Suluh Jalan Menuju Tanah Permata

Suluh Jalan Menuju Tanah Permata

  • October 23, 2011

Anda dapat mengatakan bahwa kualitas-kualitas Anda yang muncul dari perenungan, jika mereka ada, hanya sedikit dan jarang terjadi. Jika Anda meneruskan seperti apa yang Anda miliki hingga sekarang, yaitu kualitas-kualitas yang muncul dari belajar, Anda mungkin akan kehilangan mereka, dan kemudian harus memulai sekali lagi dan berkali-kali lagi untuk menghasilkan kualitas yang muncul dari belajar ini, dan jika Anda tidak mendorong diri Anda sendiri ke tahap selanjutnya, atau, untuk merenung dan mengkontemplasikan kualitas-kualitas dalam diri Anda ini hingga Anda dapat memegangnya, maka Anda bisa menghadapi sebuah resiko besar. Resikonya adalah Anda akan menjadi bosan terhadap kualitas ini dan akan menjadi semakin sulit lagi bagi Anda untuk menghasilkan kualitas-kualitas tersebut di dalam diri Anda meskipun pada tahap belajar.

Hal tersebut terjadi ketika Anda mendengar sebuah penjelasan topik Dharma untuk pertama kalinya atau beberapa kali pertama, Anda jauh lebih mudah tersentuh dengan apa yang Anda dengar; Anda lebih bisa menerimanya dan mempunyai respon yang lebih besar atau kuat terhadap apa yang Anda dengar. Namun jika Anda tidak berusaha memulai dari sana dan memastikan bahwa kualitas-kualitas dari perenungan itu muncul dalam diri Anda, maka sesungguhnya Anda hanya mendengar lagi dan lagi. Perlahan-lahan Anda akan menemukan bahwa Anda tidak lagi begitu mudah menerima instruksi-instruksi yang Anda dengar dan bukannya tersentuh dengan apa yang Anda dengar, Anda malah acuh-tak-acuh dan reaksi Anda akan cenderung berpikir, “Oh ya! Saya mengenalinya. Saya pernah mendengar hal itu sebelumnya.” Topik ini akan tetap berada di luar diri Anda. Inilah apa yang kita maksud dengan menjadi bosan. Dalam hal ini Anda juga akan menghadapi resiko bahwa pemahaman Anda benar-benar hanya akan memuaskan intelektual dan tidak akan mempunyai pengaruh apapun dalam batin Anda sama sekali.

Jadi untuk menghindari bahaya yang tidak diharapkan ini, Anda perlu merenung pada topik-topik tersebut berulang kali. Untuk merenungkanya, hal tersebut harus disertai dengan praktik akumulasi dan purifikasi. Anda memerlukan keduanya, secara bersamaan Anda juga memerlukan sebab realisasi langsung yaitu perenungan-perenungan tersebut. Tetapi perenungan-perenungan ini saja tidak akan membuat Anda mencapai hasil tersebut. Anda perlu didukung oleh praktik purifikasi kesalahan-kesalahan Anda dan praktik akumulasi meningkatkan jumlah kebajikan-kebajikan Anda. Sekalipun demikian, jika Anda hanya berusaha mengumpulkan kebajikan, tanpa memurnikan diri Anda dari kesalahan-kesalahan Anda serta tidak peduli dan terus merenungkan berbagai topik, maka hal tersebut juga tidak akan cukup. Satu praktik saja tidak akan memungkinkan Anda mencapai realisasi-realisasi. Mengapa demikian? Karena apa yang kita sebut penyebab inti yaitu penyebab utamanya tidak ada. Inilah mengapa kedua praktik seperti itu diperlukan.

Semakin jelas ketika Anda melihat biografi-biografi guru-guru besar, mereka yang telah mencapai realisasi-realisasi tertinggi. Bagaimana mereka melakukannya? Mereka mencurahkan energi yang sangat besar pada praktik purifikasi dan akumulasi. Bersamaan dengan itu, tentu saja mereka banyak bermeditasi. Mereka mengkombinasikan kedua praktik ini; meditasi menjadi penyebab utama bagi pencapaian realisasi spiritual dan praktik-praktik purifikasi dan akumulasi menjadi penyebab-penyebab pendukung. Tanpa menghubungkan keduanya, maka tidak mungkin untuk mendapatkan hasil-hasil yang kita dambakan. Dalam biografi mereka hal tersebut menjadi jelas sekali. Anda tidak pernah menemukan kondisi dimana para praktisi hanya melakukan satu hal dan tidak melakukan hal lainnya dan mendapatkan hasil dari praktiknya itu. Mungkin contoh yang paling populer di antara para guru Tibet adalah Jetsun Milarepa. Lihatlah semua kekuatan yang beliau curahkan pada praktik purifikasi dan akumulasi dan sepanjang waktu beliau gunakan untuk bermeditasi. Hanya berkat semua inilah beliau mampu mencapai hasil tertinggi dalam masa kehidupannya.

Contoh lain yang sangat bagus adalah pembimbing kita Guru Je Tsongkhapa atau Je Rinpoche. Beliau pergi ke suatu tempat di Tibet yang disebut Wolka. Di dalam gua di sana, beliau menghabiskan waktu berbulan-bulan membaktikan dirinya sepenuhnya pada praktik-praktik purifikasi. Untuk persembahan mandala beliau tidak mempunyai susunan mandala yang indah seperti yang kita miliki yang terbuat dari tembaga atau perak dan sebagainya, yang beliau miliki untuk digunakan sebagai dasar persembahan mandala tersebut hanyalah sebuah batu bulat besar yang masih dapat dilihat hingga hari ini. Batu itu tidak dihancurkan. Sekarang Anda dapat melihatnya di dalam gua beliau di Wolka, sebuah batu bulat besar yang digunakan beliau untuk membuat banyak sekali persembahan mandala. Beliau menggosok dasar mandala dengan lengan bawahnya dan beliau melakukannya berkali-kali sehingga lengan bawahnya benar-benar menjadi satu luka besar karena
kasarnya permukaan batu tempat beliau menggosok. Sedangkan tempat beliau melakukan banyak namaskara di dalam gua ini hanyalah sebuah lantai batu. Beliau melakukan begitu banyak namaskara hingga tempat beliau menggosok tangannya pada batu tersebut dan tempat kening beliau menyentuh batu tersebut dan sebagainya benar-benar berubah dan menjadi halus karena banyaknya namaskara tersebut. Sedangkan untuk meditasi, beliau mendedikasikan waktu bertahun-tahun untuk praktik meditasi dan tentu saja hal ini diketahui dari pelajaran-pelajaran yang sangat luas. Beliau telah menghabiskan banyak waktu pertama-tama belajar dari gurunya, kemudian beliau menghabiskan
tahun demi tahun, siang dan malam, dalam meditasi. Beliau tidak seperti kita, melakukan sedikit di sini dan melakukan sedikit di sana. Beliau mendedikasikan sejumlah waktu yang panjang untuk meditasi dan sebagai hasil dari semua itu beliau menunjukkan pencapaian dari realisasi-realisasi tertinggi.

Anda mungkin tidak sanggup untuk melakukan sejauh itu untuk saat ini. Mungkin hal tersebut susah dipahami tetapi Anda seharusnya berusaha sekuat mungkin untuk merenungkan berbagai topik meditasi yang berbeda dan juga melakukan praktik purifikasi dan akumulasi bersamaan dengan itu. Hal ini tidak berarti Anda perlu melakukan sesuatu yang lain daripada apa yang biasanya Anda lakukan melalui doa-doa dan praktik-praktik, tidak berarti harus menambahkan lebih banyak pada apa yang sudah Anda lakukan tetapi Anda harus memastikan bahwa doa-doa yang Anda lakukan sekarang adalah praktik akumulasi dan purifikasi. Sesungguhnya doa-doa tersebut sudah mengandung semua yang diperlukan untuk melakukan kedua hal ini yaitu untuk memurnikan diri Anda dari kesalahan-kesalahan Anda dan menghasilkan kebajikan. Anda harus memastikan bahwa Anda melakukan praktik-praktik Anda dengan benar untuk menjamin bahwa Anda mengumpulkan kebajikan dan memurnikan diri Anda secara efektif.