Makna di Balik Kunjungan Richard Gere ke Borobudur

  • July 3, 2011


Antusiasme para birokrat dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata ketika menerima kunjungan Richard Gere dan keluarganya yang mengunjungi monumen Borobudur, kelihatannya telah mendukung ide untuk melibatkan Gere selaku duta budaya untuk Borobudur.

Sayangnya, kalau kita melihat alasan pribadi Gere menyetujui permintaa mengunjungi situs bersejarah tersebut, maka sesungguhnya agenda pemerintah untuk meningkatkan jumlah wisatawan bukan merupakan daya tarik utama bagi dirinya. Sebagaimana dikutip dalam beberapa laporan media, baik lokal maupun nasional, Gere bukan turis biasa yang hanya ingin berfoto dengan latar belakang matahari tenggelam di puncak Borobudur, tapi ia memahami makna dan sejarah di balik pendirian monumen ini.

Gere berada di Indonesia sebagai bagian dari ziarah dan praktik spiritualnya di salah satu mandala (pusat alam semesta) di dunia ini.

Sebagaimana dikutip oleh Prof. Nurhadi Magetsari, profesor arkeologi senior di Universitas Indonesia, “Mandala Borobudur tidak bisa ditemukan di tempat lain di bumi ini. Hanya ada satu, yaitu satu-satunya hanya ada di Indonesia.”

Nurhadi juga mengatakan “Borobudur sangat istimewa karena ia melambangkan perjalanan spiritual seorang yogi besar yang mengombinasikan teks-teks Mahayana dan Tantrayana yang menunjukkan praktik-praktik spiritual tertinggi.” (Magetsari, 2010)

Gere menyadari bahwa Indonesia adalah sebuah negara yang menjadi asal mula munculnya welas asih dan kebijaksanaan. Ia mengetahui bahwa 1.000 tahun yang lalu, seorang filsuf Buddhis terpandang, Atisha Dipankara dari Bengali, datang ke Indonesia untuk mempelajari penyempurnaan etika selama 12 tahun di Kerajaan Sriwijaya di Sumatra, dan juga Borobudur, sebelum ia akhirnya menyelamatkan Tibet dari kehancuran moral di abad ke-11. Pertanyaan berikutnya: Siapa yang mengajarkan penyempurnaan etika-etika ini kepada Atisha?

Menurut beberapa teks historis yang ditulis oleh Taranatha, relief Leiden, dan hipotesis Slamet Muljana dalam bukunya, “Kuntala, Sriwijaya, dan Khuntalabumi”, berikut kabar dari China di tahun 988, gurunya Atisha ternyata adalah Suvarnadwipa Dharmakirti atau Lama Serlingpa (Bhadraruci, 2011) yang lahir dan besar di Indonesia.

Karena ajaran-ajaran Lama Serlingpa-lah, Atisha bisa kembali ke India dan Tibet untuk menyelamatkan negeri-negeri tersebut dari kehancuran moral. Teori-teori lain menyebutkan bahwa beberapa ahli Tibet, termasuk Geshe Sopa dan Manansala menemukan bukti bahawa Sumatra ternyata sama dengan Suvarnadwipa dan Shambala, sebuah tempat yang menjadi asal mula munculnya Tantra Kala Chakra.

Gere menghadiri upacara inisiasi Kala Chakra di tahun 2004, yang diberikan oleh Yang Mulia Dalai Lama. Merujuk pada sejumlah surat kabar di Indonesia dan Australia, Dalai Lama selalu menekankan pentingnya toleransi dan penyempurnaan etika (sila), bukan hanya pada pengikut buddhis saja, tapi mencakup non-buddhis juga.

Selama kunjungannya di Indonesia, Gere juga mengetahui bahwa di bulan Desember 2011 nanti, reinkarnasi dari gurunya Atisha, yakni Lama Serlingpa, akan mengunjungi Indonesia. Nama beliau sekarang adalah Dagpo Rinpoche, dan beliau akan datang dari Paris untuk memberikan pelajaran selama lebih kurang 10 hari di Bandung.

Inilah alasan-alasan di balik kunjungan Gere ke Candi Borobudur di Jawa Tengah. Candi ini bukan hanya potret nilai-nilai sejarah yang mengagumkan, tapi juga nilai-nilai spiritual dan altruistik yang tidak hanya terkungkung dalam satu agama atau kelompok etnis tertentu saja.

Karena itu, semoga kunjungan Gere bisa meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya merenung ke dalam diri sendiri dan pentingnya penyempurnaan etika (sila), welas asih, dan kebijaksanaan dalam rangka mengubah diri menjadi sosok yang lebih baik sebagaimana yang dilakukan oleh Richard Gere sebagai bagian dari kunjungannya ke negeri ini.

LENNY HIDAYAT
PENASIHAT INDONESIA WORLD HERITAGE YOUTH NETWORK (INDOWYN)
MELBOURNE UNIVERSITY, AUSTRALIA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *