Betapa Beruntungnya Aku
Sejak waktu yang tak bermula hingga sekarang, dalam semua kehidupan lampauku, aku mengembara melalui ketiga alam rendah, terlahir berulang kali sebagai binatang, setan kelaparan, dan makhluk neraka.
Penderitaanku, dengan cara yang jarang sekali, hanya terhenti ketika aku terlahir sebagai makhluk yang berbahagia, dan walau demikian, biasanya aku terlahir dalam kalpa-kalpa gelap yang tak memiliki ajaran Buddha. Ada kalanya aku mengembara melalui tanah-tanah yang tak memiliki ajaran. Pada beberapa kehidupan lainnya, aku terlahir sebagai orang yang terbelakang. Atau, aku terlahir dengan pandangan yang salah. Atau, aku terlahir di bawah bimbingan guru-guru palsu. Ada kalanya aku bertemu dengan sesuatu yang menyerupai Dharma, dan di lain waktu, aku adalah orang yang bodoh dan pandir.
Karena kebaikan hati yang luar biasa dari guru-guru spiritual, kini aku telah terbebas dari ketakutan akan ketiga alam rendah, telah memperoleh kelahiran manusia yang agung di dunia ini, dan bertemu pula dengan kalpa yang penuh harapan – kalpa terang.
Aku telah terlahir dengan kepandaian dan indra-indra yang lengkap di tanah tempat Dharma terunggul yang mulia bermekaran. Aku telah memperoleh keyakinan dalam Tripitaka dan bertemu guru spiritual yang sama seperti Sang Buddha.
Aku telah memperoleh instruksi-instruksi lisan terkait jalan yang lengkap dan tak menyimpang, kebijaksanaan murni yang mampu membedakan apa yang harus diterapkan dan ditinggalkan, batin yang dengan baik diarahkan pada Dharma yang terunggul, dan semua kondisi yang menguntungkan seperti ketercukupan makanan, pakaian dan kekayaan.
Demikianlah, dengan kekuatan samudra kebajikan yang telah kuhimpun sebelumnya, aku sekarang telah memperoleh kelahiran sebagai manusia yang memiliki landasan baik ini – 18 faktor yang berupa kebebasan dan keberuntungan.
Betapa Payahnya Aku
Layaknya Drugu yang payah pada suatu hari tiba-tiba berhasil menunggangi keledai liar. Demikian pula, aku telah memperoleh kebebasan dan keberuntungan ini, barangkali untuk yang terakhir kalinya.
Tetapi, sulit bagi batinku untuk membangkitkan pemikiran-pemikiran bajik. Artinya, sama luar biasa sulitnya pula bagiku untuk bisa memperoleh kelahiran kembali yang bahagia.
Bahkan, jika tiap sekali dalam ratusan kehidupan aku memperoleh semua sebab untuk memperoleh kebebasan dan keberuntungan, terdapat banyak kondisi dalam arus batinku yang menghancurkan sebab-sebab ini, seperti amarah, pandangan salah, dan tindakan meninggalkan Dharma.
Bahkan, jika sebab-sebab ini tidak dihancurkan oleh kondisi-kondisi tersebut, berhubung kekuatan dari pikiran yang menyimpang dan aktivitas salahku begitu kuat, sedangkan kekuatan dari pikiran bajik dan aktivitas bajikku – Sang Jalan – begitu lemah, mana yang akan matang terlebih dahulu?
Bahkan Arya Shantideva mengatakan bahwa “Begitu pun, kebajikan semakin lama akan semakin melemah, sedangkan kejahatan menguat dalam kadar yang mengerikan.”
Saat ini, aku telah memperoleh kehidupan dengan kebebasan dan keberuntungan. Tetapi, karena aku telah teralihkan oleh aneka tampilan dan belum mengambil manfaat dari intisarinya, proses kembalinya diriku ke alam-alam rendah telah dimulai.
Ini seperti kembali ke kampung halamanku dari Pulau Permata dengan tangan kosong. Apa yang lebih bodoh daripada ini? Apa kerugian yang lebih besar daripada ini?
Penyelamatku Pelindungku
Arya Shantideva mengatakan bahwa “Laksana kilat yang dalam sekejap menerangi mendungnya malam , maka dengan cara yang sama, melalui kekuatan Buddha, adakalanya batin manusia condong ke kebajikan.”
Oleh karena itu, kita perlu bergantung pada kekuatan Guru dan Para Buddha yang sudah datang menyentuh kita saat ini, dan ini hanya terjadi dalam waktu yang singkat saja, mungkin juga akan segera berlalu layaknya kilat yang sekejap. Kita perlu memanfaatkannya sebaik-baiknya. Mungkin tidak akan ada kedua kalinya lagi.
Arya Shantideva mengatakan pula bahwa hanya kekuatan bodhicitta lah yang bisa mengatasi semua ini: “Ketika bodhicitta telah muncul, maka dalam sekejap si celaka yang terkungkung dalam penjara samsāra kini berubah menjadi Putra Sugata dan berhak mendapat penghormatan dari dunia para dewa dan manusia. Seumpama pohon pisang raja yang membusuk setelah kehilangan buahnya, begitu pula setiap kebajikan yang berkembang akan menguncup kembali. Hanya pohon bodhicitta yang terus-menerus menghasilkan buah, tak membusuk, dan bertunas setiap saat.”
Dari mana kita mencari sang penyelamat, inspirasi yang menumbuhkan bodhicitta, kalau bukan dari sang sumber bodhicitta itu sendiri, yaitu tak lain tak bukan adalah Yang Penuh Welas Asih Avalokitesvara.
Mari kita bergabung ke dalam jajaran para putera dan puteri Yang Maha Welas Asih, dipimpin oleh Arya Chandrakirti mengucapkan Ratapan Permohonan Berkah kepada Yang Maha Welas Asih:
“Ketika aku merindukan wajah Yang Maha Welas Asih,
Bercahaya bak matahari, berkilauan bak rembulan,
Aku tidak bisa melihat dengan mata yang tercemar
Dengan mata penyakit ketidaktahuan yang tanpa awal ini.
Pelindung dunia, di manakah engkau sekarang?
Tidak tahan lagi dengan penderitaan yang dahsyat ini,
Digulung oleh kepanikan rongrong dan ketakutan yang luar biasa,
Aku menyampaikan ratapan kerinduan ini,
Ratapan putus asa dan sengsara untuk memohon pertolongan.
Avalokiteśvara pelindung yang penuh cinta kasih, bagaimana Anda dapat menahannya?”
****
Raih kesempatan langka untuk mengikuti Retret Kriya Istadewata Mahakarunika Avalokitesvara Ekadasamukha Sahasra Bhuja Sahasra Netra.
Angkatan terakhir Retret Kriya di tahun ini akan diadakan di bulan Oktober 2018.
Untuk mendaftar, hubungi: Y.M. Tenzin Konchog (+6281220818906), kapasitas terbatas.
Terdapat syarat dan ketentuan yang perlu dipenuhi terlebih dahulu untuk bisa mengikuti Retret Kriya ini.