Gamelan Salonding, alat musik sakral yang biasa digunakan di Bali sebagai pengiring ritual, dimainkan pertama kali untuk mengiringi ritual Buddhis di Southeast Asia Lamrim Festival (SEALF) 2019, 11-18 November 2019 di Gedung Prasadha Jinarakkhita, Jakarta Barat. Ini juga akan menjadi pertama kalinya gamelan salonding kembali dimainkan di Pulau Jawa sejak keruntuhan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.
Gamelan salonding di SEALF 2019 merupakan set utuh, replikasi dari salonding besi langka yang saat ini hanya tersisa secara utuh di dua pura di Bali, yaitu Pura Besakih dan Pura Batur. Gamelan jenis ini merupakan gamelan pertama di Pulau Bali. Alat musik gamelan sendiri diperkirakan masuk ke Bali berkat hubungan dekat antara Bali dan Jawa sejak abad VIII Masehi. Gamelan salonding sudah digunakan pada masa kekuasaan Wangsa Warmadewa (882-914 M) yang bercorak Buddhis dan diduga dimainkan oleh para biksu. Raja pertama wangsa ini diyakini merupakan keturunan dari Wangsa Syaildendra yang memerintah kerajaan Buddhis di Jawa dan Sumatra bernama Shri Kesari Warmadewa, juga dikenal dengan gelar “Dalem Salonding”. Sekarang, gamelan salonding besi di Bali hanya dimainkan oleh orang-orang tertentu di ritual-ritual khusus yang hanya diselenggarakan satu sampai lima tahun sekali.
Kembalinya gamelan salonding ke Pulau Jawa di SEALF 2019 bertepatan dengan kunjungan Guru Dagpo Rinpoche, tokoh yang diyakini sebagai kelahiran kembali Guru Suwarnadwipa Dharmakirti dari Sriwijaya. Beliau akan memberikan pengajaran berdasarkan kitab Buddhis yang menjadi inti acara SEALF. Setelah acara, gamelan salonding akan dibawa ke Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya, institusi pendidikan monastik yang mewarisi silsilah dari India dan Sriwijaya yang selama ini dilestarikan di Tibet. Biara ini bertempat di Desa Sumberoto, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
“Ini pertama kalinya kita memasukkan nada tradisional ke ritual Tibet. Kita tunjukkan kepada seluruh Indonesia bahwa ini bukan hanya Buddhisme Tibet, tapi ini totally, really, exactly Indonesia,” kata Y. M. Biksu Bhadra Ruci, Kepala Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya.
Set gamelan salonding untuk Biara ini dibuat oleh para pande dari Studio Mekar Bhuana, Bali. Para pemain dilatih selama kurang lebih satu pekan oleh pelatih gamelan dari Sanggar Seni Kebo Iwa Bali yang juga menggubah melodi yang digunakan dalam ritual.
Kembalinya musik dari peradaban Buddhis kuno Nusantara di SEALF 2019 juga bertepatan dengan pengajaran oleh Guru Dagpo Rinpoche, guru Buddhis senior kelahiran Tibet yang diyakini merupakan kelahiran kembali dari guru Buddhis asal Sumatra keturunan Wangsa Syailendra yang termasyhur bernama Guru Suwarnadwipa Dharmakirti.