Perkenalkan, saya Stiven(19) mahasiswa Universitas Bina Nusantara.
Pertama kali bertemu dengan Suhu pada satu insiden dimana saya menjadi tamu tak diundang. Penampilan beliau layaknya seperti orang biasa, saya tak bisa mengenali kalau orang yang duduk di sana adalah Suhu.
Awalnya hanya kenal beberapa orang di Center Jakarta, terus saya mulai lebih aktif di kegiatan mingguan. Setelah beberapa kali berinteraksi, saya tahu bahwa orang-orang di sana bukan orang-orang yang biasa. Saya melihat ada sesuatu yang begitu kuat, yakni devosi, itulah dia. Saya sering dengar tentang Suhu dari mereka. Saya bertemu Rinpoche lebih dulu pada acara Public Teaching 2014 di PJ dan ternyata yang mengalungkan khatag ke saya waktu itu adalah Suhu. Saya baru menyadarinya 1 tahun kemudian. Saya adalah orang yang sangat beruntung karena diterima dengan sangat baik pada saat pertama kali ketemu beliau.
Beliau mempunyai cara tersendiri dalam mendidik dan tahu bagaimana “menampar” (bukan dalam arti harfiah) untuk menyadarkan murid-muridnya. Beliau sosok yang cerdas dan visioner. Bukan melebih-lebihkan, tapi dalam caranya yang agak keras ketika menyampaikan setiap hal, saya merasakan ketulusan. Saya merasakan itu.
Beliau bercerita bagaimana perencanaan beliau dan KCI ke depannya, hingga generasi-generasi selanjutnya. Barulah untuk pertama kalinya saya melihat suatu upaya dan kontribusi bagi Dharma yang terencana jauh ke depan dan menyeluruh.
Di luar sana, saya sebenarnya telah bertemu dengan banyak orang yang kebetulan telah mengenal beliau cukup lama. Banyak juga yang mulai bercerita tentang beliau, namun bagi saya lebih baik datang dan buktikan langsung. Terlepas dari apa pun yang disampaikan oleh banyak orang tentang beliau, saya yang bertemu langsung dan mencari tahu tentang beliau dari murid-muridnya mendapati bahwa mereka berpikir, merasakan dan mengalami hal yang berkebalikan dari yang disampaikan oleh banyak orang tersebut.
Bicara tentang kualitas beliau, tidak cukup hanya dengan mendengar apa yang disampaikan oleh murid-muridnya, bukan berarti saya tidak ada keraguan. Akan tetapi keraguan ini sekiranya akan berkurang seiring berinteraksi terus dengan beliau. I just have faith in him. Terlepas dari praktikku yang belum seberapa, pengetahuan yang belum seberapa, hubungan yang belum seberapa, devosi yang belum seberapa, bakti yang belum seberapa; yang jelas saya menemukan 3 hal: Guru, Ajaran dan Komunitas. Sekarang saya hanya perlu menegakkan komitmen, konsisten belajar dan praktik.
Banyak bertemu guru-guru, tapi ini pertama kalinya apa yang disampaikan guru berkesan sangat mendalam di hati, ‘menampar’, dan pertama kali juga saya melakukan apa yang diinstruksikan walaupun kadang kendor komitmennya. Semoga saja saya tetap diterima jadi muridnya sampai next next life.
Sarva Mangalam,
Kadam Choeling Indonesia