Sebentar lagi kita akan merayakan Gaden Ngamchoe. Perayaan yang juga dikenal sebagai “Hari Lama Tsongkhapa” ini biasa dirayakan pada hari ke-25 bulan ke-10 dalam penanggalan Tibet. Namun, apakah sebenarnya “Gaden Ngamchoe” itu? Mengapa hari ini menjadi istimewa? Apa yang bisa kita lakukan untuk merayakannya? Tulisan ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Secara harfiah, “Gaden Ngamchoe” berarti “Praktik Persembahan Hari Kelima”. Yang dimaksud dengan ‘Hari kelima’ di sini merujuk pada ‘Hari Kelima’ ini adalah penyingkatan dari ‘Hari Ke-25’ yang menjadi tanggal perayaan. Gaden Ngamchoe sendiri merupakan peringatan Mahaparinirvana guru agung Je Tsongkhapa, perintis ajaran Lamrim sekaligus pelopor tradisi Gelug. Sesuai dengan makna harfiahnya, perayaan ini diisi dengan membuat persembahan ekstensif. Orang-orang melakukan guru puja, mempersembahkan ribuan pelita dan bunga-bunga, serta menghiasi biara-biara dengan lampu-lampu. Pada hari Gaden Ngamchoe ini, kekuatan kebajikan yang dilakukan diyakini akan berlipat ganda hingga 10 juta kali lipat.
Apa yang membuat kebajikan di hari Gaden Ngamchoe demikian besar? Ini tentu tak lepas dari kualitas agung Je Tsongkhapa yang secara khusus dihormati di hari itu. Selain merupakan seorang Bodhisatwa yang pencapaian Kebudhaan dan kiprahnya telah diramalkan oleh para Buddha, Beliau juga telah membawa perubahan besar pada Buddhadharma dunia dan membawa manfaat bagi banyak makhluk.
Je Tsongkhapa telah membuktikan bahwa tidak ada pertentangan dalam ajaran Buddha, baik sutra maupun tantra. Semua adalah tahapan yang harus dilalui setiap orang untuk mencapai Kebuddhaan dan menolong semua makhluk. Secara khusus, Je Tsongkhapa menyatukan 3 silsilah agung India:
1. silsilah ‘mendalam’ atau kebijaksanaan dari Ārya Mañjuśrī dan Ārya Nāgārjuna;
2. silsilah ‘luas’ atau metode dari Ārya Maitreya dan Ārya Asanga; dan
3. silsilah ‘latihan’ dari delapan puluh empat mahāsiddha, ahli-ahli Tantra seperti Saraha, Tilopa, Nāropa, dan Luipa.
Semasa hidupnya, Je Tsongkhapa menggubah banyak sekali kitab Dharma berharga. Salah satu yang paling terkenal adalah Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan (Lamrim Chenmo), kitab ulasan terhadap Bodhipathapradipa karya Guru Atisha dan teks akar dari seluruh teks Lamrim yang merangkum keseluruhan ajaran Buddha secara sistematis dan kini dipelajari di berbagai penjuru dunia. Sebagai seorang biksu dan guru spiritual, Je Tsongkhapa juga amat mengedepankan pentingnya Winaya (disiplin monastik). Sesuai dengan yang telah diramalkan Buddha Shakyamuni, Je Tsongkhapa mendirikan Biara Ganden yang menjadi cikal-bakal tradisi Gelug, satu dari 4 tradisi utama dalam Buddhisme. Tradisi Gelug ini amat mengutamakan disiplin monastik serta pembelajaran
Berkat pembelajaran dan pengumpulan kebajikan Beliau yang luar biasa, Je Tsongkhapa memiliki kebijaksanaan agung dan realisasi spiritual yang nyata. Itu semua Beliau gunakan untuk mengajar dan menggubah karya-karya yang membimbing banyak makhluk menuju pembebasan dan kematangan spiritual bahkan hingga sekarang, 600 tahun setelah Beliau parinirwana. Kebajikan dan kualitas Je Tsongkhapa yang luar biasa ini menjadikannya ladang yang unggul sehingga kebajikan yang dilakukan di hari peringatan parinirvana Beliau berlipat ganda. Secara khusus, dari sudut pandang tradisi Gelug, Guru Yoga adalah inti dari jalan menuju Kebuddhaan. Perayaan Gaden Ngamchoe menjadi pengingat bagi para praktisi untuk memperkuat praktik bertumpu pada guru spiritual dan memohon berkah pada guru-guru silsilah.
Perayaan Gaden Ngamchoe di tahun 2019 ini menjadi semakin istimewa karena bertepatan dengan tahun ke-600 sejak Je Tsongkhapa Parinirvana. Bahkan tahun 2019 ini ditetapkan sebagai International Year of Tsongkhapa dan Gaden Ngamchoe menjadi puncak perayaannya. Di India, momen ini dirayakan dengan penyelenggaraan pembabaran Dharma, debat filosofis, pengumpulan pelafalan mantra Migtsema, dan berbagai aktivitas bajik lainnya. Puncak rangkaian acara ini akan diselenggarakan di bulan Desember 2019 di Biara Gaden yang dibangung kembali di India dan dihadiri oleh Yang Maha Suci Dalai Lama XIV.
Di Indonesia, Kadam Choeling Indonesia juga rutin merayakan Gaden Ngamchoe setiap tahun dengan beragam pengumpulan kebajikan di berbagai kota. Tahun ini, bertepatan dengan International Year of Tsongkhapa, KCI mengajak seluruh umat Buddha di Indonesia untuk mengumpulkan kebajikan bersama di Perayaan Akbar Gaden Ngamchoe yang akan diselenggarakan pada tanggal 21-24 Desember 2019 di Gedung Prasadha Jinarakkhita, Jakarta Barat. Dalam acara ini, total 3000 set persembahan akan dipersembahkan kepada guru spiritual, Triratna, istadewata, pelindung Dharma. Ada juga beragam praktik pengumpulan kebajikan seperti Praktik Bersama Guru Yoga Pujian Dewa-Dewi Tushita (Gaden Lha Gyama), pengumpulan mantra Migtsema, pelafalan karya-karya agung Je Tsongkhapa seperti autobiografi Garis Hidup yang Terpenuhi, Tiga Aspek Sang Jalan, Nyanyian Baris-Baris Pengalaman, dan sebagainya, persembahan Ganacakra dan Guru Puja, konsekrasi 2000 Patung Je Tsongkhapa, Agnihotra Yajñā, dan doa-doa dedikasi (Monlam). Selain untuk merayakan Gaden Ngamchoe, seluruh kebajikan yang terkumpul juga didedikasikan untuk kesehatan dan umur panjang Guru Dagpo Rinpoche, Sang Ayahanda Laksana Mentari Dharma yang mempertemukan kita dengan ajaran Je Tsongkhapa.
*******************************************************************
Mari rayakan Gaden Ngamchoe bersama Kaum yang Bajik di Perayaan Akbar Gaden Ngamchoe 2019 & Praktik Doa Umur Panjang untuk Guru Dagpo Rinpoche!
Daftarkan diri Anda ke bit.ly/Gaden19
Terbuka kesempatan berdana untuk 3000 set persembahan.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Call Center KCI di +62815-7321-0000