Oleh: YM Dagpo Rinpoche
Dagpo Rinpoche, yang juga dikenal sebagai Bamcho Rinpoche, lahir tahun 1932 di Kongpo, Tibet. Beliau dikenali sebagai reinkarnasi Dagpo Lama Rinpoche Jamphel Lhundrup, guru akarnya Pabongkha Dorje Chang, oleh Dalai Lama ke-13 ketika berusia dua tahun. Pada usia enam tahun Beliau masuki Biara Bamcho di wilayah Dagpo dan belajar membaca, menulis, serta mulai mempelajari dasar-dasar sutra dan tantra. Pada usia tiga belas tahun, Rinpoche memasuki Biara Dagpo Shedrup Ling untuk belajar filsafat buddhis.
Setelah belajar selama sebelas tahun di Dagpo Shedrup Ling, Dagpo Rinpoche pergi ke universitas biara Drepung di dekat Lhasa. Rinpoche telah belajar dengan lebih dari empat puluh orang guru, terutama kepada dua tutor Yang Mulia Dalai Lama, Kyabje Ling Dorje Chang dan Kyabje Trijang Dorje Chang, berikut Yang Mulia Dalai Lama sendiri. Di bawah bimbingannya, Rinpoche mempelajari kelima teks besar, tantra (Beliau telah menerima banyak inisiasi dan telah menyelesaikan retret), serta belajar astrologi, tata bahasa, puisi dan sejarah.
Dagpo Rinpoche belajar dan menetap di Gomang Dratsang hingga masuknya invasi komunis di tahun 1959 ketika Beliau mengikuti jejak langkah guru-gurunya yang melarikan diri ke India. Kurang dari setahun setelah tiba di India, Rinpoche diundang ke Perancis untuk membantu penelitian para ahli Tibet berkebangsaan Perancis. Di sana Rinpoche mengajarkan bahasa Tibet dan buddhisme di Sekolah Studi Ketimuran (INaLCO), yang masih memiliki hubungan dengan Universitas Sorbonne di Paris, selama hampir tiga puluh tahun. Kini setelah pensiun Rinpoche melanjutkan riset, praktik, dan studi pribadinya. Beliau telah membantu penulisan sejumlah buku tentang Tibet dan tentang Buddhisme. Selain itu Rinpoche juga telah mengisi tak terhitung program-program siaran televisi dan radio.
Saat ini Dagpo Rinpoche memiliki pusat-pusat dharma yang tersebar di Perancis, Belanda, Malaysia, dan Indonesia. Setiap tahun Beliau mengunjungi India untuk mempertahankan kontak dengan guru-guru dan biara-biaranya yang ada di India. Pada Januari 2013 Dagpo Rinpoche mengunjungi Malaysia untuk membimbing retret dengan topik “JALAN MUDAH MENCAPAI KEMAHATAHUAN” karya Panchen Lama pertama, Losang Chokyi Gyeltsen, di Kadam Tashi Choling yang beralamat di Petaling Jaya. Benny Liow dan Hee Cher Sun dari Eastern Horizon mewawancara Rinpoche terkait topik lam-rim.
EH: Rinpoche, mohon jelaskan dengan singkat latar belakang Anda – silsilah, guru-guru, dan ajaran-ajaran apa saja yang telah diterima.
DR: Sejak umur enam hingga dua belas, saya menetap di Biara Bamcho di mana saya diajari membaca, menulis, dan dasar-dasar prinsip dan ritual buddhisme. Pendahulu saya adalah kepala Biara Bamcho.
Pada usia dua belas, saya memasuki Biara Dagpo Shedurp Ling yang juga dikenal dengan sebutan Dagpo Dratsang. Sebuah dratsang adalah sebuah biara yang sepenuhnya diperuntukkan untuk studi dan praktik filsafat buddhis dan Dagpo Dratsang adalah biara tempat saya menempuh sebagian besar studi saya selama masih menetap di Tibet. Pendahulu saya adalah kepala di biara ini, sebuah biara yang terkenal sangat ketat dalam menerapkan disiplin monastik (vinaya), serta terkenal akan irama pujanya yang merdu, dan khususnya termahsyur dalam hal ajaran dan praktik Lam-rim atau Tahapan Jalan Menuju Pencerahan. Dari situ pulalah muncul sebutan Lamrim Dratsang untuk biara ini.
Saya memiliki empat orang guru filsafat buddhis yang utama di Biara Dagpo. Pada tahun 1941, pada usia sembilan tahun, saya menerima ajaran Lamrim untuk pertama kalinya dari Pabongkha Dorjechang di Dagpo Dratsang. Ketika berumur empat belas tahun, para biksu Dagpo Dratsang pergi ke Lhasa untuk mempersembahkan upacara umur panjang kepada Yang Mulia Dalai Lama. Dalam kesempatan ini saya menerima Inisiasi Besar Avalokiteshvara dari Kyabje Trijang Dorjechang, inisiasi tantra pertama yang saya terima dalam kehidupan saat ini.
Setelah menetap selama sebelas tahun di Dagpo Shedrup Ling, saya meninggalkan Tibet Tengah untuk melanjutkan studi di salah satu dari empat universitas yang ada di Biara Drepung, yaitu di Gomang Dratsang. Saya tinggal di sana selama empat tahun dan utamanya belajar di bawah bimbingan sarjana besar buddhis berkebangsaan Mongolia, Gomang Khenzur Ngawang Nyima Rinpoche. Berbarengan dengan studi di Drepung, saya juga menerima instruksi dan transmisi spiritual dari kedua tutor Yang Mulia Dalai Lama, yaitu Kyabje Trijang Dorjechang dan Kyabje Ling Dorjechang, serta dari Yang Mulia Dalai Lama sendiri. Selain itu juga dari Lhatsun Rinpoche, Dragri Rinpoche, dan banyak lagi guru-guru lain yang menetap di Tibet Tengah pada waktu itu. Hingga saat ini saya telah menerima ajaran dari tak kurang empat puluh dua orang guru.
Guru-guru yang paling banyak kesempatannya bagi saya untuk menjalin kontak adalah guru-guru saya di Biara Bamcho, kedua tutor Yang Mulia Dalai Lama dan profesor saya di Gomang Dratsang, Gomang Khenzur Ngawang Nyima Rinpoche.
Saya menerima ajaran tentang teks ini dari Kyabje Trijang Dorjechang pada tahun 1958 ketika Kyabje Rinpoche mengajarkan Pembebasan di Tangan Kita untuk kali pertama. Ketika itu, Kyabje Rinpoche mengajarkan lima karya Lamrim sekaligus dalam periode lebih dari satu bulan lamanya, termasuk Jalan Mudah.
Secara keseluruhan ada banyak teks Lamrim. Yang pertama adalah Pelita Jalan Menuju Pencerahan karya Dipamkara Shri Jnana. Guru-guru Kadam dan Kagyu telah menuliskan berbagai kitab penjelasan terhadap teks Pelita Jalan. Je Tsongkhapa, pendiri tradisi Gelug, menulis tiga kitab penjelasan – Lamrim Agung, Lamrim Menengah, dan Lamrim Makna yang Dipadatkan, atau dikenal juga dengan teks Baris-baris Pengalaman. Tiga karya tersebut berikut lima karya lainnya membentuk yang disebut Delapan Teks Agung Lamrim.
Tidak ada karena praktik-praktik pendahuluan seperti namaskara, persembahan mandala, dan seterusnya, sudah merupakan bagian integral dari sebuah praktik Lamrim itu sendiri. Seseorang mempraktikkan Lamrim dalam sesi-sesi meditasi, yang mana masing-masing sesi sudah mencakup pendahuluan, meditasi sesungguhnya pada keseluruhan tahapan jalan atau salah satu aspeknya, dan penutup. Pendahuluan terdiri dari Enam Praktik Pendahuluan, yang mencakup berlindung, membangkitkan aspirasi untuk mencapai pencerahan, mempersembahkan Doa Tujuh Bagian berikut mandala, serta permohonan kepada guru-guru silsilah Lamrim. Praktik-praktik ini dilakukan berulang-ulang terus-menerus sebagai bagian dari praktik Lamrim harian.
Saya memiliki Jalan Mudah karena teks ini mencakup keseluruhan esensi isi dari semua Lamrim dan di antara delapan teks agung Lamrim, kecuali Lamrim Padat (Baris-baris Pengalaman), teks ini yang paling singkat. Dibandingkan Lamrim Padat yang terlalu singkat untuk berfungsi sebagai dasar bagi meditasi para pemula, Jalan Mudah ini sangat ideal bagi para pemula karena teks ini mengandung nektar dari keseluruhan teks Lamrim lainnya serta merupakan panduan untuk meditasi Lamrim. Jalan Mudah menyediakan petunjuk ringkas cara memeditasikan masing-masing topik di dalam Lamrim. Teks ini sangat sesuai bagi orang-orang yang hanya memiliki sedikit waktu untuk praktik.
Lamrim adalah sebuah instruksi tentang cara meraih keseluruhan “tahapan” atau kualitas-kualitas jalan spiritual hingga dan mencakup pencerahan lengkap sempurna seorang buddha. Instruksi ini dimulai dengan membangkitkan keyakinan kepada guru spiritual. Selanjutnya instruksi ini membimbing Anda selangkah demi selangkah untuk merealisasikan bodhicitta, yaitu aspirasi spontan untuk mencapai pencerahan. Begitu meraih bodhicitta, maka Anda akan melatih praktik Bodhisattva – yang pada esensinya merupakan praktik keenam paramita – dengan penekanan khusus pada dua paramita terakhir : konsentrasi, untuk meraih shamata atau ketenangan meditatif, dan prajna, untuk meraih vipashyana atau kebijaksanaan istimewa. Karena itu, dalam konteks sutrayana, Lamrim adalah sebuah instruksi yang lengkap karena ia menuntun praktisi menuju kebuddhaan; tentu saja instruksi ini sesuatu yang lebih dari sekadar praktik-praktik ngondro.
Perlu diketahui bahwa ada dua jenis Lamrim – Lamrim yang hanya mengandung praktik sutrayana saja dan Lamrim yang mencakup baik sutrayana maupun tantrayana. Versi Lamrim yang hanya berdasarkan sutrayana merupakan Lamrim yang lengkap karena merupakan panduan bagi seorang praktisi sejak tahapan awal jalan spiritual hingga pencapaian pencerahan. Namun, bagi praktisi tantra, bisa dibilang praktik Lamrim adalah praktik ngondro, sebuah pendahuluan, karena agar bisa sepenuhnya mempraktikkan tantra dan meraih hasil yang sesuai dengan praktik tersebut, seorang praktisi harus terlebih dulu mencapai seluruh kualitas-kualitas yang didapatkan dari praktik Lamrim: bodhicitta, penolakan samsara, dan penembusan shunyata. Begitu seorang praktisi telah menyelesaikan “praktik-praktik pendahuluan” ini, maka ia akan bisa mempraktikkan tantra dengan baik.
Kebanyakan teks-teks Lamrim memasukkan tantra dalam berbagai tingkat berbeda. Instruksi Manjugosha, sebagai contoh, hanya menyebutkan secara ringkas dan merupakan teks yang paling tidak berasosiasi dengan tantra bila dibandingkan dengan Lamrim lainnya, sedangkan Pelita Jalan banyak merujuk praktik tantra.
Buddha mengajarkan sutrayana dan tantrayana. Ada orang-orang yang tidak berjodoh dengan ajaran-ajaran tantra. Barangkali tantrayana memang tidak cocok untuk mereka. Bagi orang-orang ini, Buddha mengajarkan sutrayana dan menjelaskan bahwa seseorang memang bisa mencapai pencerahan hanya dengan menjalankan praktik sesuai dengan sutra-sutra.
Bagi murid-murid lainnya, Buddha mengajarkan sutrayana dan tantrayana. Menurut sistem tersebut, seseorang tidak bisa mencapai kebuddhaan bila hanya mengandalkan sutrayana saja. Untuk mencapainya, ia harus bertumpu pada tantrayana. Bagi orang-orang yang memang memiliki koneksi dengan tantrayana serta memenuhi syarat untuk mempraktikkannya, Buddha menjelaskan bahwa dengan menambahkan praktik tantrayana ke dalam sutrayana, maka ia bisa mencapai pencerahan lebih cepat dibandingkan kalau hanya mempraktikkan sutrayana saja.
Lamrim merujuk pada makhluk-makhluk kapasitas kecil, menengah, dan agung sesuai dengan tingkat kebahagiaan yang mereka inginkan. Dalam konteks Lamrim, untuk masuk kualifikasi seorang makhluk motivasi kecil, yang terpenting di atas segala-galanya adalah ia menginginkan kebahagiaan dalam bentuk kelahiran kembali yang baik pada kehidupan berikutnya. Seorang yang berlabel buddhis belum tentu serta merta memiliki aspirasi ini. Ada juga orang-orang yang mengaku buddhis tapi hanya mengejar kebahagiaan pada kehidupan saat ini saja. Di dalam Lamrim, antara kehidupan saat ini dan yang akan datang, mereka yang memprioritaskan kebahagiaan pada kehidupan akan datang masuk kualifikasi sebagai makhluk berkapasitas kecil yang sebenarnya. Akibatnya, mereka yang hanya mengejar kebahagiaan pada kehidupan saat ini tidak masuk kualifikasi seorang praktisi Lamrim yang sejati.
Orang-orang yang memprioritasikan kebahagiaan pada kehidupan akan datang mengambil perlindungan kepada Triratna dan melatih kemurahan hati, sila, dan sebagainya, untuk memastikan mereka mendapatkan hasil yang dituju tersebut. Dengan demikian, mereka masuk kualifikasi makhluk kapasitas kecil. Di dalam Pelita Jalan, Guru Atisha mendefinisikan orang-orang ini dengan tepat: “Mereka, yang dengan segala cara/ hanya menginginkan kebahagiaan di dalam lingkaran keberadaan/ adalah makhluk-makhluk kapasitas kecil.”
Namun, Lamrim adalah sebuah ajaran Mahayana. Karena itu, tujuan tertingginya adalah mencapai kebuddhaan demi semua makhluk. Dari itu, praktisi Lamrim menggunakan unsur-unsur jalan spiritual makhluk berkapasitas kecil, yang disebut “tahapan jalan yang dijalankan bersama-sama dengan makhluk kapasitas kecil”, untuk berkembang menjadi makhluk berkapasitas agung.
Orang-orang yang beraspirasi mencapai pencerahan tidak melatih jalan makhluk berkapasitas kecil yang sesungguhnya. Mereka memeditasikan topik-topik yang sama dengan latihan seorang praktisi lamrim sejati yang tujuannya adalah kebahagiaan semua makhluk dan juga latihan seorang praktisi kapasitas kecil, yang seperti telah kita lihat sebelumnya, mengejar kebahagiaan hanya pada kehidupan yang akan datang dan tidak beraspirasi pada pencerahan.
Sebagai contoh, praktisi-praktisi Lamrim memeditasikan kematian, kemuliaan terlahir sebagai manusia dan penderitaan di alam rendah, semata-mata untuk mengatasi kemelekatan pada kehidupan saat ini. Bentuk penolakan samsara yang paling awal ini berfungsi sebagai dasar untuk mengembangkan penolakan terhadap samsara secara keseluruhan, yang pada gilirannya berfungsi sebagai dasar untuk merealisasikan bodhicitta. Praktisi Lamrim sejati tidak memeditasikan topik-topik ini hanya demi mendapatkan kelahiran kembali yang baik semata-mata. Begitu mereka sudah mengatasi kemelekatan pada kehidupan saat ini, berikutnya mereka berjuang mengatasi kemelekatan pada samsara secara umum, termasuk kemelekatan terhadap kelahiran-kelahiran yang baik di dalam samsara. Untuk mengatasi kemelekatan terhadap kelahiran yang baik di dalam samsara, para praktisi ini memeditasikan tahapan jalan yang dijalankan bersama-sama dengan makhluk motivasi menengah.
Lamrim mengajarkan metode-metode untuk membebaskan diri dari samsara dengan menghancurkan pikiran-pikiran berikut emosi negatif, klesha-klesha, tapi tidak mendorong seseorang untuk menjadi arahat semata-mata demi kebahagiaannya sendiri, yang bertentangan dengan tujuan utama Lamrim yaitu menuntun praktisinya mencapai pencerahan tertinggi sehingga praktisi ini pada gilirannya bisa bekerja untuk menuntun semua makhluk pada kebuddhaan.
Untuk jangka pendek dan jangka menengah, tujuan mempraktikkan Lamrim adalah untuk mengakhiri penderitaan dan meraih kebahagiaan. Untuk jangka panjang, pada akhirnya, tujuannya adalah mencapai pencerahan lengkap sempurna seorang buddha agar bisa mendapatkan kemampuan mengakhiri penderitaan semua makhluk serta menuntun mereka pada kebahagiaan. Dalam rangka mencapai kebuddhaan, kalau motivasinya bersifat egois dan demi diri sendiri, misalnya demi mencapai sebuah tingkat kebahagiaan tertinggi untuk diri sendiri, maka orang yang memiliki motivasi demikian tidak akan pernah bisa mencapainya.
Ketika memeditasikan penderitaan-penderitaan samsara, yang merupakan bagian dari jalan untuk makhluk motivasi menengah, maka Anda memeditasikannya dalam konteks Empat Kebenaran Arya atau Dua Belas Mata Rantai yang Saling Bertautan. Begitu Anda telah sepenuhnya memahami penderitaan samsara, maka Anda akan menolaknya serta membangkitkan niat yang kuat untuk bebas dari samsara, yang merupakan kualitas penolakan samsara atau niat untuk bebas dari samsara. Dari situ, Anda mengaitkan pemahaman akan penderitaan pribadi Anda dengan penderitaan orang lain serta merenungkan kemalangan mereka. Welas asih agung akan muncul berikut keinginan agar semua makhluk berbahagian serta tekad untuk mengambil tanggung-jawab pribadi untuk meraih tujuan tersebut. Ketika muncul perasaan tidak mampu untuk mencapai tujuan demi makhluk lain dalam kondisi saat ini, maka Anda akan sampai pada kesimpulan bahwa satu-satunya cara untuk mencapainya adalah dengan menjadi seorang buddha. Dari situlah kemudian muncul aspirasi yang kuat untuk meraih kebuddhaan. Ketika aspirasi ini telah tumbuh menjadi sifat batin yang spontan, sikap batin yang menyatu sepenuhnya, maka Anda telah merealisasikan bodhicitta yang murni dan telah menjadi seorang bodhisattva.
Pertama-tama, pelajarilah sebuah teks Lamrim yang singkat tapi lengkap, kemudian renungkanlah secara teratur sambil terus membiasakan batin dengan teks tersebut hingga muncul pemahaman sesungguhnya terhadap berbagai kualitas spiritual yang harus dikembangkan. Seiring dengan munculnya pemahaman, secara alami Anda akan menggunakan pemahaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari ketika berhadapan dengan orang lain. Dengan cara seperti ini, Anda mentransformasikan kegiatan hidup sehari-hati menjadi praktik Lamrim. Apa pun yang Anda alami dalam hidup, baik atau buruk, bisa dikaitkan dengan Lamrim. Mengaitkan kehidupan sehari-hari dengan Lamrim secara terus-menerus akan semakin memperkuat praktik Lamrim itu sendiri.
Contohnya, ketika Anda menghadapi permasalah berat dalam pekerjaan, jika Anda tahu bagaimana cara menghadapi permasalah tersebut secara konstruktif, maka Anda bisa memahami bahwa persoalan timbul karena Anda masih berada di dalam samsara. Kalau sudah tidak lagi berada di dalam samsara, maka Anda tidak akan mengumpulkan karma yang akan berakibat demikian – dalam bentuk persoalan yang sedang dihadapi. Situasi yang dihadapi bisa berfungsi sebagai pengingat untuk berfokus pada purifikasi karma negatif serta meningkatkan karma baik, jangan hanya bisa cemas dan gusar. Kalau Anda menghadapi situasi sulit dengan cara seperti ini, maka kecemasan dan ketakutan akan berkurang dan walaupun masalahnya masih ada, tapi Anda sudah jauh lebih siap untuk menghadapinya.
Sesungguhnya, apa pun yang Anda hadapi bisa memperkuat pemahaman terhadap jalan spiritual. Sebagai contoh, ketika mendengar kabar baik, Anda bisa merenungkan bahwa itu adalah buah dari dari karma baik atau doa yang telah Anda panjatkan. Perenungan seperti ini akan semakin memperkuat keyakinan terhadap karma dan akibat-akibatnya, pun menumbuh-kembangkan keyakinan Anda terhadap ajaran-ajaran Buddha. Anda juga bisa senantiasa bersukacita terhadap hal-hal baik yang Anda amati atau ketahui.
Contoh, kalau seseorang mengucapkan kata-kata yang menyakitkan, Anda bisa mengendalikan reaksi Anda sendiri dan menghindari agar jangan sampai timbul kemarahan. Ini hanya bisa dilakukan, sekali lagi, dengan mempertimbangkan alasan mengapa kejadian seperti itu menimpa Anda dan memahami bahwa itu pastilah akibat matangnya buah karma buruk Anda sendiri. Renungkanlah bahwa dengan menjalani pengalaman yang tidak menyenangkan ini berarti Anda telah membuang sebagian dari karma buruk Anda dan kalau Anda tidak ingin itu terulang lagi maka Anda harus berhati-hati agar jangan sampai menciptakan karma buruk lagi.
Beberapa contoh kecil, dalam aliran Kagyu, ada karya berjudul Jewel Ornament of Liberation: The Wish-Fulfilling Gem of the Noble Teachings gubahan Gampopa. Dalam aliran Sakya, ada Freedom from the Four Attachments, ajaran yang diberikan oleh Manjushri kepada guru Sakya Sachen Kunga Nyingpo, berikut berbagai kitab penjelasannya. Karya singkat namun penting ini serupa dengan karya Je Tsongkhapa yang berjudul Tiga Prinsip Utama pada Jalan.
Di aliran Nyingma, ada karya berjudul Words of My Perfect Teacher yang disusun oleh Patrul Rinpoche, yang merupakan kitab penjelasan terhadap Pelita Sang Jalan Menuju Pencerahan. Karena konteks sejarah dan juga kepada siapa karya-karya tersebut dituliskan dan diajarkan, maka ada perbedaan kecil di antara karya-karya di atas. Namun, secara umum semua karya tersebut memiliki prinsip-prinsip utama yang sama. EH
* * * * * *
Persatuan Kadam Tashi Choe Ling Malaysia
89, Jalan Penchala,
46050 Petaling Jaya
Selangor,
Malaysia
Tel: 03 77702899
Email: ktclmalaysia@gmail.com
Website: www.ktcl.org.my
Sumber: Eastern Horizon No. 40 edisi Mei 2013