Catatan Perangkum: Rangkuman ini disusun berdasarkan catatan tangan penerjemah bahasa Indonesia. Rangkuman ini bukan transkrip kata-per-kata secara utuh, melainkan rangkuman isi dan makna ajaran sesuai terjemahan dari bahasa Inggrisnya. Tujuannya untuk mendokumentasikan ajaran mulia para Guru serta memfasilitasi pihak-pihak yang tidak berkesempatan mengikuti sesi secara langsung. Bagi peminat serius, disarankan untuk belajar dan mendalami lebih lanjut. Segala kesalahan ada pada perangkum.
* * * * *
Tadi pagi kita sudah membangkitkan motivasi yang bajik tapi waktu telah berlalu. Kemungkinan besar motivasi awal kita sudah melemah. Kita harus memperkuatnya lagi. Oleh sebab itu, sekali lagi kita harus mengingatkan diri sendiri bahwa kita sudah memperoleh kemuliaan terlahir sebagai manusia yang begitu luar biasa. Kita harus mengingat nilai penting yang terkandung dalam kelahiran seperti ini karena kelahiran ini sudah amat sangat langka.
Kelahiran ini semakin bernilai karena ia memberikan kita kesempatan untuk meraih tujuan-tujuan kita, baik tujuan sementara maupun tujuan tertinggi, termasuk di dalamnya tujuan pribadi maupun tujuan semua makhluk. Kita membangkitkan tekad bahwa kita akan merebut kesempatan ini dengan sebaik-baiknya dan tidak akan menyia-nyiakannya begitu saja. Kita tidak akan menyia-nyiakan kesempatan berharga ini dengan bermalas-malasan atau pun terjebak oleh pengalihan perhatian (distraksi).
Sebaliknya, kita bertekad untuk berkonsentrasi penuh mendengarkan ajaran Tahapan Jalan Menuju Pencerahan bagi Ketiga Jenis Praktisi supaya kita bisa bekerja meraih tujuan tertinggi, yaitu menuntun semua makhluk pada kebahagiaan sejati. Dalam rangka memenuhi tujuan tersebut, kita harus terlebih dulu mencapai Kebuddhaan yang lengkap sempurna. Marilah kita mengambil waktu beberapa menit untuk membangkitkan motivasi sebagaimana yang baru saja dijelaskan.
Sampai di mana penjelasan kita? Kita sudah melihat poin manfaat membangkitkan batin pencerahan selaku poin pertama pada bagian jalan motivasi agung. Barangkali ada yang bertanya-tanya: mengapa kita harus merenungkan manfaat-manfaat batin pencerahan? Jawabannya sama dengan jawaban mengapa kita melakukan segala yang kita lakukan selama ini, apakah itu bekerja, belajar, dan sebagainya.
Kita melakukan sesuatu karena kita menyadari manfaat yang akan kita dapatkan. Ketika kita menyadari manfaat dari aktivitas belajar atau bekerja, maka kita akan mendapatkan motivasi dan inspirasi untuk melakukannya. Hal yang sama berlaku di sini. Kalau kita sudah mengetahui dan menyadari manfaat-manfaat yang bisa diberikan oleh batin pencerahan, maka kita akan membangkitkan niat yang kuat untuk merealisasikan kualitas ini di dalam batin kita.
Contohnya, dalam kehidupan sehari-hari kita melakukan aktivitas bekerja. Apa pun jenis pekerjaan yang dilakukan, biasanya kita harus bangun pagi-pagi dan berangkat ke tempat kerja. Di tempat kerja, kita harus bekerja seharian bahkan kadang sampai lembur. Kita mengeluarkan upaya besar semata-mata demi pekerjaan kita. Alasan mengapa kita memiliki kemampuan untuk melakukan itu semua dikarenakan kita menyadari manfaat yang akan kita dapatkan. Kalau dalam contoh bekerja, itu berarti kita akan memiliki mata pencaharian dan mendapatkan pendapatan atau gaji untuk menopang hidup kita. Karena kita menyadari manfaatnya, makanya kita bisa menemukan energi atau tenaga untuk melakukan apa pun yang harus kita lakukan.
Kalau kita sudah sepenuhnya memahami manfaat-manfaat yang akan didapatkan dari merealisasikan batin pencerahan, keuntungan-keuntungan yang akan kita peroleh darinya, maka kita akan menemukan semangat dan energi untuk berupaya membangkitkan kualitas ini. Kita akan bersuka-cita dalam latihan pengembangan batin pencerahan dan benar-benar mengeluarkan segenap daya upaya untuknya.
Apa saja manfaat-manfaat yang bisa didapatkan kalau kita sanggup merealisasikan bodhicitta? Ada begitu banyak manfaat yang dijelaskan di dalam berbagai sutra Mahayana, salah satunya Sutra Barisan Tangkai (Gandavyuha Sutra). Di dalam karya ini terdapat lebih dari dua ratus manfaat-manfaat merealisasikan bodhicitta.
Jangankan untuk merenungkan keseluruhan dua ratus manfaat-manfaat bodhicitta, untuk mengetahui dan mempelajarinya saja juga sudah sulit. Menyadari hal ini, maka guru-guru besar masa lampau berbaik hati menyajikan uraian yang lebih pendek sehubungan manfaat-manfaat bodhicitta sebagaimana yang tercantum di dalam “Instruksi-instruksi Guru yang Berharga”. Di sana sudah tertera sepuluh manfaat bodhicitta. Seiring dengan saya memberikan penjelasan manfaat-manfaat bodhicitta, Anda bisa merujuk kembali pada teks garis-garis besar Lamrim.
Kita tidak punya waktu untuk menguraikan satu per satu kesepuluh manfaat ini panjang lebar, tapi saya akan mencoba untuk sedikit menjelaskan. Pertama-tama, Anda semua perlu mengenali dengan terang dan gamblang bahwa bodhicitta adalah satu-satunya pintu gerbang menuju Mahayana. Ini artinya kapan pun seseorang membangkitkan batin pencerahan secara murni, maka sejak itu pula ia telah menjadi seorang Mahayanis. Dengan kata lain, ia telah menjadi seorang Bodhisattva. Sejak itu, apa pun yang dilakukannya, bahkan sekecil dan sesepele memberikan koin kepada pengemis jalanan, maka tindakan sederhana itu akan menjadi sebuah praktek Bodhisattva.
Manfaat lainnya adalah bukan hanya tindakan bajik berubah menjadi praktek Bodhisattva, tapi termasuk juga tindakan-tindakan netral seperti bergerak dari satu tempat ke tempat lain, makan, tidur, dan segala bentuk tindakan netral lainnya. Semua tindakan netral ini bisa berubah menjadi sebab-sebab untuk pencapaian Kebuddhaan, dengan catatan bahwa seseorang memang memiliki bodhicitta di dalam dirinya. Jadi, bukan hanya tindakan bajik tapi juga tindakan netral sekaligus bisa berfungsi sebagai sebab-sebab pencerahan.
Apa pun yang dilakukan oleh seseorang yang telah membangkitkan bodhicitta, apakah itu bergerak secara fisik dari satu titik ke titik lain, mengucapkan sesuatu, memikirkan sesuatu; semua tindakan fisik, ucapan, dan mentalnya akan menjadi sebab-sebab pencapaian Kebuddhaan. Jadi, praktis ia senantiasa -setiap saat- menghasilkan sebab-sebab untuk merealisasikan Kebuddhaan.
Kalau dikatakan itu semua akan berfungsi sebagai sebab-sebab pencerahan, barangkali kata-kata tersebut tidak begitu berarti bagi Anda. Cara lain untuk menjelaskannya adalah begitu seseorang membangkitkan bodhicitta maka sejak saat itu ia mampu memberikan kontribusi untuk mengakhiri penderitaan semua makhluk – tanpa kecuali – dan mampu berkontribusi untuk mempersembahkan kebahagiaan sejati kepada semua makhluk, juga tanpa pengecualian.
Kalau demikian halnya, maka sepanjang hidupnya -bahkan hanya dengan sekadar hidup saja- orang tersebut akan mengumpulkan akumulasi kebajikan yang teramat sangat besar. Itu artinya dari sejak pagi hari hingga katakanlah waktu sekitar saat ini sekarang, maka dalam jangka waktu yang relatif pendek tersebut, ia sudah menghasilkan akumulasi dan kumpulan kebajikan yang besar sekali yang akan mendukung pencapaian Kebuddhaannya. Ia akan mampu berkontribusi dan menolong menghentikan penderitaan semua makhluk dan sekaligus meraih kebahagiaan tertinggi untuk mereka semua.
Kalau seseorang utamanya berlatih pada praktek Bodhisattva dan mencapai realisasi yang tinggi dalam latihannya tersebut, maka ia akan mampu mentransformasikan segala tindak-tanduknya, termasuk tindakan-tindakan keliru atau pun berbahaya, menjadi tindakan yang bermanfaat. Sedemikian hebatnya kekuatan yang terkandung dalam praktek Bodhisattva ini.
Kita juga bisa melihat konsekuensi kalau kita tidak merealisasikan bodhicitta. Yaitu, walaupun seseorang sudah mendapatkan realisasi langsung akan pemahaman kesunyataan dan dengannya ia mampu memurnikan semua klesha-kleshanya serta meraih pencapaian-pencapaian besar, namun itu semua tidak akan memungkinkannya untuk mencapai Marga Akumulasi pada jalan Mahayana.
Lain cerita kalau Anda tidak bertujuan untuk meraih Kebuddhaan, tentu akan berbeda halnya. Tapi, jika tujuan Anda adalah mencapai Kebuddhaan, maka satu-satunya penyebab akarnya adalah membangkitkan bodhicitta, mengembangkan dan merealisasikannya. Tanpa kualitas bodhicitta ini, mustahil seseorang bisa meraih tujuan Kebuddhaan.
Manfaat bodhicitta yang kedua adalah seseorang akan mendapatkan gelar kehormatan selaku Putra-putri Sang Penakluk. Barangkali ada yang bertanya-tanya, apa sih hebatnya sebutan Putra atau Putri Sang Penakluk. Untuk menjawabnya, marilah kita merujuk karya Shantideva dalam Bodhicaryavatara. Di sana dikatakan bahwa begitu seseorang merealisasikan bodhicitta, walaupun sebelumnya ia hanyalah makhluk biasa-biasa saja, tapi pada momen ia merealisasikan bodhicitta, ia serta-merta dan langsung menjadi seorang Bodhisattva atau kata lainnya, Putra Penakluk. Walaupun makhluk itu adalah seekor keledai sekali pun. ia merealisasikan bodhicitta, maka ia berubah menjadi seorang Bodhisattva dan merupakan objek penghormatan semua Tathagatha/ Sugata. Begitu sebaliknya, walaupun seseorang sudah meraih pencapaian-pencapaian yang tinggi, misalnya kekuatan gaib, kemampuan melihat masa lalu dan masa depan, seorang sarjana besar yang memiliki pengetahuan yang luas, seseorang yang sudah merealisasikan shunyata secara langsung; terlepas dari semua pencapaian tersebut, apabila ia tidak memiliki bodhicitta, maka ia belum berhak mendapatkan gelar kehormatan selaku Putra Penakluk.
Manfaat bodhicitta yang ketiga adalah seseorang akan melampaui para Shravaka dan Pratyekabuddha. Begitu merealisasikan batin pencerahan, maka kualitas-kualitas yang Anda miliki akan melampaui kualitas makhluk-makhluk agung seperti seorang Shravaka atau pun Pratyekabuddha.
Dengan cara seperti apa kualitas Anda melampaui kualitas para Arahat? Secara spesifik ini terletak pada kualitas niat agung. Niat agung nan luhur yang Anda miliki melampaui niat seorang Arahat, karena Anda mengambil tanggung-jawab pribadi untuk menuntun semua makhluk pada kebahagiaan sejati serta membebaskan mereka dari penderitaan. Arahat maupun Pratyekabuddha tidak memiliki niat agung nan luhur seperti itu.
Kyabje Ling Dorje Chang dan Kyabje Trijang Dorje Chang sama-sama mengatakan bahwa unsur kunci dari delapan puluh empat ribu pokok-pokok ajaran Buddha adalah batin pencerahan yang teramat berharga ini.
Jika ada yang bertanya kepada Anda: apa unsur kunci di dalam buddhisme? Janganlah Anda menjawab dengan mengatakan pemahaman kesunyataan atau sesuatu yang lain. Satu-satunya jawaban yang seharusnya Anda berikan adalah batin pencerahan atau bodhicitta. Sekali lagi kita bisa merujuk kata-kata Shantideva. Kalau kita ingin menarik esensi atau sari dari susu dengan cara mengocok-ngocoknya, maka hasilnya adalah mentega. Sama halnya, kalau kita ingin menarik esensi atau sari Dharma, maka hasilnya adalah bodhicitta.
Manfaat keempat adalah kita akan menjadi suatu objek yang mulia untuk diberikan persembahan. Mengapa demikian? Karena objek persembahan terunggul adalah Bodhisattva. Pada kutipan sebelumnya disebutkan bahwa dengan merealisasikan bodhicitta seseorang akan menjadi objek persembahan para dewa dan manusia.
Mengapa Bodhisattva adalah objek persembahan para manusia bahkan para dewa? Semata-mata karena batin pencerahan yang ada di dalam diri mereka. Kekuatan dari niat agung nan luhur seperti itu menjadikan para Bodhisattva pantas menjadi objek penghormatan, yaitu niat mempersembahkan kebahagiaan tertinggi pada semua makhluk tanpa pengecualian. Kebahagiaan yang dimaksud mencakup kebahagiaan terkecil hingga yang paling besar. Niat agung ini juga mencakup keinginan membebaskan semua makhluk dari segala bentuk penderitaan, mulai dari penderitaan paling kecil hingga paling besar, yang mencakup semua makhluk tanpa pengecualian.
Di dalam kehidupan sehari-hari kita juga bisa melihat ada dua jenis orang. Yang pertama adalah orang-orang yang cenderung egois. Yang kedua adalah orang-orang yang selalu berupaya memberikan kontribusi kepada masyarakat. Jenis kedua ini cenderung memikirkan orang lain terlebih dahulu dan selalu berupaya menolong orang banyak. Orang yang jenis pertama tentu tidak akan terlalu dihormati karena ia sendiri adalah orang yang egois. Orang jenis kedua cenderung akan lebih dihormati karena ia senantiasa mendahulukan orang lain dan melakukan apa yang ia bisa demi orang lain. karena itu ia termasuk golongan orang-orang mulia yang pantas mendapatkan penghormatan.
Begitu pentingnya kualitas bodhicitta ini bahkan Guru Atisha bersusah-payah menempuh latihan 12 tahun demi mengembangkan dan merealisasikan kualitas ini di dalam dirinya. Dalam konteks guru-guru masa lampau, ada sebuah pepatah yang berasal dari tradisi Kadam. Disebutkan bahwa setiap orang memiliki mantra untuk dilafalkan, istadewata untuk dimeditasikan, tapi masalahnya setiap orang mengabaikan latihan yang paling penting. Yakni, latihan pengembangan bodhicitta.
Oleh karena itu pula dikatakan bahwa sangat vital dan bernilai sekali apabila seseorang menjadikan bodhicitta sebagai meditasi utamanya.
Sehubungan dengan ini, ada kaitan yang sangat erat dengan jejak karma. Ada berbagai kisah yang bisa diceritakan, antara lain Guru Sthiramati dan Guru Vasubandhu. Guru Sthiramati dalam salah satu kelahiran lampaunya terlahir sebagai seekor merpati tapi berkat jejak karmanya ia bisa menjadi seorang guru besar. Karena keterbatasan waktu, saya tidak bisa menguraikan kisah ini panjang lebar.
Penting sekali jejak karma di dalam batin kita. Contohnya adalah kisah Raja Bimbisara. Suatu kali Raja Bimbisara mengundang Buddha beserta rombongannya untuk dipersembahkan makanan. Di antara rombongan Buddha, terdapat Manjushri yang sedang menyamar selaku seorang biksu. Ketika itu, Raja Bimbisara mempersembahkan sehelai kain tak ternilai harganya kepada Manjushri. Ketika hendak dipersembahkan, kain itu pun dibentangkan tapi seketika itu Manjushri lenyap sehingga Raja Bimbisara tidak bisa mempersembahkannya. Apa yang selanjutnya dilakukan oleh Raja Bimbisara? Karena ia tidak bisa mempersembahkannya, ia pun mengenakan kain itu pada dirinya sendiri. Akibatnya, Raja Bimbisara pun ikut lenyap. Karena kejadian itu Raja Bimbisara mendapatkan realisasi penembusan kesunyataan.
Ketika itu Raja Bimbisara tidak secara khusus memeditasikan kesunyataan, jadi bagaimana ia bisa serta merta mendapatkan realisasi? Ia bisa mendapatkannya karena sebelumnya ia telah membuat jejak karma yang kuat pada batinnya. Sehingga, ketika kondisi yang memungkinkan ia mencapai realisasi sudah bergabung, maka realisasi Raja Bimbisara pun terjadi dalam kondisi seperti itu.
Guru Buddha juga memberikan penjelasan yang sama. Beliau mengatakan kalau ingin memberikan penghormatan, janganlah menghormati bulan purnama, tapi hormatilah bulan baru. Buddha menjelaskan agar jangan memberikan penghormatan pada dirinya, tapi hormatilah para Bodhisattva baru.
Buddha lanjut menjelaskan bahwa seandainya ada seorang Bodhisattva baru yang sedang menaiki kereta hendak menikmati pemandangan tapi tidak ada yang menarik kereta tersebut, maka Buddha sendiri akan turun tangan untuk menarik kereta bagi sang Bodhisattva baru. Sedemikian penting dan berharganya batin pencerahan.
Bodhisattva juga merupakan objek penghormatan bagi para Buddha, apalagi bagi kita yang merupakan orang-orang biasa ini? Tentu saja kita juga harus menganggap mereka sebagai objek penghormatan dan persembahan.
Sebagai perbandingan, bahkan Shravaka agung seperti Shariputra yang mengalami kebahagiaan dan kedamaian besar selama berkalpa-kalpa, tidak pernah dikisahkan sebagai objek penghormatan maupun persembahan oleh para Buddha maupun non-Buddha. Lain halnya dengan kisah para Bodhisattva yang menjadi objek penghormatan dan persembahan.
Manfaat kelima adalah bodhicitta memungkinkan Anda untuk dengan mudah menyelesaikan pengumpulan-pengumpulan. Tidak ada cara yang lebih baik untuk menyelesaikan pengumpulan dibandingkan bodhicitta. Ini juga persisnya yang tertera di dalam “Baris-baris Pengalaman” karya Je Rinpoche. Di sana disebutkan bahwa:
Jadi, bodhicitta bisa mentransformasikan aktivitas biasa menjadi emas, yakni sebab-sebab pencapaian Kebuddhaan.
Praktisi Kadam, Nyu Ru Pa mengatakan, begitu seseorang membangkitkan bodhicitta, maka kualitas bodhicitta itu akan menghimpun segala bentuk pengumpulan dan memurnikan segala bentuk kesalahan atau pelanggaran sehingga ia bisa mengatasi segala bentuk halangan.
Sekali lagi kita bisa merujuk pada karya Shantideva yang mengatakan bahwa di antara semua batu bertuah, bodhicitta adalah yang terbaik. Ia bisa mengubah tindakan biasa menjadi sebab-sebab pencerahan. Batu bertuah dipercaya bisa mengubah logam biasa menjadi emas. Sama halnya, bodhicitta bisa mentransformasikan tubuh jasmani yang biasa menjadi tubuh Buddha yang tak ternilai.
Realisasi bodhicitta juga memungkinkan seseorang dengan cepat memurnikan segala kesalahan, kekeliruan, karma buruk, dan pelanggaran. Biasanya orang-orang melakukan praktek purifikasi dengan melafalkan mantra seratus suku kata atau melakukan seratus ribu namaskara atau mempersembahkan seratus ribu mandala. Di antara semua cara dan metode purifikasi, yang paling baik adalah bodhicitta karena ia merupakan kualitas yang memiliki kekuatan amat sangat besar untuk purifikasi.
Shantideva mengatakan bahwa untuk karma-karma buruk yang paling berat, hanya bodhicitta yang memungkinkan seseorang melakukan purifikasi terhadapnya. Dari semua bentuk kebajikan dan kualitas bajik, tak satu pun yang memiliki kualitas untuk memurnikan diri Anda dari kesalahan-kesalahan paling berat, terkecuali bodhicitta. Kemampuan bodhicitta untuk memurnikan karma buruk yang terberat setara dengan kekuatan perusak yang ada pada api besar nan dahsyat pada akhir zaman yang mampu menghanguskan segala sesuatu. Sama halnya, bodhicitta memiliki kekuatan dahsyat untuk menghancurkan karma buruk dan pelanggaran.
Manfaat berikutnya adalah bodhicitta memungkinkan seseorang untuk memenuhi semua tujuan-tujuannya. Contohnya dalam hal praktek Tantra bagi yang memilikinya. Tanpa bodhicitta, Anda akan kesulitan bermeditasi sehingga tidak akan meraih tujuan yang dikehendaki. Begitu merealisasikan bodhicitta, maka praktek Tantra Anda akan menjadi efektif dan memberikan hasil yang diinginkan.
Manfaat kedelapan adalah tidak disakiti oleh pengaruh-pengaruh yang membahayakan atau penghalang-penghalang. Kebajikan besar yang dikumpulkan berkat bodhicitta itulah yang akan melindungi kita dari bahaya-bahaya, misalnya dari fenomena benda mati seperti unsur tanah, udara, api, dan air. Termasuk juga melindungi kita dari bahaya yang ditimbulkan oleh makhluk hidup.
Baik makhluk hidup maupun fenomena benda mati, kedua-duanya tidak bisa menyakiti kita karena terlindungi oleh kebajikan yang dihasilkan oleh bodhicitta. Bahkan makhluk-makhluk yang berbahaya berubah menjadi pelindung, termasuk di dalamnya semua dewa-dewi duniawi. Mereka semua berubah menjadi asisten yang menolong dan melindungi Anda.
Prinsip yang sama berlaku pada praktek menjaga sila dengan mengambil Sila Mahayana Uposattha 24 jam. Praktek menjaga sila adalah bagian dari praktek pembebasan pribadi tapi sekaligus memiliki manfaat melindungi diri dari bahaya-bahaya seperti setan dan roh pengganggu selama periode menjaga sila tersebut. Sila itulah yang melindungi Anda karena sila menghasilkan kebajikan yang mana kebajikan ini pada gilirannya melindungi Anda.
Sama halnya di sini, membangkitkan bodhicitta memiliki kekuatan berlipat-lipat dibandingkan menjaga Sila Mahayana Uposattha. Kekuatannya teramat besar sehingga para dewa atau makhluk halus tidak sanggup mengganggu atau membahayakan seseorang yang memiliki bodhicitta.
Ada sebuah kisah mengenai Buton Rinpoche dan muridnya, Thokmen Sangpo, penulis teks 37 Praktek Bodhisattva. Buton Rinpoche adalah seorang guru besar yang sangat terpelajar. Beliau menguasai debat, membuat karangan, hingga ilmu astrologi. Beliau termasuk salah satu ahli yang menyusun Kangyur dan karya-karya lainnya. Thokme Sangpo juga merupakan praktisi yang aktif dalam kebajikan.
Roh-roh halus dan setan pengganggu senantiasa berupaya mengganggu para praktisi kebajikan. Ada satu setan pengganggu tertentu yang berhasil mengganggu Buton Rinpoche dengan cara mempersembahkan pena logam kepadanya. Akibatnya, Buton Rinpoche banyak menghabiskan waktu untuk membuat kalkulasi astrologi, menyusun teks, dan sebagainya. Dikatakan bahwa Buton Rinpoche menghabiskan 108 pena logam dalam aktivitasnya membuat kalkulasi astrologi dan menuli sehingga menghalangi praktek-praktek lainnya.
Dalam satu rapat di antara para setan pengganggu, mereka membahas mengenai apakah ada yang sudah berhasil mengganggu Buton Rinpoche dan Thokme Sangpo. Satu orang setan berujar bahwa dirinya berhasil dengan cara memberikan pen kepada Buton Rinpoche. Sedangkan untuk Thokme Sangpo, jawabannya adalah mustahil! Mengapa? “Karena Thokme Sangpo menghabiskan sebagian besar waktunya menangisi kita.”
Thokme Sangpo tergerak oleh welas asih agungnya kepada setan-setan pengganggu tersebut. Karena karma buruk dan penghalang yang diciptakan oleh setan pengganggu itu sendiri yang pada akhirnya akan mengakibatkan penderitaan bagi mereka sendiri.
Kisah yang saya ceritakan ini adalah kisah yang benar-benar terjadi. Bahkan pena logam yang digunakan oleh Buton Rinpoche telah menjadi objek keyakinan karena Beliau memang merupakan seorang guru besar. Pena itu digunakan sebagai objek inti yang menopang rupang. Jadi, pada setiap objek suci, di dalamnya ada semacam objek vertikal yang berfungsi sebagai penyangga utama. Pena inilah yang digunakan di dalam rupang-rupang Je Rinpoche di Drikung Lumbum Khamsen. Saya sendiri pernah melihat salah satu rupang ini. Karena itu saya tahu kisah ini memang pernah terjadi. Ada banyak kisah-kisah sejenis lainnya berkaitan dengan poin ini.
Manfaat berikutnya adalah kita akan dengan cepat menyempurnakan tingkatan spiritual. Pada dasarnya ini merujuk pada semua level dan tingkat pencapaian, khususnya praktek Tantra. Apa yang sebenarnya membuat praktek Tantra sedemikian cepat dan kilat adalah berkat kualitas bodhicitta ini. Dengan adanya bodhicitta, barulah praktek Tantra bisa menjadi efektif dan memungkinkan seorang praktisi meraih pencapaian pada berbagai tingkatan.
Manfaat kesepuluh adalah kita akan menjadi suatu objek melalui siapa para makhluk dapat merealisasikan semua kebahagiaannya. Kebahagiaan dimaksud merujuk pada segala jenis kebaikan, baik duniawi maupun transendental berupa pencapaian tingkat Shravaka dan Perealisasi Sendiri, termasuk semua pencapaian-pencapaian spiritual tertinggi. Semua kebahagiaan yang bisa dirasakan oleh semua makhluk adalah berkat kualitas yang. Kebahagiaan ini mencakup kebahagiaan terkecil yang paling sederhana hingga kebahagiaan bersumber dari aktivitas Bodhisattva.
Bagaimana kita memahami poin ini? Bagi yang buddhis, barangkali Anda paham cara kerjanya. Tapi bagi nonbuddhis barangkali Anda tidak begitu paham. Semua akibat-akibat yang positif dan menyenangkan merupakan hasil dari kebajikan. Seseorang yang melakukan kebajikan akan memperoleh hasil berupa kebahagiaan dan kebaikan. Pertanyaannya: bagaimana caranya sehingga seseorang bisa melakukan kebajikan? Tentu saja orang ini pada satu waktu bertemu dengan orang lain yang mengajarinya cara melakukan kebajikan. Orang lain ini bisa jadi seorang guru, sahabat, pembimbing, yang menolongnya untuk melakukan kebajikan.
Bagaimana seharusnya kita menganggap orang-orang yang telah mengajari kita untuk melakukan kebajikan? Salah satu caranya adalah menganggap mereka sebagai guru spiritual, yang hadir atau datang untuk membantu kita. Cara lainnya adalah menganggap mereka sebagai perantara yang melakukan aktivitas-aktivitas seorang Buddha.
Ada orang-orang yang memiliki karakter yang baik sehingga ia berperilaku baik pula. Tanpa adanya orang lain yang mengajarkannya untuk berbuat baik pada satu waktu di masa lampau, bagaimana caranya ia bisa melakukan kebajikan? Tentu saja kita tidak bisa mengatakan bahwa ia kebetulan bisa melakukannya sendiri. Itu semua berkat jejak-jejak karma yang telah digoreskan di dalam batinnya pada suatu saat di masa lampau. Pada satu titik waktu di masa lalu, ada seseorang yang mengajarkan dirinya apa itu kebajikan dan bagaimana melakukan kebajikan. Orang ini bisa disebut pembimbing, bisa disebut penolong. Tapi yang pasti orang ini menjadi perantara yang menyalurkan aktivitas-aktivitas Buddha bagi orang yang ditolongnya itu sehingga ia bisa menggoreskan jejak-jejak karma positif untuk kemudian menghasilkan buah pada waktu yang akan datang.
Ada sebuah kutipan dari Madhyamaka Avatara karya Chandrakirti: dari mana datangnya para Shravaka dan Pratyekabuddha? Dari para Buddha. Maksudnya, dari ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Buddha. Dari mana datangnya para Buddha? Buddha berasal dari para Bodhisattva. Dari mana datangnya para Bodhisattva? Bodhisattva berasal dari bodhicitta.
Jadi, perlu dipahami bahwa pada manfaat bodhicitta yang kesepuluh, apabila seseorang merealisasikan bodhicitta maka ia akan menjadi objek pada siapa semua makhluk merealisasikan semua tujuan mereka. Demikianlah sepuluh manfaat bodhicitta telah disebutkan. Di dalam teks, masih banyak uraian dan penjelasan untuk masing-masing sepuluh manfaat tersebut. Kita tidak punya waktu untuk menguraikannya panjang lebar di sini sekarang. Anda bisa merujuk kembali pada “Pembebasan di Tangan Kita.”
Saya harap Anda semua bisa memeditasikan manfaat-manfaat bodhicitta. Pertama-tama, Anda harus mengetahui dan menghafalkan kesepuluh manfaat ini. Setelah itu, Anda bisa merenungkan manfaatnya satu per satu. Untuk masing-masing manfaat, Anda bisa merenungkan dari berbagai aspek dan sudut pandang untuk semakin memperkuat perenungan Anda pada poin manfaat tertentu. Gunakanlah teks-teks dan sutra untuk mendukung perenungan Anda, antara lain teks karya Guru Shantideva yang berjudul Bodhicaryavatara. Selain itu, ada juga Madhyamaka Avatara, dan seterusnya. Itulah teks-teks yang bisa Anda rujuk untuk semakin memperkuat dan memperdalam pemahaman terhadap manfaat-manfaat bodhicitta dan cara kerjanya.
Jika Anda memeditasikan manfaat-manfaat bodhicitta dengan benar, maka Anda akan membangkitkan semangat dan antusiasme yang sangat besar dan kuat untuk membangkitkan bodhicitta di dalam diri Anda. Untuk masing-masing manfaat bodhicitta, ada berbagai jenis kutipan untuk mendukungnya. Idealnya, untuk masing-masing manfaat bodhicitta, Anda harus menghafalkan minimal satu kutipan sehubungan dengan masing-masing manfaat tersebut.
Kembali pada garis-garis besar Lamrim untuk motivasi agung. Poin pertama adalah mengenali manfaat-manfaat bodhicitta, sebagai satu-satunya pintu gerbang menuju Mahayana, dst. Kedua, bagaimana mengembangkan bodhicitta. Poin kedua ini terbagi menjadi dua, yaitu:
Latihan batin yang sesungguhnya terbagi dua:
[istirahat sejenak]
Ada banyak hal yang tadinya tidak bisa dicapai tapi dengan bodhicitta hal tersebut menjadi bisa tercapai. Tadi telah disebutkan bahwa bodhicitta memiliki kekuatan purifikasi yang memungkinkan Anda untuk memurnikan penghalang dengan cepat. Ini adalah sebuah kualitas yang penting bagi kondisi kita sekarang ini. Tadi juga telah disebutkan bahwa dengan bodhicitta kita akan dengan mudah menyelesaikan semua akumulasi dan penghimpunan hingga tingkat tertinggi.
Bodhicitta memungkinkan kita untuk meraih dan merampungkan semua tujuan. Ia membuat kita kebal dari serangan makhluk jahat dan setan pengganggu. Dengan bodhicitta kita akan dengan cepat menyelesaikan semua jalan dan tingkatan spiritual. Ini juga sesuatu yang bisa kita lihat kegunaannya berhubung kita semua senantiasa tergesa-gesa dan ingin cepat-cepat meraih sesuatu.
Bodhicitta juga memiliki peranan teramat penting dalam praktek Tantra, karena bodhicitta memungkinkan kita mencapai kualitas-kualitas spiritual yang dikehendaki. Dengan bodhicitta kita bisa memperkuat intensitas dan mempercepat segala sesuatunya. Berkat bodhicitta kita juga menjadi seseorang yang melalui siapa semua makhluk dapat merealisasikan semua kebahagiaannya. Coba renungkan manfaat bodhicitta yang satu ini. Tidak ada yang lebih unggul dan lebih hebat daripada manfaat ini. ini benar-benar luar biasa.
Dari sekian banyak dan luar biasanya manfaat bodhicitta, pertanyaan berikutnya: bagaimana kita merealisasikan bodhicitta? Ada dua langkah, yakni:
Cara pertama, latihan batin yang sesungguhnya, terbagi menjadi dua metode:
Pengembangan bodhicitta utamanya diajarkan dalam Sutra Penyempurnaan Kebijaksanaan dan Sutra Barisan Tangkai. Di tanah para Arya (India), ada praktisi yang merealisasikan bodhicitta dengan melatih Tujuh Poin Instruksi, sebab dan akibat. Ada juga yang merealisasikan bodhicitta dengan metode menyamakan dan menukar diri dengan orang lain. Dalam rangka merealisasikan bodhicitta, kita tidak perlu menggunakan kedua metode sekaligus. Cukup salah satunya saja.
Metode mana yang dipilih untuk dilatih tentu saja bergantung pada jejak karma, aspirasi, dan kecenderungan masing-masing individu. Ada praktisi yang lebih gampang merealisasikan bodhicitta dengan menggunakan metode Tujuh Poin Instruksi, ada pula yang merasa metode menyamakan dan menukar diri dengan orang lain lebih mudah baginya.
Untuk Tujuh Poin Instruksi sebab dan akibat, ini terbagi menjadi delapan langkah, yaitu:
Dasar yang pertama adalah melatih meditasi keseimbangan batin. Di dalam teks Jalan Cepat disebutkan: pertama-tama, latihlah keseimbangan batin, yaitu memandang semua makhluk sama rata, tanpa pilih kasih dan berat sebelah. Kita tidak boleh menyukai orang-orang tertentu karena kita seharusnya mengenali semua makhluk sebagai ibu-ibu kita. Dari situ, meditasikanlah terus hingga meditasi batin pencerahan.
Berikutnya, di dalam Jalan Cepat, ada penjelasan bagaimana melakukan meditasi sesungguhnya dan apa yang harus dilakukan di antara sesi meditasi. Kedua pembagian ini berlaku untuk keseluruhan meditasi Lamrim, yaitu semua topik meditasi Lamrim terbagi menjadi dua fase:
Pembagian dua tahap ini bisa ditemukan pada setiap titik tahapan jalan, dimulai dari bertumpu pada guru spiritual. Fase meditasi terbagi tiga, yakni: 1) Pendahuluan, 2) Meditasi yang sesungguhnya, 3) Penutup. Pendahuluan adalah Enam Praktek Pendahuluan, yaitu doa dan meditasi yang dilakukan dari awal hingga tahap mengajukan “Permohonan Penunjang,” yakni mengajukan permohonan kepada Istadewata merangkap guru spiritual. Sosok ini menggabungkan seluruh objek perlindungan dan kita mengajukan permohonan kepada Munendra Vajradhara (Lama Lobsang Thubwang Dorje Chang) serta mengundang ladang kebajikan untuk duduk di atas kepala kita.
Secara khusus, permohonan kita ditujukan kepada Guru Munendra Vajradhara yang duduk di atas kepala kita. Disebutkan di dalam teks Jalan Cepat ini, “Ajukanlah permohonan dan mohonlah berkah supaya saya bisa merealisasikan tujuh poin instruksi sebab dan akibat.”
Bagaimana cara kita mengajukan permohonan kepada Guru Munendra Vajradhara? Renungkanlah dengan cara berikut: “Saya mohon padamu, wahai Guru beserta Istadewata. Berkahilah aku dan semua makhluk agar di dalam arus batin kami, kami bisa merealisasikan keseimbangan batin, bebas dari kebencian dan kemelekatan, serta bebas dari bias/ sifat berat sebelah, berkaitan dengan semua makhluk. Semua kami bisa mengenali semua makhluk sebagai ibu-ibu kami, mengingat kebaikan mereka, membalas kebaikan mereka, mengembangkan cinta kasih, welas asih, niat unggul dan bodhicitta.” Jadi, dalam satu bait permohonan ini, kita merangkum semua kualitas menjadi satu, yang merupakan kualitas-kualitas dasar yang terkandung dalam Tujuh Poin Instruksi sebab dan akibat.
Sebagai jawaban atau respon terhadap permohonan kita, aliran cahaya dan nektar pancawarna mengalir dari guru spiritual merangkap istadewata dan membasahi seluruh bagian tubuh kita, mulai dari ubun-ubun kepala mengalir hingga seluruh tubuh, memenuhi batin dan jasmani kita berikut batin dan jasmani seluruh makhluk. Akibat aliran cahaya dan nektar ini, kita bebas dari karma buruk dan penghalang yang telah terakumulasi sejak waktu tak bermula.
Secara khusus kita berpikir bahwa kita sudah bebas dari penghalang terhadap pencapaian realisasi keseimbangan batin, yaitu batin yang bebas dari bias, kemelekatan dan kebencian. Kita juga bebas dari penghalang terhadap pencapaian realisasi melihat semua makhluk sebagai ibu-ibu kita, bebas dari penghalang terhadap realisasi mengingat kebaikan mereka, bebas dari penghalang terhadap realisasi cinta kasih, welas asih, niat agung, hingga bodhicitta yang sesungguhnya. Kita berpikir bahwa kita sudah dibersihkan dari segala jenis penghalang dan tinggal setahap lagi memperoleh semua realisasi yang terkandung dalam Tujuh Poin Instruksi.
Ketika kita selesai melakukan permohonan dan visualisasi tersebut, maka kita sudah menyelesaikan fase pendahuluan. Berikutnya, kita sampai pada bagian meditasi yang sesungguhnya, yakni alasan mengapa kita perlu mengembangkan keseimbangan batin. Renungkan bahwa pada saat ini kita tidak memiliki keseimbangan batin. Terhadap orang-orang yang dekat, kita mengembangkan kemelekatan. Terhadap orang-orang yang jauh, kita mengembangkan sikap bermusuhan. Yang ketiga, yakni kategori orang-orang yang bukan musuh pun bukan objek kemelekatan, kita tidak merasa apa-apa terhadap mereka. Jadi, pertama-tama kita harus mengembangkan kualitas yang pertama, yaitu kualitas keseimbangan batin, yakni memandang semua makhluk dengan sikap sama rata atau seimbang.
Kalau dalam kondisi kita sekarang yang belum memiliki kualitas keseimbangan batin, apabila kita mencoba memeditasikan cinta kasih dan welas asih, maka kita akan mampu membangkitkannya hingga taraf tertentu. Tapi, yang kita kembangkan itu bukan cinta kasih agung, bukan pula welas asih agung. Mengapa demikian? Karena cinta kasih dan welas asih kita hanya ditujukan pada segelintir orang, bukan semua makhluk. Sedangkan kualitas cinta kasih agung dan welas asih agung adalah kualitas yang mencakup semua makhluk tanpa pengecualian.
Jadi, pertama-tama kita akan mengembangkan keseimbangan batin, bebas dari bias, apakah itu berpihak atau bertentangan dengan pihak-pihak tertentu. Di atas dasar kualitas keseimbangan batin ini barulah kita mengembangkan cinta kasih agung dan welas asih agung, tanpa pengecualian.
Bagaimana cara kita mengembangkan sikap batin yang seimbang kepada semua makhluk? Pertama-tama kita mulai dengan mempertahankan visualisasi guru spiritual dan istadewata di atas kepala kita. Bayangkan di hadapan kita adalah makhluk-makhluk yang kita anggap netral, tidak dekat maupun tidak jauh dengan kita. Kita memiliki perasaan netral terhadap mereka. Kita tidak melihatnya sebagai teman atau pun musuh. Renungkan betapa orang ini sebenarnya sama dengan kita. Ia ingin bahagia dan tidak ingin menderita. Orang ini sama persis dengan kita, benar-benar sama dan setara.
Berikutnya, perasaan kita terhadapnya sangat gampang berubah. Kita bisa saja sangat tertarik padanya, atau sebaliknya, kita bisa saja merasa tidak suka atau benci kepadanya. Jadi, terhadap satu orang yang sama ini, tidak ada kepastian akan perasaan seperti apa yang kita rasakan terhadapnya. Segala sesuatu bergantung pada situasi dan kondisi, termasuk perasaan kita pada orang juga dapat berubah-ubah. Karena itu, kita seharusnya mengembangkan sikap batin yang seimbang kepadanya serta kepada semua makhluk. Dari itu, kita memohon kepada guru spiritual merangkap istadewata yang sudah divisualisasikan di atas kepala, agar diberikan berkah untuk merealisasikan kualitas keseimbangan batin terhadap semua makhluk.
Cara melatih keseimbangan batin terhadap orang-orang yang netral menurut teks ini adalah membayangkan tetangga kita di tempat pertapaan. Karena kita sekarang bukan berada di tempat pertapaan, bayangkanlah tempat tinggal Anda sendiri yang memiliki tetangga di ruangan sebelah, atau di rumah atau gedung sebelah. Apakah di tempat pertapaan atau bukan, intinya di sini adalah Anda membayangkan seseorang yang merupakan tetangga Anda.
Bayangkan tetangga Anda tersebut dan kembangkanlah sikap batin yang seimbang kepadanya. Awalnya Anda bisa mulai dari tetangga di sebelah kanan. Setelah itu, Anda bisa beralih ke tetangga sebelah kiri. Caranya, perhatikan perasaan Anda terhadap tetangga sebelah kanan terlebih dahulu. Begitu Anda sudah bisa mengembangkan batin yang seimbang kepadanya, barulah Anda lanjut pada tetangga berikutnya.
Ada banyak manfaat kalau kita bisa melatih praktek meditasi keseimbangan batin seperti ini. Jika Anda sanggup mengembangkan batin yang seimbang kepada satu orang tetangga, maka Anda bisa menghindari melakukan tindakan negatif terhadapnya. Dengan demikian, hubungan Anda dengan tetangga juga bisa berkembang lebih baik. Kita sendiri juga terhindar dari masalah. Dari mana sebenarnya sumber semua permasalahan kita? Tak lain tak bukan sumbernya adalah sikap mental kita terhadap orang lain.
Kalau kita sudah sanggup mengurangi bias terhadap tetangga sebelah kanan, artinya sudah mengurangi tingkat perasaan netral kepadanya, maka meditasi dilanjutkan terhadap tetangga di sebelah kiri. Kalau sudah sanggup membangkitkan batin yang seimbang pada tetangga sebelah kiri, maka kita akan membayangkan tetangga kanan dan kiri secara bersama-sama hadir di hadapan kita. Lalu, kita pancarkan sikap batin yang seimbang kepada mereka berdua secara bersamaan. Untuk meditasi berikutnya pada topik ini, kita bisa memilih tetangga lain, misalnya yang berada di depan atau di belakang kita. Terhadap mereka kita juga memancarkan sikap batin yang seimbang.
Fase berikutnya adalah kita bayangkan seseorang yang kita anggap menarik. Ketika kita mengamati timbulnya perasaan hangat ketika memikirkan sosok orang yang kita anggap menarik ini, tanyakan: Dari mana datangnya perasaan ini? Jawab: itu datangnya dari kemelekatan terhadap orang tersebut.
Kalau kita bisa melihat dengan lebih objektif, maka kita bisa melihat bahwa sebenarnya terhadap orang ini kita sudah membangkitkan berbagai macam perasaan berbeda sejak masa lalu hingga masa kini. Kita sudah memiliki berbagai macam bentuk hubungan dengan orang ini, termasuk sebagai musuh kita. Sekarang kita sudah memiliki bentuk hubungan yang berbeda karena adanya perubahan sehingga perasaan kita pun berubah. Kalau pun sekarang kita merasa orang tertentu menarik, itu karena adanya kemelekatan.
Kalau kita perhatikan dengan lebih jeli dan teliti akan perasaan-perasaan cinta atau sayang yang kita rasakan terhadap orang-orang dekat kita, sebenarnya itu hanya akan menimbulkan kemelekatan kita terhadap mereka. Walaupun sekarang hubungan kita dengan mereka dalam fase harmonis dan serasi, namun ini sifatnya hanya sementara saja. Tanpa disadari dan tanpa memakan waktu lama, kita akan terpisahkan dari orang-orang dekat ini. Dalam setiap perjumpaan dan perkumpulan bersama, tak lama berselang orang-orang yang berkumpul ini akan terpencar ke empat penjuru di seluruh tempat dan dunia. Kita pun akan kehilangan orang-orang yang kita sayangi. Hubungan kita bisa berubah dan kita tidak lagi memiliki hubungan apa-apa dengan mereka.
Kalau demikian halnya, kita harus bertanya pada diri sendiri. Apa gunanya saya melekat pada mereka? Apa tujuannya buat saya untuk melekat pada mereka? Maka, kita akan sampai pada kesimpulan bahwa sia-sia dan tak berguna kalau kita melekat pada orang-orang. Tak lama berselang kita akan berpisah dengan mereka. Kalau kita sampai melekat, maka kemelekatan itu akan sangat membahayakan diri kita sendiri karena itu hanya akan memperkuat karma untuk terlahir kembali di dalam samsara, terutama karma untuk terlahir kembali di alam-alam rendah. Jadi, kemelekatan jauh dari sifat berguna. Sebaliknya, ia sangatlah berbahaya. Menyadari hal ini, kita bertekad untuk menghentikan dan menghancurkan kemelekatan kepada orang-orang yang kita sayangi dan anggap dekat.
Kalau kita sudah bisa merenung dengan cara yang dijelaskan di atas, maka kita bisa mengatasi atau mengurangi kemelekatan pada orang-orang yang kita anggap menarik. Kita bisa mengembangkan sikap batin yang seimbang terhadap mereka.
Berikutnya, kita lanjut memeditasikan orang-orang yang kepadanya kita memiliki perasaan negatif atau tak menyenangkan, orang-orang yang kita anggap tidak menarik. Tanyakanlah, mengapa kita merasa demikian terhadap orang-orang tersebut? Mengapa kita menganggap mereka tidak menarik? Itu dikarenakan sejumlah besar kondisi yang terkumpul bersama sehingga kita membangkitkan perasaan bermusuhan atau tidak menyukai orang-orang tertentu. Memang dalam kondisi saat ini orang ini kita anggap tidak menarik atau tidak menyenangkan, tapi dalam kehidupan-kehidupan lampau, kita memiliki hubungan yang berbeda dengannya. Dalam kehidupan lampau, mereka adalah sahabat-sahabat dekat kita.
Biar bagaimana pun juga kita harus bertanya pada diri sendiri, apakah sikap bermusuhan itu ada gunanya? Jawabnya: tidak ada sama sekali. Justru sikap bermusuhan atau kebencian sangatlah berbahaya terhadap diri kita sendiri beserta orang lain. Kebencian atau sikap bermusuhan adalah sifat yang sangat negatif dan berbahaya serta destruktif. Ia bisa menghancurkan kebajikan-kebajikan kita.
Kebencian hanya akan menjerumuskan kita untuk menciptakan karma-karma terlahir di dalam samsara, khususnya di alam-alam rendah. Untuk mengurangi dan mengatasi kebencian, kita bisa melatih meditasi, yakni meditasi pada jalan makhluk-makhluk motivasi awal dan motivasi menengah. Secara khusus, kita melatih diri pada motivasi menengah, yakni pada kerugian atau kekurangan samsara.
Salah satu kerugian atau kekurangan utama samsara adalah ketidakpastian. Ada banyak aspek berbeda sehubungan ketidakpastian, yakni ketidakpastian mengenai hidup, ketidakpastian dalam hubungan, dan seterusnya. Jika kita mengikuti urutan-urutan perenungan pada kerugian samsara di dalam jalan makhluk motivasi menengah, maka kita akan mendapatkan realisasi akan ketidakpastian samsara.
Poin ketidakpastian samsara bisa kita terapkan dalam meditasi kita saat ini, yakni untuk mengembangkan keseimbangan batin. Untuk memfasilitasi pemahaman keseimbangan batin, sebenarnya kita sudah harus memiliki pemahaman akan motivasi awal dan motivasi menengah. Kalau tidak ada sama sekali, artinya kita mulai dari nol besar, maka dibutuhkan waktu lebih lama untuk bisa mengembangkan keseimbangan batin.
Secara khusus dalam hal ini kita bisa melihat di dalam Tahapan Jalan Menuju Pencerahan pada bagian kerugian-kerugian samsara. Kerugian samsara terbagi dua, kerugian secara umum dan secara khusus. Kerugian samsara secara umum antara lain ketidakpastian, ketidakpuasan, dst. Ada empat jenis ketidakpastian, yakni:
Secara khusus kita bisa fokus pada ketidakpastian kedua, yakni ketidakpastian terkait untung dan rugi yang kita rasakan dari orang lain. Ini bisa kita kaitkan dalam perenungan membangkitkan keseimbangan batin yang sedang kita bahas ini. Yakni, dalam rangka mengembangkan batin yang seimbang kita bisa merenungkan ketidakpastian untung dan rugi yang kita terima dalam hubungan kita dengan orang lain.
Langkah selanjutnya adalah kita memvisualisasikan dua jenis orang yang berbeda, yakni orang yang kita anggap menarik dan orang yang kita anggap tidak menarik/ tidak menyenangkan. Renungkanlah bahwa kedua jenis orang ini sebenarnya memiliki persamaan dengan kita sendiri, dalam artian kita dan mereka sama-sama ingin bahagia, tidak ingin menderita. Jadi, sesungguhnya tidak ada perbedaan antara kita dan mereka.
Terlepas dari ketiadaan perbedaan tersebut, namun dikarenakan keadaan dan situasi maka kita menganggap yang satu sebagai menarik dan menyenangkan sedangkan yang lainnya tidak menarik dan tidak menyenangkan. Karena kedua pandangan ini kita memunculkan kemelekatan dan kebencian. Karena kedua sifat ini, kita sudah berputar-putar di dalam samsara sejak waktu tak bermula hingga saat ini. Oleh karena itu, hentikan sifat bias (berat sebelah) dan ganti dengan batin yang seimbang.
Bangkitkan niat, “Saya bertekad untuk mengembangkan keseimbangan batin, bebas dari kemelekatan dan kebencian, bebas dari bias dan sifat berat sebelah. Saya mohon kepadamu, wahai guru spiritualku yang menyatu dengan istadewata, limpahkan berkahmu agar saya bisa merealisasikannya.” Dengan cara seperti ini, kita mengajukan permohonan kepada guru spiritual yang merupakan perpaduan sosok guru dan istadewata.
Sampai di sini untuk sesi ini. kita akan lanjut pada sesi berikutnya dengan pembahasan poin mengenali semua makhluk sebagai ibu-ibu kita. Dalam sesi istirahat nanti, saya mohon Anda berupaya untuk melakukan perenungan sepuluh manfaat bodhicitta dan mengembangkan sifat batin yang seimbang.
* * * * *
[ bersambung ]