Transkrip ini merupakan rangkuman dari catatan tangan penerjemah Bahasa Indonesia. Transkrip ini bukan merupakan transkrip kata-per-kata secara utuh, namun sudah merupakan rangkuman yang diupayakan mendekati transkrip utuh penerjemahan Bahasa Inggris.Segala kesalahan ada pada perangkum. Semoga rangkuman ini bisa bermanfaat bagi pembaca, baik yang mengikuti sesi webcast maupun yang tidak berkesempatan mengikutinya. Perangkum menerima saran dan masukan apabila terdapat kesalah-pahaman penafsiran untuk kemudian diperbaiki dan dibagikan kepada pembaca umum. Saran bisa dikirimkan ke info@kadamchoeling.or.id
******
Jadi, pada suatu malam yang sangat kelam, bisa saja muncul kilatan petir yang menerangi seluruh angkasa dalam waktu yang sangat singkat. Sama halnya, berkat kebajikan Buddha, berikut kebajikan kita sendiri, bisa saja terjadi bahwa makhluk-makhluk di dunia ini mengembangkan pikiran bajik dalam batinnya.
Analogi di atas menjelaskan dengan sangat terang sekali bagaimana pada malam yang gelap pekat, kadang bisa muncul kilatan petir yang berlangsung untuk sekejap. Para makhluk yang sudah berputar-putar di dalam samsara sejak waktu tak bermula, dan di sebagian besar waktu tersebut mereka telah dipengaruhi oleh kilesa-kilesa, dan akibatnya melakukan tindakan-tindakan buruk. Tapi, kadang-kadang, berkat kebaikan para Buddha, kita sudah mendapatkan peluang emas sebagaimana yang kita rasakan saat ini. Kita semua yang terlahir sebagai manusia di sini adalah berkat karma-karma baik. Selain itu, sebagai manusia kita juga memiliki kesempatan bertemu dengan ajaran Sang Buddha. Hasilnya adalah kadang-kadang bisa muncul pikiran-pikiran bajik di dalam batin kita.
Bayangkanlah langit gelap dan kelam, tanpa cahaya rembulan sedikit pun. Begitu pula sebagian besar kelahiran-kelahiran yang sudah kita jalani, kesemuanya itu merupakan kelahiran-kelahiran yang berputar-putar di dalam samsara yang gelap dan kelam. Kita terjerumus dalam kubangan kebodohan batin yang gelap pekat. Namun, sekarang kita sudah mendapatkan kemuliaan terlahir sebagai manusia dan kehidupan ini sungguh singkat bagaikan kilatan petir. Jadi, kita harus bisa membandingkan hidup kita dengan analogi tersebut.
Jika Anda berada di sini, dengan tujuan untuk mendengarkan ajaran, itu karena Anda tertarik pada ajaran Buddha. Itu sebabnya Dromtonpa senantiasa mengingatkan kita akan kesempatan luar biasa yang sudah kita miliki dalam kehidupan ini. Dromtonpa biasanya bertanya, “Apakah kamu sadar akan kemuliaan kelahiran sebagai manusia yang bebas dan beruntung yang kamu miliki?”
Jadi, Dromtonpa mengingatkan kita untuk menyadari kemuliaan terlahir sebagai manusia yang bebas dan beruntung, yang sudah kita dapatkan ini. Kita harus menyadari apa yang kita miliki. Pertama-tama, kita memiliki apa yang disebut dengan kebebasan. Kebebasan apa yang dimaksud? Kita memiliki kebebasan untuk mempraktekkan ajaran Buddha. Tentu saja, ini adalah kebebasan yang kita nikmati sekarang dan kebebasan ini adalah hal yang sungguh istimewa.
Coba kita amati makhluk-makhluk di sekeliling kita dan pikirkan semua makhluk yang berada di dalam samsara. Berapa banyak yang memiiki kebebasan seperti ini? Tentu saja kebebasan ini tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk yang terlahir di alam rendah. Misalnya makhluk yang terlahir di alam neraka. Makhluk-makhluk yang terlahir di dalam neraka senantiasa didera oleh penderitaan besar dan hebat. Mereka menderita akibat panas atau dingin yang luar biasa. Mereka juga menderita akibat rasa lapar dan haus yang hebat. Batin mereka senantiasa tertutup oleh halangan mental atau kebodohan batin sedemikian rupa sehingga walaupun mereka memiliki keinginan namun mereka tidak memiliki kebebasan untuk mempraktekkan dharma.
Pemikiran-pemikiran untuk mempraktekkan dharma tidak bisa muncul di dalam batin mereka. Mereka tidak memiliki apa yang disebut sebagai kebebasan dan tidak bisa mengarahkan batin mereka menuju pemikiran-pemikiran bajik atau pun niat untuk mempraktekkan dharma. Kita di sini, sebaliknya, sudah memiliki kebebasan dan keberuntungan untuk mengarahkan pikiran kita pada ajaran Buddha. Untuk merenungkan dan mempraktekkannya. Kita bisa mengeluarkan upaya untuk itu karena kita memiliki ketertarikan kepada dharma dan berusaha untuk mempraktekkannya.
Manusia yang Mengalami Penderitaan Alam Rendah
Di dalam Lamrim dikatakan bahwa kita juga bisa mengalami penderitaan di alam manusia, yang menyerupai penderitaan-penderitaan di alam rendah. Sebagai contoh, penderitaan karena jatuh sakit. Ketika sakit, kita tidak memiliki kapasitas untuk mempraktekkan dharma. Satu-satunya pemikiran kita ketika jatuh sakit adalah mencari cara untuk sembuh dan pikiran kita terpusat pada tujuan tersebut. Dengan demikian, pikiran kita tidak bebas untuk melakukan hal lain kecuali pada niat untuk sembuh tersebut. Dalam kondisi seperti ini, dikatakan bahwa kurang lebih kita mengalami penderitaan makhluk-makhluk di alam neraka.
Contoh lainnya, bisa jadi kita tidak bisa menemukan makanan untuk dimakan selama beberapa hari. Kita juga tidak bisa menemukan minuman untuk diminum. Dalam kondisi tidak bisa mendapatkan makanan dan minuman, tentu saja kita mengalami penderitaan lapar dan haus. Kalau sudah begitu, apa yang muncul di dalam pikiran kita? Tak lain tak bukan, pikiran kita satu-satunya adalah bagaimana mendapatkan makanan dan minuman, sehingga tidak ada kesempatan atau peluang untuk bebas memikirkan praktek dharma. Dengan demikian, kita mengalami penderitaann yang menyerupai penderitaan makhluk yang terlahir di alam setan kelaparan (preta). Berarti, di dalam alam manusia pun kita bisa mengalami penderitaan yang menyerupai penderitaan di alam setan kelaparan.
Kemungkinan lain yang bisa terjadi pada manusia adalah kadang-kadang kita bisa merasa keletihan yang luar biasa atau rasa capek yang amat sangat. Dalam situasi seperti itu, kondisi fisik kita sangat lemah. Karena fisik yang lemah, batin kita tidak bisa berpikir dengan jernih. Dalam kondisi keletihan yang akut, batin atau pikiran kita tidak bisa berfungsi sebagaimana yang biasanya mampu kita lakukan. Hal ini kadang-kadang bisa terjadi pada manusia.
Berikutnya kita bisa mengamati ketidak-bebasan yang menimpa alam binatang. Bedanya dengan manusia, penderitaan di alam binatang bukanlah penderitaan yang singkat, namun merupakan penderitaan yang harus dijalani seumur hidupnya. Misalnya penderitaan akibat kebodohan batin. Seekor binatang tidak bisa mendengarkan bahkan satu kata dharma sekali pun, apalagi memahami maknanya dan merenungkannya. Tergantung pada umur binatang tersebut, yang kadang-kadang bisa sangat lama, maka seumur hidupnya ia akan diselimuti oleh kegelapan ketidak-tahuan akibat kebodohan batin.
Dengan merenungkan contoh-contoh di atas, tentu kita bisa lebih memahami kebebasan sebagaimana yang dimaksudkan dalam istilah “kebebasan & keberuntungan”. Waktu dan kebebasan untuk mempraktekkan dharma bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh semua makhluk, namun kita sudah mendapatkan keberuntungan luar biasa dalam hidup ini. Kita sudah mendapatkan kehidupan yang diberkahi oleh 10 jenis keberuntungan luar biasa, baik yang sifatnya eksternal maupun internal. Dari keseluruhan jenis keberuntungan, kita sudah mendapatkan keberuntungan yang paling penting, yaitu kita memiliki ketertarikan terhadap ajaran Buddha. Kita tertarik pada urusan-urusan spiritual dan inilah kondisi kita yang harus disadari. Kita harus menyadari betapa keberuntungan yang satu ini merupakan hal yang sangat istimewa dan luar biasa.
Raja Dharma Dromtonpa mendorong dan menasihati kita untuk memahami dan merenungkan fakta ini, bukan hanya sekadar menyadarinya. Kita harus memanfaatkan apa yang kita miliki untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan semua makhluk, bukan hanya untuk diri sendiri saja. Apa artinya? Itu berarti kita harus menyadari bahwa semua makhluk menginginkan kebahagiaan sebesar-besarnya dan menghindari segala jenis penderitaan walau sekecil apa pun. Kita perlu berjuang untuk memenuhi kebahagiaan kita sendiri berikut kebahagiaan semua makhluk. Kita perlu berupaya untuk mengatasi penderitaan kita sendiri berikut penderitaan semua makhluk. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan kesempatan emas ini untuk benar-benar meraih tujuan yang kita inginkan.
Bisa jadi kita tidak benar-benar menyadari hal tersebut karena kita tidak memikirkannya. Kalau bisa, maka kita bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan orientasi dan cara berpikir yang baru. Bagi Anda yang belum menyadarinya atau memahaminya, lihat saja apa yang selama ini Anda lakukan dalam kehidupan saat ini. Anda pergi bekerja, belajar di sekolah atau universitas, praktek dharma, semua itu dilakukan hanya untuk satu tujuan.
Semua aktivitas yang kita lakukan tujuannya supaya kita bisa lebih bahagia dan tidak menderita sekaligus menghindari penderitaan di waktu yang akan datang. Apakah kita berangkat ke kantor untuk bekerja keras di pagi hari, atau mendaftarkan diri ke perguruan tinggi untuk belajar dengan keras, apa pun itu yang kita lakukan, tujuannya adalah meraih kebahagiaan dalam hidup kita dan menghindari permasalahan, kesulitan, serta penderitaan. Sesungguhnya, tidak ada orientasi lain apa pun dari keseluruhan aktivitas yang kita lakukan selain orientasi yang baru disebutkan tadi.
Kenyataan dari aktivitas paling sederhana yang kita lakukan, seperti makan, minum, mengonsumsi obat-obatan, tujuannya supaya kita dalam kondisi sehat. Dengan kondisi tubuh yang sehat, kita akan merasa enak dan nyaman. Sama halnya dengan aktivitas tidur atau beristirahat. Dengan tidur, kita akan merasa segar dan nyaman, baik secara fisik maupun mental. Jadi, kalau mengamati segala jenis aktivitas, semuanya mengarah pada satu kesimpulan yang sama. Semua aktivitas itu dilakukan supaya kita merasa bahagia dan menghindari rasa tidak nyaman (baca: tidak bahagia).
Berikutnya, kalau kita tinjau kembali semua aktivitas yang kita lakukan tersebut, sesungguhnya itu semua belum cukup untuk kita meraih kebahagiaan yang sejati. Yang kita lakukan selama ini paling-paling hanya bisa memberikan kebahagiaan hingga tingkat tertentu dalam hidup kita dan menghindari permasalahan hingga tingkat tertentu pula. Paling lama manfaat yang bisa kita rasakan adalah 50 sampai 60 tahun, bagi Anda yang masih relatif muda. Bagi yang lebih tua, tentu manfaatnya jauh lebih singkat daripada itu. Begitu kehidupan ini berakhir, maka segala upaya yang telah kita keluarkan untuk memastikan kita mendapatkan hidup yang nyaman dan bahagia juga akan berakhir.
Aktivitas-aktivitas yang kita lakukan selama ini memang bisa memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan fisik hingga tingkat tertentu. Akibat kesejahteraan fisik, pada gilirannya kita pun bisa menikmati kesejahteraan mental hingga tingkat tertentu pula. Tapi, secara keseluruhan, itu semua belumlah mencukupi. Manfaat-manfaat yang bisa kita rasakan hanya berlangsung untuk waktu yang singkat, lagian ia tidak mencukupi bagi kita untuk menghadapi berbagai permasalahan lainnya yang mudah sekali kita jumpai. Contohnya, kondisi-kondisi yang menyebabkan kita menjadi marah, tersinggung. Walaupun kita memiliki harta, belum tentu harta ini bisa berguna bagi kita ketika menghadapi kemarahan yang muncul di dalam batin kita.
Itu hanyalah satu contoh. Tapi itu jelas menunjukkan kepada kita bahwa upaya apa pun yang selama ini telah kita keluarkan untuk aktivitas-aktivitas yang kita lakukan hanyalah bermanfaat hingga tingkat tertentu. Secara keseluruhan, ia belumlah mampu mengatasi permasalahan kita secara sepenuhnya.
Kebahagiaan apa pun yang kita rasakan sekarang ini belum cukup dan belum lengkap. Kalau pun kita memiliki kenyamanan materi yang berfungsi untuk memberikan kesejahteraan fisik dan pada gilirannya kesejahteraan fisik ini berkontribusi untuk memberikan kedamaian batin hingga tingkat tertentu, tetapi dalam hal menghadapi halangan batin berikut permasalahan-permasalahan batin, maka semua metode yang sudah kita gunakan sekarang ini tidak berguna untuk menghadapinya.
Metode-metode tersebut tidak bisa memberikan kedamaian batin yang sejati, pun tidak bisa mengatasi penderitaan mental dengan sesungguhnya. Dengan mengecualikan segala metode dan cara-cara yang tidak bermanfaat tersebut, maka yang tersisa tentulah metode-metode yang berfungsi untuk memberikan kebahagiaan mental yang sesungguhnya. Metode-metode seperti inilah yang pantas dan patut untuk diupayakan, yang akan menghasilkan kebahagiaan (batin) yang sesungguhnya.
Contoh yang jelas bisa kita amati pada negara-negara maju, yaitu negara-negara yang tingkat pendidikannya tinggi, memiliki kebudayaan yang kaya, peradaban yang tinggi, berikut standar hidup yang tinggi. Di negara-negara ini, begitu banyak waktu dan sumber daya yang dikeluarkan untuk menyediakan pendidikan bagi warganya. Akan tetapi, di negara-negara yang konon memiliki kebudayaan dan peradaban yang sangat tinggi ini, apakah ada upaya dan sumber daya yang dikeluarkan untuk mengajarkan dan menunjukkan kepada warganya bagaimana cara menjadi orang yang lebih baik? Apakah mereka mengajarkan bagaimana cara mengembangkan batin menjadi lebih baik? Tentu tidak. Boleh dibilang tak satu sen pun yang dikeluarkan untuk tujuan ini.
Bagi Anda yang mendengarkan penjelasan ini, barangkali mungkin berpikir bahwa saya sedang mengeluh bahwa tidak ada uang yang dikeluarkan untuk membantu penyebaran ajaran buddhis. Tentu saja bukan itu yang saya maksudkan. Yang saya maksudkan adalah konteks yang lebih luas. Apakah ada uang atau sumber daya yang dikeluarkan untuk meningkatkan kebaikan hati? Untuk meningkatkan kemampuan untuk bersabar? Untuk meningkatkan pemahaman? Untuk mengembangkan batin yang baik yang ditujukan kepada orang lain? Jadi, dalam konteks seperti inilah yang saya maksudkan. Inilah aspek-aspek yang hilang pada belahan bumi ini. Inilah aspek-aspek yang tidak diperhatikan di dalam sistem-sistem kebudayaan dan pendidikan di sini. Tidak ada orang yang repot-repot memikirkan bagaimana cara mengajarkan orang untuk menjadi lebih baik, bagaimana cara meningkatkan batin dan sikap. Yang saya maksudkan tentu saja aspek-aspek yang ditujukan untuk semua pihak, bukan hanya buddhis.
Sejauh menyangkut Anda semua yang sudah hadir di sini, Anda semua tertarik pada Buddhisme. Anda semua juga telah mendapatkan akses terhadap ajaran-ajaran Buddha, sehingga sudah tersedia metode-metode bagi Anda. Metode-metode ini bertujuan untuk menjadi Anda seseorang yang lebih baik. Lebih baik dalam arti apa? Lebih baik dalam arti tidak gampang marah, lebih sabaran, lebih tidak egois, serta lebih tertarik terhadap kebahagiaan orang lain dan prihatin terhadap kesejahteraan orang lain. Lebih baik artinya serakahnya berkurang, pelitnya berkurang, lebih murah hati, dan seterusnya. Metode-metode seperti inilah yang sudah tersedia bagi Anda sekarang.
Dalam menjalankan metode-metode tersebut, seseorang tidak perlu menjadi buddhis. Sah-sah saja kalau ada orang yang berniat memanfaatkan metode-metode buddhis tanpa harus menjadi pemeluk buddhis. Jadi, sekarang metode-metode ini sudah tersedia dan Anda harus merebut kesempatan ini dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
Oleh karena itu, kita harus berupaya untuk meningkatkan batin kita. Setelah berhasil mengidentifikasi letak kesalahan dan kekurangannya, kita harus mengatasi dan mengurangi kekurangan tersebut. Di sisi lain, kita juga harus meningkatkan dan memperkuat kualitas-kualitas bajik kita. Semua ini harus dilakukan bukan semata-mata demi mencapai kebahagiaan pribadi saja serta bukan demi mengatasi penderitaan pribadi saja. Memang pada awalnya kita harus berupaya dengan meningkatkan kemampuan diri sendiri terlebih dahulu. Namun, kita harus memahami bahwa kita berupaya meningkatkan kemampuan diri sendiri semata-mata demi untuk membantu orang lain mencapai hasil yang sama, dalam artian menerapkan metode yang sama.
Jadi, ketika kita berupaya meningkatkan kemampuan diri sendiri terlebih dahulu, tapi seiring dengan kita melakukannya, jangan lupa bahwa tujuan utama kita adalah menolong orang lain untuk meningkatkan kemampuan mereka. Inilah yang seharusnya menjadi tujuan utama kita ketika sedang dalam tahap meningkatkan kemampuan diri sendiri. Memang pada awalnya kita harus mulai dengan diri sendiri terlebih dahulu sebelum kita benar-benar mampu bekerja demi orang lain. Ketika berada dalam tahap meningkatkan kemampuan diri sendiri, kita tidak boleh melakukannya semata-mata untuk mencapai tujuan pribadi. Justru kita melakukannya demi untuk memenuhi tujuan makhluk lain. Sambilan kita melakukannya dengan motivasi yang benar seperti itu, tentu saja kita akan mendapatkan manfaatnya berupa kebahagiaan diri sendiri, tapi kita jangan berpuas diri sampai di situ saja.
Seiring dengan kita meningkatkan kemampuan sendiri, maka kita juga akan semakin mampu menolong orang lain. Peningkatan kemampuan diri sendiri ini berbanding lurus dengan kemampuan untuk menolong orang lain.
Dalam rangka bekerja untuk meningkatkan kemampuan, kita membutuhkan metode atau cara. Metode yang sudah tersedia bagi kita adalah metode yang paling baik, yaitu instruksi yang disebut “Tahapan Jalan Menuju Pencerahan untuk Ketiga Jenis Praktisi.”
Instruksi yang tersedia dalam tiga tingkatan kapasitas ini adalah instruksi yang paling baik. Instruksi ini bisa diterapkan oleh semua orang yang memiliki kapasitas dan kemampuan batin yang berbeda-beda. Jadi, siapa saja, apakah itu seseorang yang memiliki motivasi awal, motivasi menengah, maupun motivasi agung; masing-masing orang tersebut bisa mendapatkan manfaat dari instruksi ini.
Itulah sebabnya saya di sini untuk mengajarkan “Tahapan Jalan Menuju Pencerahan” dan Anda di sini untuk mendengarkannya. Penting sekali untuk mendengarkan ajaran dengan kerangka berpikir yang benar. Bagi yang buddhis, saya hendak mengingatkan bahwa tujuan tertinggi kita adalah bekerja demi kebahagiaan semua makhluk dengan cara mencapai Kebuddhaan. Dengan demikian, kita berada di sini untuk mendengarkan instruksi dengan tujuan untuk mencapai Kebuddhaan. Bukan hanya sekadar mendengarkan, tapi kita juga berniat untuk mempraktekkan apa yang telah didengarkan tersebut.
Bagi Anda yang bukan buddhis, saya hendak mengingatkan bahwa Anda telah memperoleh kesempatan berharga yang luar biasa dengan kelahiran yang bebas dan beruntung yang sudah Anda dapatkan. Dengan kesempatan itu, Anda bisa berbuat sesuatu untuk menolong sebanyak-banyaknya makhluk lain. Dengan demikian, Anda bisa membangkitkan motivasi dengan berpikir bahwa dalam rangka menolong orang lain sebanyak-banyaknya, maka Anda akan meningkatkan dan memperkuat kemampuan diri Anda sendiri. Dengan motivasi seperti inilah, Anda bisa mendengarkan ajaran Lamrim dengan niat untuk mempraktekkannya.
Dari keenam poin Paramita, pada sesi ini kita sudah sampai pada poin keenam, yakni penyempurnaan kebijaksanaan.
Seseorang yang berlatih konsentrasi hingga mencapai samathapada kehidupan saat ini, maka ia akan merasakan manfaat berupa fleksibilitas fisik dan mental. Begitu ia mencapai samatha, maka ia akan serta-merta merasakan keluwesan pada fisik dan mentalnya. Akibatnya, ia akan merasakan kebahagiaan fisik dan mental akibat keluwesan/ fleksibilitas tersebut. Itulah manfaat yang bisa dirasakan oleh seseorang yang sudah mencapai samatha, pada kehidupan saat ini.
Selama orang tersebut menetap di dalam samatha-nya, maka ia tidak akan merasakan ketidak-nyamanan fisik maupun mental. Artinya, selama berada dalam kondisi tercerap di dalam samatha, ia tidak akan merasakan ketidak-nyamanan fisik dan mental. Tapi kalau ia sudah keluar dari samatha-nya, maka segala permasalahan dan kesulitan yang biasanya dihadapi akan kembali seperti semula. Artinya, ia kembali mengalami ketidak-nyamanan fisik dan mental.
Itu sebabnya nama lain dari konsentrasi jenis pertama ini adalah konsentrasi yang menetap dalam kebahagiaan fisik dan mental.
Untuk konsentrasi jenis kedua ini, barangkali yang dimaksud adalah kualitas yang lebih tinggi. Dengan dasar samatha, seseorang bisa memperoleh kekuatan gaib, yakni 8 jenis keunggulan dan 10 jenis kekuatan yang tidak bisa habis.
Untuk 10 jenis kekuatan yang tidak bisa habis, ada 4 yang berkaitan dengan keempat unsur, yakni Tanah, Udara, Api, Air. Berikutnya, ada 4 yang berkaitan dengan warna, yakni Putih, Merah, Kuning, Biru. Berikutnya adalah keunggulan berkaitan dengan ruang, artinya seseorang akan memiliki kemampuan untuk melayang/ terbang di angkasa, serta keunggulan berkaitan dengan kesadaran, di mana seseorang akan mampu mengendalikan kilesanya. Lengkap sudah jumlah keseluruhannya menjadi 10 jenis keunggulan.
Sedangkan untuk 8 jenis keunggulan adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan beragam jenis emanasi. Artinya, ia bisa memunculkan emanasi dirinya dalam berbagai bentuk. 8 jenis keunggulan ini bisa dikembangkan oleh seseorang yang sudah memiliki dasar pencapaian tingkat samatha.
Nama lain dari jenis konsentrasi ini adalah konsentrasi yang mencapai kualitas yang lebih tinggi.
Walaupun penjelasan di sini memaparkan bahwa seseorang yang sudah meraih samatha akan mengembangkan kualitas bajik berikut pencapaiann unggul, tapi ini tidak terjadi secara otomatis. Bukan berarti seseorang yang sudah mencapai samatha serta-merta akan memperoleh keunggulan-keunggulan yang disebutkan di atas. Untuk memperolehnya, ia harus melatih meditasi lebih lanjut. Tapi, dasarnya adalah pencapaian samatha untuk melanjutkan hingga bisa memperoleh kekuatan gaib tersebut.
Dalam rangka bekerja untuk kebahagiaan semua makhluk, ada 11 cara berbeda untuk melakukannya. 11 cara ini bisa ditemukan penjelasannya dalam topik Praktek Bodhisattva. Jadi, seseorang yang sudah melatih dan mencapai tingkat samatha bisa menggunakan samathanya dalam 11 cara berbeda untuk memenuhi kesejahteraan/ kebahagiaan semua makhluk.
Jadi, pada klasifikasi konsentrasi ini, tadi sudah disebutkan adanya klasifikasi berdasarkan fungsi berbagai jenis konsentrasi, kemudian klasifikasi bersifat binary (berpasangan), serta klasifikasi ketiga berdasarkan jenis-jenis konsentrasi.
Berikutnya, apabila Anda ingin mempraktekkan konsentrasi, bagaimana caranya? Yang pertama sekali adalah Anda harus mengetahui manfaat-manfaat konsentrasi serta kerugian-kerugian kalau tidak memiliki konsentrasi. Itulah yang pertama sekali harus Anda renungkan.
Untuk mengetahui manfaat konsentrasi, kita bisa merujuk pada Baris-baris Pengalaman karya Je Rinpoche berikut ini:
Dasar pemikirannya adalah konsentrasi adalah sebuah kualitas yang memungkinkan kita untuk mengendalikan dan memerintah batin. Konsentrasi juga memungkinkan kita mencapai batin yang kokoh, sekokoh raja para gunung. Ketika batin sudah menetapkan objeknya, konsentrasi bisa mengarahkan batin pada objeknya sesuai dengan yang dikehendaki oleh batin. Konsentrasi juga menghasilan fleksibilitan atau keluwesan/ kesupelan fisik dan mental. Jasmani kita akan berfungsi dengan fleksibel, sesuai dengan yang kita inginkan. Konsentrasi memungkinkan para yogi besar untuk menghancurkan musuh mereka. Para pertapa agung terus-menerus bertumpu pada samadhi dalam rangka menaklukkan musuhnya.
Berikutnya, kita akan melihat Paramita keenam, yaitu penyempurnaan kebijaksanaan.
Definisi kebijaksanaan di sini sama persis dengan defisininya di dalam “Batin dan Faktor-faktor Mental”. Di antara kelima jenis faktor mental yang ditentukan oleh objeknya, salah satunya adalah faktor mental kebijaksanaan. Definisi kebijaksanaan di dalam Lamrim Menengah sama persis dengan definisi kebijaksanaan di dalam “Batin dan Faktor-faktor Mental.”
Apakah ada orang yang bisa menyebutkan definisi kebijaksanaan? Bagi Anda yang sudah mempelajari topik “Batin dan Faktor-faktor Mental”, kebijaksanaan adalah salah satu faktor mental dalam klasifikasi faktor mental yang ditentukan oleh objeknya.
Jadi, definisi kebijaksanaan, berkaitan dengan fenomena yang dianalisis, adalah diskriminasi menyeluruh.
Dalam istilah fenomena yang dianalisis (Tak Pei Ngo Po), ada dua cara pelafalan Tak Par. Dua cara pelafalan ini pada gilirannya memiliki dua arti yang berbeda pula. Bagi Anda yang bukan orang Tibet, sehingga tidak mengerti bahasa Tibet, saya rasa tidak perlu membahas hal ini. Berikutnya kita lihat definisi yang disebutkan oleh Frederic. Berkaitan dengan fenomena yang dianalisis, salah satu cara untuk memahami Tak Pei Ngo Po adalah berdasarkan objek yang dinalisis. Pelafalan Tak Par yang berbeda memberikan arti lain yang berbeda pula. Dalam konteks 5 faktor mental yang ditentukan oleh objeknya, definisi kebijaksanaan sesuai dengan salah satu pelafalan Tak Par adalah lebih tepat. Karena itulah definisi ini yang dipakai.
Je Rinpoche menyusun pembagian tersebut dengan merujuk pada “Tingkatan-tingkatan Bodhisattva” karya Arya Asanga.
Kalau kita melihat pada teks “Esensi Emas yang Dimurnikan”, disebutkan bahwa kebijaksanaan yang mencerap kebenaran tertinggi menghancurkan akar samsara. Ini merujuk pada kebijaksanaan jenis pertama, yatu kebijaksanaan yang mencerap kebenaran tertinggi, atau dengan kata lain, mencerap ketanpa-aku-an.
Jenis kedua, kebijaksanaan yang mencerap fenomena konvensional, sebagaimana yang tertera di dalam “Esensi Emas yang Dimurnikan”, merujuk pada fenomena-fenomena lain di luar ketanpa-aku-an/ kesunyataan. Di dalam Lamrim, kebijaksanaan konvensional adalah kebijaksanaan yang memahami kelima jenis ilmu pengetahuan, yaitu:
Kelima jenis ilmu pengetahuan tersebut bisa diperoleh dengan menggunakan kebijaksanaan yang mencerap kebenaran konvensional.
Kebijaksanaan ini adalah kebijaksanaan yang mengetahui bagaimana cara untuk mencapai kebahagiaan semua makhluk, baik untuk kehidupan saat ini maupun untuk kehidupan yang akan datang. Jadi, kebijaksanaan ini mengetahui apa yang dibutuhkan oleh semua makhluk untuk mendapatkan kebahagiaan pada kehidupan saat ini dan kebahagiaan pada kehidupan berikutnya. Kebijaksanaan ini juga bisa disebut sebagai kebijaksanaan yang memahami bagaimana cara menolong makhluk hidup dengan sebelas cara berbeda.
Poin berikutnya, bagaimana mengembangkan kebijaksanaan di dalam batin Anda. Dalam penjelasan poin ini, pertama-tama adalah memahami manfaat-manfaat kebijaksanaan dan mengetahui kerugian-kerugian kalau tidak memiliki kualitas kebijaksanaan.
Untuk membangkitkan niat mengembangkan kebijaksanaan, pertama-tama kita harus mengetahui manfaat-manfaat yang akan didapatkan oleh seseorang yang sudah merealisasikan kebijaksanaan. Kalau sudah mengetahui manfaatnya, barulah ia akan membangkitkan niat untuk mendapatkannya. Di sisi lain, dengan cara yang sama kita juga bisa merenungkan kerugian-kerugian kalau kita tidak memiliki kualitas kebijaksanaan. Dengan mengetahui kerugian-kerugian yang akan diderita, ini juga bisa memberikan inspirasi bagi kita untuk melatih kebijaksanaan.
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh kalau seseorang memiliki kebijaksanaan. Di dalam Lamrim Menengah, tercantum lima manfaat.
Sampai di sini sesi untuk hari ini. Kalau Anda membaca teks Tibet Lamrim Menengah, Anda bisa menemukan kelima manfaat kebijaksanaan dalam rangka membangkitkannya di dalam batin. Ini bisa ditemukan di akhir bagian bagaimana melatih Bodhicitta secara umum, yaitu di akhir penjelasan Enam Paramita, bukan pada penjelasan dua Paramita terakhir. Penjelasan pada dua Paramita terakhir lebih kompleks karena lebih rinci. Jadi, untuk manfaat ini bisa ditemukan di akhir penjelasan Enam Paramita.
Bagi Anda yang memakai teks bahasa Tibet, sangat baik sekali kalau Anda membawa teks Tibet itu pada sesi ini, karena saya melihat ada beberapa orang yang tidak membawanya. Kalau Anda tidak membawa teks, itu bisa jadi pertanda kurangnya rasa ketertarikan. Dengan membawa teks, Anda bisa mengikuti penjelasan sambil terus merujuk pada teks Anda. Tanpa teks, barangkali Anda kurang begitu bisa mengikuti penjelasan yang diberikan.
Setelah ini kita akan melafalkan doa dedikasi untuk mendedikasikan kebajikan-kebajikan yang sudah kita kumpulkan pada hari ini. Kita akan bertemu kembali esok hari dalam sesi umum seperti ini.
Webcast ini disiarkan dari kegiatan rutin bulanan di Insitute Ganden Ling dan Institute Guepele, Perancis. Dharma Akhir Pekan setiap bulan ini menyajikan topik yang bersambung. Sesi 17 Maret 2012 ini merupakan rangkaian sesi penjelasan teks “Esensi Emas yang Dimurnikan” yang dipadukan dengan penjelasan teks Lamrim secara umum. Penjelasan paramita kebijaksanaan di atas akan dilanjutkan lagi pada sesi berikutnya.