Berikut ini beberapa kisah tentang Stupa yang dikutip dari Buku Pembebasan di Tangan Kita (Liberation In Our Hands) Hari Ketigabelas.
Cerita I:
Dahulu kala hiduplah Yang Mulia Yaśobhadrika, yang meskipun berperawakan buruk tetapi memiliki suara yang sangat merdu. Dua kualitas ini merupakan hasil dari tindakan-tindakannya di kehidupan lampau, ketika ia dilahirkan sebagai seorang pekerja yang ditunjuk oleh raja untuk membantu membangun sebuah stupa besar. Karena monumen ini luar biasa besarnya, sang pekerja mengucapkan kata-kata celaan, meragukan nilai stupa besar ini dan memberikan kesan bahwa pekerjaan tersebut tidak akan pernah selesai. Akan tetapi, setelah stupa itu selesai, ia menyematkan sebuah lonceng pada stupa sebagai sebuah persembahan untuk menebus kesalahannya.
Cerita II:
Akar kebajikan yang memungkinkan perumah tangga Śrīja untuk mencapai pembebasan adalah kecil sehingga bahkan beberapa Arahat pun tidak bisa melihatnya. Meskipun demikian, hal itu dapat menghasilkan buah. Śrīja memperoleh kebajikan yang amat kecil ini pada kehidupan lampaunya ketika ia dilahirkan sebagai seekor lalat dan tanpa sengaja mengitari sebuah stupa. Ini terjadi ketika ia tertarik pada sebuah gundukan kotoran karena baunya. Ketika hinggap di atas kotoran itu, kotoran tersebut terbawa air dan dalam lingkaran penuh mengitari stupa.
Cerita III:
Peristiwa lainnya, seekor babi yang dikejar anjing mengitari stupa. Kemudian setelah babi itu mati, ia dilahirkan kembali sebagai dewa.
Demikianlah beberapa kisah inspiratif yang berkaitan dengan perbuatan kita terhadap Stupa.