Pernah ada yang berpendapat pernikahan itu indahnya 10% sisanya perjuangan. Sebenernya pernikahan itu surga atau neraka? Ada yang awalnya seperti surga lalu berubah menjadi neraka bahkan adapula yang surganya hanya 1 hari. Seandainya kita tahu kalau setelah menikah kehidupan kita akan seperti neraka, apakah kita akan tetap menikah? Sayangnya kita tidak tahu atau tidak mau tahu.
Ketika seseorang sedang jatuh cinta maka pada umumnya hanya dapat melihat kebaikan pasangannya, walaupun mungkin dapat melihat kekurangan pasangan tapi hal tersebut akan kita abaikan. Lalu kita menggunakan dalil pembelaan bahwa lama kelamaan dia juga akan berubah menjadi baik, setelah menikah pasti dia akan berubah menjadi baik. Tapi sayangnya perubahan yang kita nantikan itu tidak pernah terjadi.
Orang bilang perempuan itu menikahi laki-laki yang dia pikir akan berubah tapi nyatanya tidak. Pada saat mau menikah dilarang orang tua tapi tetap nekad mau. “Kan yang mau menjalankan rumah tangga itu kita bukan orang tua kita. Apa urusannya dengan orang tua kita?” Teman ada yang memberikan masukan kepada kita agar kita mempertimbangkan kembali apakah kita benar-benar akan menikah dengan dia. “Apa urusannya coba? Itu urusan pribadiku”.
Saat jatuh cinta mungkin kita sedang memakai kacamata pink dengan motif bunga-bunga. Kita kadang tidak dapat menilai kondisi dengan objektif hanya mengikuti emosi kita, ya emosi orang yang sedang jatuh cinta. Orang bilang kalau mau menikah pikir-pikir dulu, bukan pikir 2x bahkan mungkin pikir 1000x. Nah kalo seperti itu bisa-bisa nggak “laku-laku” donk? Kamu menikah demi status sosial atau demi apa? Kamu mau bahagia atau menderita?.
Saya punya calon suami, saya tau dia banyak kekurangannya tapi saya sangat mencintainya. Kekurangannya apa? Apakah sesuatu yang fundamental? Kalau hanya karena hidungnya pesek ya tidak apa. Tapi kalau karena perbedaan prinsip, visi-misi hidup ya sangat tidak boleh ditoleransi. Tapi kan saya sangat cinta padanya? Sebatas apa cintamu padanya? Apakah ketika dia pergi dengan perempuan lain kau masih sanggup mencintainya? Apakah ketika dia tidak memperdulikanmu, kau masih mencintainya? Cintamu tak lebih dari seujung kuku. Pikirkan baik baik seribu bahkan sejuta kali sebelum melangkah lebih jauh, “Siapkah aku?” Jika tidak, maka lebih baik menangis 3 hari daripada menangis seumur hidup. Lebih baik putus cinta sekarang daripada nanti setelah menikah menyesal dan tidak ada jalan untuk berbalik. Buka mata buka hati buka pikiran… Hidupmu tidak sebatas kacamata pink dengan motif bunga-bunga.
Gandharika Jayawardhani