Kita semua ingin bahagia tidak ingin menderita. Dari premis dasar tersebut, ada dua tujuan hidup yang bisa dirumuskan, yaitu mencari kebahagiaan diri sendiri dan membantu orang lain mencapai kebahagiaan. Di antara keduanya, hanya segelintir orang-orang yang bisa berpikir pada tujuan kedua, membantu orang lain menemukan kebahagiaan. Kebanyakan orang tidak bisa memikirkan kebahagiaan orang lain karena dirinya masih kesulitan dan disibukkan dengan urusan mencari kebahagiaan dirinya sendiri.
Secara umum, definisi “motivasi” adalah alasan seseorang berperilaku tertentu. Dalam ilmu manajemen populer dewasa ini kata “motivasi” telah mendapatkan penambahan makna menjadi dorongan (drive), bahkan gairah (passion) dalam mengejar tujuan yang dikehendaki. Dalam termin buddhis, motivasi memiliki padanan kata dengan “niat”, salah satu dari lima faktor mental pada batin yang senantiasa hadir. Oleh sebab itu, sebenarnya motivasi selalu ada bersama kita, karena setiap saat batin kita berfungsi. Yang menjadi persoalan adalah mengarahkan motivasi kita pada tujuan yang diharapkan.
Keseluruhan pengalaman hidup kita dialami pada batin, khususnya pada perasaan. Batin kita hanya terdiri dari tiga jenis perasaan, yaitu perasaan menyenangkan, tidak menyenangkan, dan netral. Di antara ketiganya, yang paling sering mendominasi adalah perasaan netral, tidak bajik pun tidak buruk. Akan tetapi, kenetralan ini memiliki resiko sangat besar untuk berubah menjadi ketidakbajikan, dan selama masih dalam posisi netral, selama itu pula kita kehilangan kesempatan membangkitkan motivasi bajik—yang berkorelasi dengan kebahagiaan yang menjadi tujuan hidup. Oleh sebab itu, bila ingin bahagia, penting sekali untuk senantiasa membangkitkan motivasi bajik pada setiap momen keberadaan kita.