* * * * * * * * * * * *
Tadi pagi kita semua sudah membangkitkan motivasi yang bajik. Pada sesi ini juga kita harus memeriksa kembali motivasi awal tadi. Perhatian kita bukan semata-mata pada kebahagiaan diri sendiri, tapi juga mencakup kebahagiaan semua makhluk. Kita sudah mendapatkan kemuliaan terlahir sebagai manusia yang bebas dan beruntung, kita juga sudah bertemu dengan ajaran Buddha. Oleh sebab itu, kita harus bertekad mempersembahkan kebahagiaan bagi semua makhluk dengan jalan mencapai Kebuddhaan. Untuk mencapai Kebuddhaan itulah sekarang kita ada di sini untuk mendengarkan dan mempraktikkan ajaran buddhis.
Topik ajaran kita adalah “Karma dan Akibat-akibatnya”, yang merupakan salah satu topik di dalam Tahapan Jalan Menuju Pencerahan atau Lamrim. Setiap kali merujuk pada ajaran Lamrim, maka kita selalu berpatokan pada rangkuman keseluruhan ajaran Lamrim yang bisa diringkas ke dalam empat struktur utama, yaitu:
Struktur keempat, yaitu “Bagaimana para murid dibimbing dengan ajaran Lamrim yang sebenarnya” terbagi dua:
1. Bagaimana cara bertumpu pada guru spiritual kita, akar dari sang jalan
2. Sambil bertumpu padanya, bagaimana secara bertahap mengembangkan batin kita
Poin kedua, sambil bertumpu pada seorang guru spiritual, bagaimana secara bertahap mengembangkan batin kita, terbagi dua:
1. Mendorong diri kita untuk menarik manfaat sepenuhnya dari eksitensi kita sebagai manusia dengan kebebasan dan keberuntungannya
2. Bagaimana cara menarik manfaat sepenuhnya
Poin kedua, bagaimana cara menarik manfaat sepenuhnya, terbagi tiga:
1. Melatih batin pada tahap-tahap jalan yang dijalankan bersama-sama dengan makhluk-makhluk dengan tingkat motivasi awal
2. Melatih batin pada tahap-tahap jalan yang dijalankan bersama-sama dengan makhluk-makhluk dengan tingkat motivasi menengah
3. Melatih batin pada tahap-tahap jalan makhluk-makhluk dengan tingkat motivasi tertinggi
Poin yang pertama, melatih batin pada tahap-tahap jalan yang dijalankan bersama-sama dengan makhluk-makhluk yang memiliki tingkat motivasi awal, mempunyai dua bagian:
1. Mengembangkan sikap yang merupakan ketertarikan terhadap kelahiran-kelahiran kembali kita di masa yang akan datang
2. Bertumpu pada metode untuk merealisasikan kebahagiaan dalam kelahiran-kelahiran kembali yang akan datang
Poin kedua, bertumpu pada metode untuk merealisasikan kebahagiaan dalam kelahiran-kelahiran kembali yang akan datang, terbagi dua:
1. Berlatih mengambil perlindungan, pintu gerbang utama untuk memasuki Dharma
2. Mengembangkan keyakinan terhadap hukum karma dan akibat-akibatnya, sumber (akar) segala kebahagiaan
Poin pertama di atas telah dibahas pada sesi tahun lalu, yaitu berlatih mengambil perlindungan, pintu gerbang utama untuk memasuki Dharma. Kita sudah membahas dan memeditasikan topik ini. Dari situ, kita lanjut ke poin kedua pada sesi tahun ini, yaitu “Mengembangkan keyakinan terhadap hukum karma dan akibat-akibatnya, sumber (akar) segala kebahagiaan”.
Topik karma ini terbagi menjadi tiga poin:
1. Merenungkan aspek-aspek umum dari karma dan akibat-akibatnya
2. Merenungkan aspek-aspek khusus dari karma dan akibat-akibatnya
3. Setelah merenungkannya, bagaimana cara menghindar dari perbuatan negatif dan mempraktikkan kebajikan
Penjelasan sederhana dari pembagian poin di atas adalah sebagai berikut: Kita harus merenungkan terus-menerus aspek-aspek umum yang berlaku bagi semua jenis karma. Kemudian, kita menelaah dan memahami jalan karma hitam dan jalan karma putih. Berikutnya, setelah memahami kedua poin di atas, kita harus tahu apa yang seharusnya dilakukan, yang terangkum dalam poin ketiga yaitu setelah merenungkannya, bagaimana cara menghindari perbuatan negatif dan mempraktikkan kebajikan, yang terbagi lagi menjadi penjelasan umum dan penjelasan khusus bagaimana memurnikan karma-karma buruk melalui praktik pengakuan dan seterusnya (empat jenis kekuatan untuk purifikasi).
Dua poin pertama adalah topik-topik yang harus dimeditasikan pada saat sesi meditasi. Poin ketiga adalah topik yang dipraktikkan di antara sesi meditasi. Dengan kata lain, bagaimana mempraktikkan apa yang telah dipahami dari dua poin pertama, yaitu apa yang semestinya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.
Anda sekalian tentu memahami bahwa waktu bisa dibagi dua, yaitu sesi meditasi dan di antara sesi meditasi. Jika pada satu hari dijalani dengan sukses, maka kita bisa mengatakan bahwa kita sudah menjalani satu hari dengan baik. Bagi seorang praktisi dharma, apabila ia bisa menjalani satu hari dengan baik, maka ia bisa menerapkannya pada hari berikutnya, demikian seterusnya. Dengan cara seperti ini, kita bisa men-transformasikan keseluruhan hidup menjadi praktik dharma.
Mari kita lihat dengan sudut pandang lain. Segala tindak-tanduk kita bisa terbagi menjadi dua aspek, yaitu apa yang terjadi di dalam batin dan apa yang kita lakukan melalui tindakan fisik atau perilaku kita. Coba renungkan baik-baik dan Anda akan sampai pada kesimpulan memang demikianlah adanya. Segala tindak-tanduk kita dalam hidup ini bisa dirangkum menjadi dua, yaitu (1) tindakan mental, yaitu pikiran, perasaan, dan segala sesuatu yang terjadi di dalam batin; (2) tindakan fisik, mencakup ucapan dan segala perilaku fisik. Segala sesuatu yang kita lakukan dalam hidup ini pasti masuk salah satu dari dua kategori tersebut.
Kembali pada topik kita, yaitu Karma dan Akibat-akibatnya, dua poin pertama dilakukan secara mental di dalam perenungan. Dua poin pertama merupakan topik-topik perenungan yang bisa dicapai secara mental. Yang pertama adalah merenungkan aspek-aspek umum karma dan akibat-akibatnya, sedangkan yang kedua adalah merenungkan aspek-aspek khusus karma berikut akibat-akibatnya. Kedua hal ini direnungkan secara mental. Setelah mendapatkan pemahaman kedua topik ini berdasarkan perenungan, barulah kita menghindari tindakan negatif dan mempraktikkan kebajikan melalui tindakan fisik.
Jadi, diulangi lagi, poin pertama dan kedua, yaitu (1) merenungkan aspek-aspek umum karma dan akibatnya dan (2) merenungkan aspek-aspek khusus karma dan akibat-akibatnya; kedua poin ini harus dipikirkan, direnungkan, dikontemplasikan. Untuk poin-poin ini Anda boleh merujuk pada teks Instruksi-instruksi Guru yang Berharga. Berikutnya, poin ketiga adalah bagaimana cara bertindak berdasarkan pemahaman yang telah didapatkan melalui perenungan, yaitu menghindari tindakan-tindakan tertentu dan melaksanakan perbuatan-perbuatan bajik. Bila Anda sudah hafal luar kepala poin-poin garis-garis besar Lamrim, tentu sangat baik sekali.
Keseluruhan praktik kita seumur hidup ini bisa dirangkum menjadi tiga poin. Oleh sebab itu, tiga poin ini sangat penting. Mengapa demikian? Karena keseluruhan hidup kita dijalani dengan tindakan mental (berpikir, meditasi, dsb) atau dengan tindakan fisik. Sebagai contoh, kita bisa memandang periode waktu satu hari dengan sudut pandang seperti ini. Yaitu, dalam satu hari apa saja yang terjadi di dalam batin dan apa saja tindakan fisik yang kita lakukan.
Sangat penting sekali bagi kita untuk memastikan bahwa kedua jenis tindakan ini–yang mencakup keseluruhan perilaku kita setiap saat–dilakukan dengan benar, baik dalam pikiran maupun perbuatan. Dalam periode waktu satu hari, penting sekali bagi kita untuk berpikir dan bertindak tanpa cela, tanpa kesalahan.
Dalam konteks penjelasan kita saat ini, tindakan mental yang utama terkait dengan perenungan aspek-aspek karma baik secara umum maupun secara khusus. Pada dasarnya, yang kita telaah dan pikirkan adalah karma dan akibat-akibatnya. Dari sudut pandang tindakan fisik, terkait dengan konteks ini, berdasarkan pemahaman kita terhadap apa yang seharusnya dihindari dan apa yang seharusnya dilakukan, maka kita melakukan tindakan-tindakan fisik sesuai dan selaras dengan pemahaman tersebut. Artinya, tindak-tanduk fisik kita adalah menghindari tindakan negatif dan melakukan tindakan positif.
Dengan demikian, tiga subtopik pembagian karma ini merupakan poin yang sangat berharga, panduan bagi kita untuk menjalankan hidup sehari-hari sepanjang hayat ini. Saya mohon Anda semua yang ada di sini untuk secara khusus mengingat ketiga poin ini. Dengan cara seperti ini, kapan pun saya membahas poin-poin tersebut, maka Anda akan semakin meningkatkan pemahaman terhadapnya.
Lebih jelasnya lagi, maksud saya adalah sebagai berikut. Biasanya, ketika Anda melafalkan poin-poin ini, apakah dengan menghafal atau membacanya, maka Anda tentu memikirkan makna kata-kata yang sedang dihafal atau dibaca tersebut. Tapi, harapan saya adalah semoga Anda bisa menjadikan poin-poin tersebut benar-benar sebagai panduan hidup sehari-hari, semata-mata agar Anda bisa sukses menjalani hidup ini sehari demi sehari. Panduan ini dengan jelas memaparkan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak semestinya dilakukan dalam hidup kita setiap harinya.
Barangkali biasanya ketika Anda memikirkan poin-poin ini, Anda tidak mengaitkannya dengan hidup sehari-hari. Saya harap sekarang Anda sudah lebih bisa mengaitkannya dan berpikir, “Poin-poin ini merupakan panduan bagi saya untuk menjalani hidup.” Sebagai contoh, biasanya ketika Anda melihat poin ketiga, barangkali Anda berpikir poin ketiga menjelaskan bagaimana cara bertindak berdasarkan pemahaman karma dan akibat-akibatnya. Tapi, sekarang, semoga Anda bisa melihat poin ketiga betul-betul sebagai pedoman untuk menjalani hidup, bagaimana pedoman ini bisa memperbaiki hidup menjadi lebih baik, karena memang benar adanya, pedoman karma ini merupakan cara untuk meningkatkan hidup menjadi lebih baik dari sisi spiritual.
Sebagai kesimpulan, sejak sekarang, kapan pun Anda merujuk tiga poin ini, pikirkanlah, “Dua poin pertama menunjukkan cara memahami karma dan akibat-akibatnya, sedangkan poin ketiga menunjukkan cara mempraktikkan apa yang telah saya pahami dalam setiap hari sepanjang hidup ini. Ketiga poin ini merupakan pedoman bagi saya bagaimana cara berpikir dan bertindak setiap hari seumur hidup saya ini.”
Memang benar, ketiga poin ini merupakan garis pedoman yang menunjukkan cara berpikir dan cara berperilaku atau bertindak dalam setiap hari di sepanjang hidup ini. Sebagai contoh, dalam hidup ini kita kerap harus berhadapan dengan situasi di mana kita harus mengambil keputusan, apakah itu keputusan tentang pekerjaan atau karir, dan lain sebagainya. Sering kali kita berhadapan dengan situasi di mana kita harus memilih salah satu dari dua pilihan yang tersedia. Jika Anda bertemu dengan situasi di mana Anda tidak bisa mengambil keputusan, maka saya yakin Anda bisa melakukannya dengan cara merujuk kembali pada karma dan akibat-akibatnya. Dengan merujuk kembali pada karma dan akibat-akibatnya, kita bisa memutuskan dengan lebih bijak dan mengambil pilihan yang lebih baik.
Contoh paling praktis bisa saya berikan di sini, yaitu terkait dengan rumah tempat tinggal kita. Kadang-kadang sebuah rumah bisa diserang rayap atau serangga lainnya. Sebuah rumah yang diserang rayap kalau tidak diurusin, maka ada resiko rumahnya bisa ambruk. Tapi, kalau diurus, berarti kita harus menggunakan pemusnah serangga. Jadi, situasi ini merupakan sebuah dilema. Untuk mendapatkan solusinya, kita bisa menemukan jawabannya pada kedua poin perenungan yaitu merenungkan aspek-aspek umum karma dan akibat-akibatnya serta merenungkan aspek-aspek khusus karma dan akibat-akibatnya. Secara khusus, ketika kita menelaah dan merenungkan mana yang termasuk jalan karma lengkap dan tidak lengkap, maka kita bisa menghindari melakukan jalan karma membunuh yang lengkap. Jadi, berdasarkan pemahaman kita antara jalan karma yang lengkap dan tidak lengkap, maka kita bisa memastikan agar jangan sampai melakukan jalan karma membunuh yang lengkap. Dengan demikian, kita bisa menemukan jawaban dari dilema tersebut berdasarkan penjelasan jalan karma yang merupakan bagian dari penjelasan poin pertama dan kedua.
Tentu saja kita harus sepenuhnya menghindari tindakan membunuh, tapi ada unsur-unsur pendukung yang menjadikan sebuah tindakan membunuh masuk kategori ringan, sedang, dan berat. Pastikan bahwa Anda jangan sampai melakukan jalan karma membunuh yang lengkap. Semua informasi terkait jalan karma terkandung dalam poin pertama dan kedua pada topik Karma dan Akibat-akibatnya. Penjelasan topik ini membuat kita lebih memahami mana yang termasuk karma berat dan mana yang tergolong karma yang lebih ringan. Kita juga tahu tindakan seperti apa yang tidak boleh dilakukan sama sekali dan faktor-faktor apa saja yang bisa dilakukan untuk menghindari melakukan karma yang masuk kategori berat.
Keseluruhan bagian topik karma dan akibat-akibatnya ini memiliki judul, “Mengembangkan keyakinan terhadap hukum karma dan akibat-akibatnya, sumber segala kebahagiaan” yang merangkum keseluruhan inti topik ini. Disebutkan bahwa kita harus mengembangkan keyakinan. Soal mengembangkan keyakinan, bagi orang tertentu merasa gampang, yang lainnya mungkin merasa lebih sulit. Bagi yang merasa lebih gampang, akan lebih mudah bagi mereka untuk memahami topik karma ini melalui meditasi dan praktik tindakannya. Bagi lainnya mungkin akan lebih sulit untuk mengembangkan keyakinan pada karma dan akibat-akibatnya.
Secara umum di dalam buddha dharma seluruh fenomena atau entitas yang bisa diketahui bisa dikategorikan menjadi tiga. Yang pertama adalah fenomena yang nyata atau jelas. Yang Mulia Dalai Lama di Swiss tahun lalu menjelaskan hal ini dalam ceramah Beliau. Beliau mengklasifikasikan fenomena menjadi tiga kategori. Yang pertama adalah fenomena atau entitas yang bisa diketahui secara langsung, yang bisa dicerap oleh persepsi indra, misalnya penglihatan, pendengaran, penciuman, dan seterusnya. Dengan kata lain, fenomena pertama yang nyata ini adalah objek yang bisa ditangkap oleh pancaindra.
Entitas yang bisa diketahui dan dipahami ini masuk kategori fenomena yang nyata, yang merupakan objek pencerapan penalaran yang sahih/ valid. Kategori fenomena yang pertama ini adalah objek-objek penalaran yang sahih, berlaku sama baik untuk makhluk non arya maupun arya.
Berikutnya, ada kategori entitas yang bisa diketahui lainnya, tapi tidak bisa secara langsung dicerap oleh persepsi indra, namun bisa diketahui melalui analisis atau penalaran. Fenomena kategori kedua ini disebut fenomena yang sedikit tersembunyi. Fenomena yang sedikit tersembunyi contohnya ketidak-kekalan yang halus, proes kelahiran yang sifatnya halus, proses penuaan, termasuk juga kesunyataan. Kesunyataan adalah sesuatu yang bisa dipahami bila seseorang menggunakan penalaran logika.
Kategori ketiga terhadap fenomena atau entitas yang bisa diketahui adalah fenomena yang sangat tersembunyi, yang tidak bisa diakses dengan persepsi indra maupun penalaran logika, namun fenomena tersembunyi ini eksis.
Fenomena ini tidak bisa diakses dengan persepsi indra maupun penalaran logika yang sahih. Oleh sebab itu, fenomena tersembunyi ini hanya bisa dipahami dengan bergantung pada teks-teks yang valid atau bergantung pada makhluk hidup yang valid. Dengan kata lain, pemahaman terhadap fenomena tersembunyi ini bergantung pada kepercayaan terhadap guru dan kitab-kitab dharma. Hanya melalui merekalah kita bisa mengetahui adanya fenomena yang sangat tersembunyi tersebut.
Terkait dengan topik Karma dan Akibat-akibatnya, sebagian besar penjelasan topik ini masuk kategori fenomena yang sangat tersembunyi. Ada beberapa bagian yang mungkin merupakan fenomena yang lebih terang yang masuk kategori fenomena yang sedikit tersembunyi, tapi saya tidak yakin apakah ada fenomena di dalam penjelasan karma ini yang bisa masuk kategori satu, yaitu fenomena yang nyata dan jelas. Sebagian besar penjelasan karma masuk kategori fenomena yang sangat tersembunyi.
Untuk bisa mengetahui dan memahami fenomena-fenomena ini, kita harus bergantung pada teks dan penjelasan ajaran yang sahih, kata-kata penjelasan dari seorang guru yang darinya kita bisa mengembangkan keyakinan yang pasti dan kuat terhadap poin-poin ajaran yang disampaikannya. Sebuah teks atau kitab yang menjadi panduan bagi kita untuk memahami fenomena sangat tersembunyi haruslah lolos pengujian tiga lapis. Teks atau kitab tersebut tidak berkontradiksi dengan persepsi langsung maupun tidak langsung, serta tidak berkontradiksi dengan keyakinan yang didasari penalaran yang sahih.
Demikianlah, secara keseluruhan, fenomena bisa terbagi menjadi tiga: (1) Fenomena yang nyata dan jelas, (2) fenomena yang sedikit tersembunyi, dan (3) fenomena yang sangat tersembunyi. Tidak ada pilihan yang keempat. Semua fenomena dan entitas yang bisa diketahui jatuh pada salah satu kategori di atas. Tidak ada kategori fenomena di luar ketiga kategori ini.
Tadi dikatakan bahwa sebuah teks atau kitab harus lolos pengujian tiga tahap. Yang pertama, sebuah teks harus lolos pengujian fenomena yang nyata. Artinya, teks ini harus bisa melewati pemeriksaan berdasarkan persepsi valid yang langsung. Contoh paling sederhana bisa saya berikan di sini. Di ruangan ini tidak ada kuda. Jika ada teks atau kitab yang mengatakan bahwa di ruangan ini ada seekor kuda, dikarenakan pernyataan tersebut bertentangan dengan persepsi indra langsung kita semua–yakni mata kita, karena mata kita tidak melihat adanya kuda–maka pernyataan teks itu bertentangan dengan sebuah persepsi yang valid.
Bila ada teks yang demikian, maka ia tidak bisa dipercayai. Kebenaran teks tersebut dikontradiksikan atau dibuktikan ketidakbenarannya melalui persepsi indra langsung kita semua yang tidak melihat adanya kuda di dalam ruangan ini. Karena semua persepsi indra langsung yang berada di ruangan ini mencerap tidak adanya kuda maka ini berlawanan dengan pernyataan teks yang sekaligus tidak lolos uji kategori fenomena pertama yaitu fenomena nyata atau langsung. Dari sudut pandang persepsi indra langsung, teks ini tidak sahih/ tidak valid.
Yang kedua adalah fenomena yang sedikit tersembunyi, yang bisa diverifikasi melalui kesimpulan berdasarkan persepsi valid tidak langsung, yaitu berdasarkan penalaran yang didukung oleh alasan dan pertimbangan. Jika ada sebuah pernyataan mengatakan manusia adalah kekal, maka pernyataan ini dinyatakan tidak valid berdasarkan penalaran logika yang memiliki alasan dan pertimbangan untuk menyimpulkan bahwa manusia tidak kekal.
Dikarenakan persepsi valid tidak langsung yang didukung jejak-jejak karma menyimpulkan bahwa manusia adalah fenomena yang berubah dari momen ke momen, maka manusia itu tidak kekal. Bagaimana kita bisa menyimpulkan bahwa manusia berubah dari momen ke momen? Karena manusia adalah fenomena yang dihasilkan oleh sebab dan kondisi. Dengan demikian, argumen itu menyimpulkan manusia berubah dari momen ke momen, sehingga tidak kekal. Segala sesuatu yang muncul dari sebab dan kondisi tidak bisa bertahan pada kondisi yang sama terus-menerus dari satu momen ke momen berikutnya. Tidak ada stabilitas yang bisa dipertahankan dari satu momen ke momen berikutnya. Sebaliknya, terjadi perubahan terus menerus dari momen ke momen.
Ujian ketiga terkait fenomena yang sangat tersembunyi, yang tidak berlawanan atau tidak berkontradiksi dengan jejak-jejak karma keyakinan dan kepercayaan. Jika ada sebuah teks yang mengatakan bahwa kemurahan hati akan menyebabkan kemiskinan, praktik sila berakibat terjatuh ke alam rendah, maka pernyatan tersebut berlawanan dengan kategori fenomena ketiga yaitu kesimpulan yang didasari keyakinan dan kepercayaan. Karena itu, teks tersebut masuk kategori tidak valid.
Jika sebuah teks atau kitab bisa melewati pengujian tiga tahapan analisis ini, barulah dikatakan sebagai teks atau kitab yang valid. Dengan kata lain, sebuah pernyataan dalam sebuah teks/ kitab tidak berlawanan dengan salah satu dari ketiga jenis persepsi yang valid. Inilah caranya menentukan kemurnian sebuah teks/ kitab. Contoh kitab/ teks yang murni yang bisa melewati pengujian tiga tahap adalah semua kata-kata Buddha. Kata-kata Buddha bersifat murni, valid, dan lolos pengujian tiga tahap.
Mari kita ambil sebuah contoh, yaitu teks valid yang merujuk pada kata-kata Arya Nagarjuna. Beliau mengatakan bahwa dari kemurahan hati muncul-lah kesejahteraan, dari praktik sila muncul-lah kebahagiaan (terlahir di alam bahagia), dari kesabaran muncul-lah kecantikan/ penampilan yang mengesankan beserta lingkaran sahabat-sahabat yang baik, dari upaya bersemangat muncul-lah kesuksesan mencapai tujuan, dari konsentrasi muncul-lah kedamaian batin, dan dari kebijaksanaan muncul-lah kebebasan dari klesha serta pembebasan samsara.
Kata-kata Nagarjuna tersebut masuk kategori teks yang valid karena lolos pengujian tiga tahap, artinya tidak berkontradiksi atau tidak bertentangan dengan ketiga jenis persepsi yang sahih. Kata-kata Nagarjuna berdasarkan kitab (kata-kata Buddha). Tadi telah disebutkan bahwa semua kata-kata Buddha bersifat valid karena lolos pengujian tiga tahap analisis.
Seorang Buddha tidak bisa berbohong. Kalau kita mengatakan Buddha tidak berbohong dengan alasan, “karena mereka adalah Buddha,” tentu ini tidak cukup. Kita perlu alasan lebih jauh. Menurut Anda, apa alasannya?
Ada orang-orang yang menjawab karena Buddha sudah mencapai pembebasan, karena Buddha sudah tidak memiliki rasa takut. Saya punya penjelasan yang lebih sederhana. Karena Buddha sudah tidak memiliki klesha sama sekali. Seorang Buddha sudah bebas dari segala jenis klesha. Arahat juga tidak bisa berbohong karena Arahat juga sudah bebas dari semua klesha.
Tindakan berbohong disebabkan oleh klesha. Bila Anda tidak punya klesha, maka Anda tidak bisa berbohong. Sesederhana itu.
Karena Buddha tidak berbohong, maka pernyataan bahwa kemurahan hati menghasilkan kekayaan/ kesejahteraan, praktik sila menghasilkan kelahiran kembali di alam bahagia, dst, merupakan kata-kata Buddha, maka pernyataan tersebut merupakan teks yang valid, yang lolos pengujian tiga tahap.
Sebagai rangkuman dari apa yang telah saya sampaikan terkait konteks Karma dan Akibat-akibatnya, yaitu seseorang harus mengembangkan keyakinan yang kuat. Berlandaskan keyakinan yang kuat ini, kita sampai pada kesimpulan bahwa kita percaya dan yakin akan karma dan akibat-akibatnya, yang merupakan ajaran yang bersumber dari kata-kata Buddha yang lolos pengujian tiga tahap. Seorang Buddha tidak biasanya berbohong. Seorang Buddha bahkan tidak bisa berbohong. Seorang Buddha tidak berbohong karena alasan yang sederhana, yaitu sebab berbohong ‘klesha’ tidak bisa ditemukan pada seorang Buddha. Karena tidak ada sebabnya, maka akibatnya juga tidak bisa terjadi.
Bagi buddhis untuk memercayai dan meyakini karma dan akibat-akibatnya bukanlah persoalan yang sulit. Lain halnya untuk non-buddhis, yang tentu saja kondisinya lebih rumit. Bagi Anda yang bukan buddhis, pertama-tama Anda harus bertanya mengapa buddhis percaya pada kata-kata Buddha. Tentu saja saya tidak memaksa Anda untuk melakukan hal ini, tapi semata-mata ini merupakan bahan pemikiran bagi Anda yang memang berniat mencari tahu.
Kembali pada garis-garis besar Lamrim, poin pertama, merenungkan aspek-aspek umum karma dan akibat-akibatnya, terbagi dua:
1. Perenungan yang sesungguhnya pada aspek-aspek umum dari karma dan akibat-akibatnya
2. Merenungkan bermacam-macam jenis karma secara terpisah
Poin pertama, aspek-aspek umum karma, mempunyai empat bagian:
– Kepastian karma
– Pertumbuhan karma yang sangat pesat
– Kita tidak akan mengalami akibat dari karma yang belum pernah kita lakukan
– Karma yang telah dilakukan tidak akan hilang begitu saja
Istilah “perenungan sesungguhnya pada aspek-aspek umum karma” merujuk pada karakteristik umum yang berlaku untuk semua jenis karma, baik karma putih maupun karma hitam, karma bajik maupun karma buruk. Janganlah berpuas diri bila Anda sudah mengetahui karakteristik karma secara umum ini. Yang harus dilakukan adalah benar-benar memeriksa secara hati-hati dan teliti, agar Anda benar-benar bisa membangkitkan keyakinan yang kuat.
Tadi kita sudah menganalisis dan sudah sampai pada kesimpulan bahwa pernyataan-pernyataan dalam topik karma ini bisa dipercaya. Jadi, yang harus kita lakukan adalah, betul-betul merenungkan pernyataan tersebut hingga sampai pada kesimpulan bulat bahwa penjelasan itu benar dan kita betul-betul yakin.
Analoginya seperti kalau orang sedang berdagang biji-bijian, misalnya gandum, padi-padian, atau apa saja jenisnya. Ketika biji-bijian diperjual-belikan, maka ada ukuran untuk menentukan volume atau berat. Alat yang digunakan bisa jadi timbangan untuk mengukur satuan berat atau wadah untuk menentukan jumlah takarannya. Kalau biji-bijian sudah ditimbang menurut berat tertentu yang diterima dan diakui oleh semua pihak, barulah proses atau transaksi jual-beli bisa terjadi.
Di sini, ketika Anda sudah menetapkan keyakinan pada sifat-sifat dasar karma, yaitu basis, dan seterusnya, maka di atas basis yang sudah diyakini tersebut barulah Anda bisa menelaah berbagai jenis karma yang berbeda-beda, satu demi satu. Dengan demikian, barulah Anda bisa menetapkan kebenaran terhadap seluruh unsur-unsur pendukung topik Karma dan Akibat-akibatnya. Dari situ, Anda bisa lebih mudah untuk memastikan kebenaran dan keyakinan akan topik ini.
Karakteristik umum yang berlaku untuk semua jenis karma yang pertama adalah kepastian karma. Apa maksudnya? Artinya adalah kepastian bahwa karma baik akan membuahkan hasil yang baik dan karma buruk membuahkan hasil yang buruk pula. Bila demikian, apa artinya? Itu berarti semua makhluk, non arya dan arya, apa pun yang mereka alami, kebahagiaan atau penderitaan sekecil apa pun, apakah itu semilir angin sejuk sesaat di alam neraka, semua pengalaman-pengalaman menyenangkan merupakan konsekuensi dari karma baik. Kita harus benar-benar yakin akan kebenaran fakta ini.
Contoh yang diambil adalah makhluk yang terlahir di alam neraka panas. Perlu diketahui bahwa makhluk di sana mengalami penderitaan akibat panas yang luar biasa, terus-menerus, tanpa henti, tanpa jeda. Tapi kadang-kadang penderitaan mereka bisa berkurang sejenak akibat hembusan angin sejuk. Itu hanya bisa terjadi karena adanya karma baik yang dilakukan di masa lampau. Jadi, dari semilir angin sejuk di alam neraka panas hingga kebahagiaan dan kesenangan apa pun, itu semua merupakan buah atau akibat dari karma baik.
Prinsip yang sama juga berlaku untuk segala jenis penderitaan, apakah itu penderitaan kecil yang menimpa seorang Arahat. Penderitaan kecil ini hingga seluruh jenis penderitaan lainnya adalah buah dari perbuatan negatif atau karma buruk. Di sini dikatakan bahwa Arahat masih menderita, tapi tentu saja bukan demikian maksudnya karena Arahat tidak benar-benar merasakan penderitaan kecil tersebut. Tapi yang hendak dijelaskan di sini adalah poin kepastian karma.
Kepastian karma berlaku untuk Arahat yang masih bisa mengalami penderitaan halus akibat karma buruk yang berbuah. Penderitaan halus itu tidak mungkin berasal dari karma baik, dan prinsip ini berlaku untuk semua jenis penderitaan lainnya.
Satu bagian dari Ratnavali karya Arya Nagarjuna mengatakan:
“Semua penderitaan muncul akibat karma buruk masa lalu
Semua kebahagiaan datangnya dari kebajikan
Keseluruhan alam rendah munculnya dari ketidakbajikan
Keseluruhan alam bahagia datangnya dari kebajikan.”
Ketika kita mendengarkan penjelasan seperti itu, tentu saja kita harus mengaitkannya pada diri sendiri. Kapan pun kita mengalami kebahagiaan atau perasaan menyenangkan, walaupun itu kebahagiaan yang masih tercemar sekali pun, tapi yang namanya kebahagiaan tidak bisa muncul secara kebetulan. Kebahagiaan hanya bisa muncul dari kebajikan yang sudah dilakukan di waktu lampau.
Kadang-kadang ketika kita mengalami perasaan menyenangkan atau merasa bahagia, yang kita lakukan adalah duduk manis dan menikmatinya, tidak lebih. Yang seharusnya kita lakukan adalah mengenali perasaan menyenangkan dan bahagia itu sebagai kebajikan yang sudah kita lakukan di masa lampau. Karena kita sekarang adalah murid dari Hukum Karma dan Akibat-akibatnya, maka kita harus memanfaatkan kondisi tersebut untuk semakin memperdalam pemahaman kita akan aspek-aspek karma dan akibat-akibatnya.
Kita sering kali mengalami kebahagiaan atau perasaan menyenangkan, yang bisa dirasakan ketika kita menikmati makanan yang enak, minuman yang enak, pakaian yang bagus dan nyaman, atau ketika sedang menikmati pemandangan yang indah seperti yang bisa kita lihat di Negeri Swiss ini, dan berlaku untuk semua pemandangan indah lainnya. Ini semua merupakan pengalaman menyenangkan yang merupakan buah dari karma baik.
Penting sekali untuk menyadari dan memperhatikan setiap kali kita mengalami perasaan menyenangkan dan mengenalinya sebagai buah dari karma baik yang dilakukan di masa lalu, yaitu kebajikan-kebajikan yang telah kita lakukan. Kita tidak bisa tahu kebahagiaan yang satu ini asalnya dari perbuatan bajik yang mana, karena ini adalah pengetahuan yang sangat tersembunyi sekali bagi kita untuk mengetahuinya. Jadi, kapan pun kita mengalami perasaan menyenangkan atau momen-momen bahagia, kita harus bisa mengenalinya sebagai buah atau hasil dari kebajikan yang telah kita tanam. Kita harus benar-benar yakin akan hal ini. Lalu kita bisa bersuka-cita atas kebajikan kita sendiri.
Berhati-hatilah jangan sampai perasaan menyenangkan itu malah menimbulkan kemelekatan karena sering kali itulah yang kita lakukan. Kapan saja kita mengalami sedikit kebahagiaan, kita langsung melekat padanya.
Di satu sisi kita harus bisa mengenali perasaan menyenangkan sebagai hasil atau buah dari kebajikan dan kita bersuka cita atas kebajikan kita sendiri, bukan malah menimbulkan kemelekatan. Kalau kita berniat untuk mempertahankan dan memperpanjang kebahagiaan tersebut, itu sudah merupakan tanda-tanda munculnya kemelekatan. Daripada melekat, lebih baik kita menyadari bahwa itu adalah sesuatu yang berubah dari momen ke momen. Kita harus realistis untuk melihatnya sebagai fenomena tidak kekal yang tidak bisa bertahan selama-lamanya. Momen pertama sebuah perasaan menyenangkan muncul, maka momen berikutnya dia langsung berubah. Ia tidak bisa bertahan atau berdiam terus dalam kondisi yang sama.
Barangkali ada orang yang protes, kenapa sih harus sampai berpikir seperti itu? Bukankah itu adalah cara berpikir yang menyedihkan sekali? Tapi di sini saya jelaskan bahwa pemikiran seperti ini bukanlah sesuatu yang dibuat-buat, bukan sesuatu yang direka-reka, tapi ini adalah sifat dasar sebuah fenomena. Jika kita terbiasa dengan pemikiran bahwa perasaan dan fenomena senantiasa berubah setiap saat, ini akan sangat bermanfaat ketika kita menghadapi perubahan besar dalam hidup kita. Ketika hal itu terjadi, kita lebih siap untuk menghadapinya dan bahkan bisa menjalaninya dengan mudah.
Jadi, kembali lagi, kita harus memahami bahwa semua pengalaman muncul berdasarkan apa yang sudah kita lakukan. Pengalaman menyenangkan datangnya dari kebajikan, penderitaan datangnya dari tindakan negatif. Di satu sisi kita harus menghindari kemelekatan kapan pun perasaan menyenangkan muncul, dan kita juga harus menghindari munculnya kemarahan ketika dilanda penderitaan. Dalam hal ini kita sendiri yang harus menjaga dan melindungi diri sendiri.
Lebih lanjut, kalau kita sudah terbiasa dengan pemahaman seperti ini berdasarkan pengalaman, maka kita bisa menghindari sikap-sikap yang berlebihan atau melebih-lebihkan sesuatu. Terutama ketika sedang dilanda penderitaan. Kadang-kadang kita berpikir, “Kenapa kemalangan selalu datang menimpa diriku?” dan sering kali kita mencari kambing hitam. Kalau kita punya pemahaman yang benar, kita bisa menghindari sikap berlebihan seperti ini dan memahami dari mana datangnya penderitaan yang kita alami.
Kalau tidak berusaha memahami dengan cara seperti itu, akibatnya adalah kita senantiasa mengeluh. Kita mencari teman atau sahabat untuk mengeluh, apakah itu lewat telepon dan lain sebagainya. Kadang percakapan telepon berjam-jam isinya hanya keluhan yang justru semakin menambah api dan memperparah penderitaan yang memang sudah terjadi.
Alternatif solusinya adalah kita bisa berusaha memahami apa yang sedang kita alami. Bahwasanya penderitaan yang kita alami merupakan akibat dari ketidakbajikan yang sudah kita lakukan sendiri di masa lampau. Dengan pemahaman seperti ini, akan membuat perubahan besar terhadap cara pandang kita akan sebuah situasi. Bahkan, cara pandang kita boleh dibilang berubah drastis, berubah total.
Ini berarti apa pun pengalaman yang kita alami, itu adalah akibat dari sesuatu yang sudah kita lakukan di masa lalu, yaitu dari sosok masa lalu yang kesinambungan mentalnya berlanjut hingga munculnya kita pada saat ini. Kalau demikian halnya, tidak ada orang lain yang mesti disalahkan. Jadi, kita bisa melihat sumber atau penyebab kesusahan kita saat ini sebenarnya ada dua orang. Kalau bukan kita sendiri, berarti seseorang yang memiliki kesinambungan mental yang sama di masa lalu. Dan kalau kita telusuri lagi, yang patut dipersalahkan adalah sikap mementingkan diri sendiri dalam bentuk kebodohan batin yang mencengkram adanya eksistensi sejati yang berdiri sendiri yang muncul di dalam batin orang tersebut. Inilah sesungguhnya yang patut dipersalahkan.
Begitu kita sudah mampu mengenali asal-muasal penyebab penderitaan kita yang sesungguhnya, maka satu-satunya hal yang harus dilakukan adalah: menghancurkannya. Kurangilah sikap mementingkan diri sendiri, kurangilah sikap mengagungkan diri sendiri. Kurangilah sikap mencengkram adanya eksistensi sejati yang bisa berdiri sendiri. Itulah satu-satunya solusi.
Bila Anda belum mampu berpikir sejauh itu, artinya Anda tidak bisa menyalahkan sikap mementingkan diri sendiri, sikap mencengkram adanya eksistensi yang berdiri sendiri, maka setidak-tidaknya, Anda bisa menyalahkan pengalaman menderita yang dialami sebagai akibat dari perbuatan masa lalu Anda sendiri, baik dalam kehidupan saat ini maupun dalam kehidupan sebelumnya, yang merupakan sumber penyebab penderitaan Anda.
Ada banyak aspek yang bisa saya jelaskan panjang lebar lebih lanjut tentang ini tapi saya rasa cukup sampai di sini dulu. Kita harus lanjut pada topik ini. Pada dasarnya kita bisa berkesimpulan bahwa apa pun pengalaman yang kita jalani saat ini, itu bukanlah sesuatu yang diciptakan oleh seorang makhluk eksternal. Kita sendiri adalah pencipta dari pengalaman yang kita alami. Dengan kata lain, tindakan bajik dan tidak bajik-lah yang menghasilkan segala pengalaman yang kita rasakan saat ini.
Kalau kita renungkan baik-baik tentang hal ini, kita seharusnya bisa membangkitkan keyakinan kuat yang betul-betul yakin dan percaya pada kebenaran hukum karma dan akibat-akibatnya. Poin ini juga yang dinyatakan oleh Gomchen Ngaki Wangpo di dalam teks Gomchen Lamrim: Dari karma bajik dan tidak bajik secara umum, muncul-lah kebahagiaan dan penderitaan secara umum; bentuk-bentuk khusus kebahagiaan dan penderitaan, munculnya dari bentuk-bentuk khusus yang halus dari kedua jenis karma bersangkutan.
Je Rinpoche mengatakan bahwa pemahaman prinsip ini, yaitu dari kebaikan muncul kebahagiaan dan dari ketidakbajikan munculnya penderitaan, merupakan prinsip mendasar akan konsep baik dan buruk di dunia ini. Ini tentu saja merupakan fakta yang bisa diterima secara umum. Lebih lanjut, hukum karma dan akibat-akibatnya merupakan sebuah pandangan dunia yang unggul, fondasi munculnya semua kebaikan di dunia ini. Poin ini sangat penting sekali.
Prinsip-prinsip karma dan akibatnya merupakan fondasi dari semua kebaikan dan kebajikan. Ia juga merupakan fondasi bagi keseluruhan praktik buddhis. Jika Anda tidak percaya pada hukum karma dan akibat-akibatnya, maka seluruh praktik buddhis Anda menjadi tidak berdasar sama sekali. Tanpa keyakinan pada hukum karma, tidak ada yang namanya praktik buddhis sama sekali.
Ada banyak sekali kisah-kisah terkait poin kepastian karma yang bisa ditemukan di dalam Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan (Lamrim Chenmo) yang dikutip dari berbagai Sutra. Anda semua perlu mengetahui hal ini. Kita tidak punya waktu untuk menguraikannya panjang lebar hari ini.
Karakteristik kedua adalah karma berkembang sangat pesat, karma baik maupun buruk. Dari kebajikan kecil yang kelihatannya tak berarti bisa muncul kebahagiaan yang sangat besar. Prinsip yang sama berlaku untuk karma buruk. Dari suatu karma buruk yang sangat kecil yang kelihatannya sangat remeh, bisa muncul penderitaan hebat yang sangat besar. Pertumbuhan fenomena internal seperti karma jauh lebih besar dan berkali-kali lipat kekuatannya dibandingkan pertumbuhan fenomena eksternal seperti benih, dan lain sebagainya.
Ada sebuah karya berjudul “Kumpulan” atau Tshom dalam bahasa Tibet yang merupakan kumpulan bagian-bagian Sutra yang mengatakan: Dari kesalahan kecil bisa berakibat penderitaan besar pada kehidupan yang akan datang. Sama seperti satu bagian kecil racun. Kalau seseorang memakan racun walaupun sedikit tapi racun bisa menyebar ke seluruh bagian tubuh dan akhirnya orang tersebut benar-benar sakit parah. Prinsip sama berlaku untuk ketidakbajikan. Tindakan karma buruk sekecil apa pun tidak boleh diabaikan. Kita harus berupaya menghindari karma buruk, walaupun sangat kecil. Jangan menganggap remeh karma buruk yang kecil. Sebisa mungkin kita harus menghindari melakukan karma buruk, sekecil apa pun.
Prinsip yang sama berlaku untuk tindakan bajik. Jangan anggap remeh kebajikan, seberapa pun kecil dan tidak pentingnya. Karma baik yang kecil bisa berubah menghasilkan kebahagiaan yang sangat besar sama seperti bijih gandum atau benih padi yang sangat kecil tapi bisa menghasilkan panen yang berlimpah ruah.
Hal yang sama juga dinyatakan di dalam Sutra yang Bijak dan Dungu. Jangan memandang rendah kebajikan kecil karena titik-titik air pun lama-lama bisa memenuhi sebuah pot. Bila seseorang mengabaikan karma baik yang kecil dengan berpikir itu tidak penting tentulah ia sosok yang tidak berhati-hati. Kita perlu memupuk karma baik, termasuk yang kecil-kecil. Sejauh kita bisa melindunginya dari kemarahan, maka karma-karma baik kecil bisa menghasilkan kebahagiaan yang besar. Sebaliknya, jangan abaikan karma buruk yang ringan karena seperti percikan api kecil, ia bisa menghanguskan setumpuk besar jerami atau rerumputan.
Kesalahan-kesalahan kecil bisa berakibat sangat fatal dan menghasilkan akibat buruk yang sangat drastis. Ada sebuah kisah tentang Mogallana, salah satu dari dua siswa utama Sang Buddha. Hukum Karma dan akibat-akibatnya berlaku untuk semua makhluk, baik makhluk biasa maupun superior. Kisah Mogallana akan saya ceritakan besok, yaitu bagaimana Beliau yang seorang Arahat bisa menghadapi kesulitan besar akibat karma buruk kecil yang dilakukannya pada kehidupan sebelumnya.
Sampai di sini untuk sesi sore ini. Kita dedikasikan semua kebajikan yang sudah dibangkitkan pada hari ini. Semoga karma baik ini memungkinkan semua makhluk untuk membangkitkan kualitas-kualitas Tahapan Jalan Menuju Pencerahan di dalam batin mereka. Bagi yang sudah muncul, semoga kualitas-kualitas tersebut bisa diperkuat dan ditingkatkan.
* * * * * * * *
Catatan: Rangkuman di atas disusun berdasarkan catatan tangan penerjemah bahasa Indonesia. Bila terdapat kesalahan, maka itu sepenuhnya menjadi tanggung-jawab perangkum. Sesaat sebelum jeda singkat, terjadi gangguan koneksi sehingga ada bagian terpotong selama lebih kurang 8-10 menit. Selebihnya, keseluruhan sesi bisa diterima dengan baik.
* * * * * * * *
Kadam Choeling menerbitkan transkrip tertulis secara berkala, yang dibagikan tanpa memungut biaya kepada daftar pembaca Transkrip. Buku transkrip bertujuan membagikan dharma ajaran guru-guru besar berdasarkan silsilah Lamrim kepada para pembacanya semata-mata untuk memberikan manfaat. Buku Transkrip tidak bertujuan mencari keuntungan komersial.
Bila Anda ingin mendapatkan kiriman buku Transkrip, kirimkan data lengkap (Nama lengkap, alamat lengkap berikut kode pos, nomor telepon yang bisa dihubungi) ke: