. Betapa menderitanya ini jika kita lakukan lagi dan lagi tanpa henti. Karena itulah ada motivasi kedua, ingin mencari cara untuk memutus lingkaran kelahiran ini untuk selamanya. Motivasi kedua ini juga kita sebut sebagai motivasi Hinayana (Theravada). Tujuan mereka adalah keluar dari samsara demi diri sendiri.
Lalu bagaimana dengan motivasi ketiga? Motivasi ketiga adalah mencapai pencerahan demi semua makhluk. Lanjut dari motivasi kedua, dia tidak hanya ingin membebaskan dirinya sendiri. Ada seorang ibu yang sangat dia cintai yang melahirkannya ke dunia ini dan membesarkannya hingga dia sekarang mampu untuk keluar dari samsara. Lalu dia juga berpikir di semua kehidupan lampau tentunya dia juga punya seorang ibu yang sangat dia cintai juga dan tentunya dia juga ingin ibu-ibunya ini mencapai pencerahan juga. Dan satu satunya cara untuk membebaskan diri dia sendiri dan semua makhluk ibu-ibu nya adalah jika dia mencapai pencerahan sempurna. Menjadi seorang Buddha. Tidak ada cara lain selain ini. Inilah motivasi ketiga. Atau motivasi Mahayana (Tibetan, Chinese, dll).
Kalau susah membayangkannya, bayangkan saja seperti kita sekolah dulu, harus melewati SD, SMP dan SMA. Sama seperti ini, motivasi ini harus dimiliki dan dilewati oleh umat Buddha. Inilah keunggulan Lamrim, tidak ada lagi umat Buddha yang terkotak-kotak oleh aliran ini dan itu. Setelah belajar Lamrim, kita akan mengerti bahwa semua aliran itu hanyalah jenjang pendidikan. Jenjang yang harus dilewati untuk mencapai Kebuddhaan. Jika umat Buddha Indonesia sudah mengerti lamrim, saya yakin umat Buddha akan semakin kuat dan bersatu demi kemajuan Buddha Dharma di Bumi Nusantara.