Di awal tahun 2016 ini, Kadam Choeling Indonesia (KCI) dan Panitia Pembangunan Biara Indonesia Gaden Syeydrub Nampar Gyelwei Ling melanjutkan konstruksi biara filsafat buddhis pertama di kawasan Asia Tenggara melalui tahapan Fase A. Di fase ini, struktur yang akan dibangun adalah aula umum yang falsafahnya merujuk pada mandala welas asih agung Avalokitesvara.
Avalokitesvara—perwujudan welas asih agung semua Buddha—merupakan sosok yang dekat dan banyak dikenal orang. Nama lain Avalokitesvara adalah Kuan Im atau Guan Yin. Kualitas utama Avalokitesvara adalah mahakarunika atau welas asih agung. Welas Asih adalah nilai pokok kemanusiaan yang paling penting.
Indonesia, atau Nusantara di zaman dulu, merupakan tanah yang dekat dengan Avalokitesvara. Mahakarunika merupakan ajaran yang dipraktikkan di Indonesia pada masa kejayaan Sriwijaya. Berkat dorongan Bhagawati Dewi Tara, seorang pandita India agung, Guru Atisha, bertaruh nyawa menempuh perjalanan laut selama tiga belas bulan demi mencari Guru Suwarnadwipa—Sang Pemegang Silsilah ajaran Mahakarunika, basis bagi munculnya Bodhicitta.
Diprakarsai dengan penuh berkah melalui “Dhammacakkapavattana”—Pemutaran Roda Dharma Pertama oleh Yang Mulia Guru Dagpo Rinpoche, yang dilanjutkan dengan program “Membuka Jalan”, kini saatnya Kadam Choeling Indonesia dan Biara Indonesia Gaden Syeydrub Nampar Gyelwei Ling mengawali pembangunan Fase A di atas tanah biara dengan mempersembahkan: