Kita semua bisa berkumpul bersama di sini dikarenakan simpanan nilai kebajikan yang sangat besar yang sudah kita kumpulkan. Tujuan kita berkumpul bersama adalah untuk mendengarkan dan merenungkan dharma ajaran Buddha, khususnya ajaran Mahayana. Perlu disadari bahwa kesempatan untuk mendengarkan ajaran Mahayana adalah sangat langka dan berharga.
Bagaimana kita memahami kelangkaan dan berharganya kesempatan seperti ini? Pertama-tama, dalam Buddhisme sudah dinyatakan bahwa kita semua sudah mengalami rangkaian kelahiran kembali yang banyak sekali di dalam samsara. Bahkan kelahiran kembali di dalam samsara ini dikatakan tak berawal. Ini artinya kita semua sudah memiliki kelahiran kembali yang banyak sekali jumlahnya hingga tak terhitung. Dengan kata lain, kita sudah ada di dalam samsara ini untuk waktu yang sangat lama.
Apakah kita pernah punya kesempatan untuk mendengarkan ajaran dharma seperti yang kita punyai hari ini? Jawabannya, bisa jadi. Tapi, kesempatan untuk itu adalah sangat jarang sekali. Untuk membantu kita memahami seberapa lama kita sudah berada di dalam samsara, kita bisa merujuk pada dunia yang kita tempati sekarang ini. Seberapa lama dunia ini ada, selama itu pulalah kita sudah pernah terlahir kembali berulang-ulang.
Rinpoche menanyakan berapa umur planet Bumi dan dijawab 4,5 miliar tahun.
Jika 1% dari umur Bumi, yakni 1% dari 4,5 miliar tahun itu kita memiliki kehidupan, itu artinya kita sudah terlahir kembali berulang-ulang untuk waktu yang sangat lama. Selanjutnya, bagaimana kondisi batin kita sekarang ini? Kondisinya adalah kebanyakan dari kita sukar untuk berkonsentrasi pada satu topik bahkan untuk waktu yang singkat. Untuk membangkitkan pikiran bajik, kita harus berusaha keras. Di sisi lain, pikiran-pikiran tak bajik muncul dengan mudah sekali, tanpa perlu bersusah-payah, dan muncul secara alami. Inilah realita kondisi kita sekarang ini.
Jika saja kebanyakan dari kita, dalam 1% dari 4,5 miliar tahun tadi, sudah mendapatkan kelahiran yang baik seperti yang kita dapatkan sekarang ini, tentu saja kita akan berada pada kondisi yang lebih baik. Tapi kenyataannya pikiran-pikiran buruk kita gampang sekali muncul dan muncul dengan sangat jelas dan tajam. Sedangkan untuk pikiran-pikiran bajik, batin kita tumpul, samar-samar, tidak tajam, dan lemah. Contohnya, ketika kita melakukan praktek visualisasi ladang kebajikan pagi ini, yakni ketika kita membayangkan di angkasa di hadapanku, di atas singgasana singa dan bunga teratai beraneka warna, dengan cakram bulan dan matahari, duduklah guru spiritual utamaku dalam wujuh Buddha Sakyamuni yang jaya, ketika kita melakukan visualisasi ini, apakah yang muncul dalam batin kita? Apakah Buddha bisa muncul dengan jelas ataukah batin kita seolah-olah diselimuti kegelapan sehingga kita tidak bisa melihat apapun di hadapan kita dengan jelas?
Jika di masa lampau kita sudah dengan serius membiasakan batin kita dengan visualisasi perlindungan kepada Triratna dengan mendaya-gunakan kekuatan batin kita, tentu kita akan bisa mendapatkan gambaran visualisasi yang jelas akan obyek perlindungan. Bandingkan dengan kondisi ketika kita membayangkan seorang teman. Kita cukup memikirkannya dan serta-merta kita bisa melihatnya dengan jelas di hadapan kita. Ini bisa terjadi semata-mata karena familiarisasi. Karena kita sudah gagal untuk membiasakan batin kita terhadap obyek perlindungan, maka sukar bagi kita untuk mendapatkan visualisasi yang jelas.
Oleh sebab itu kita perlu menyadari betapa langka dan berharganya kesempatan kelahiran kembali seperti yang kita punyai sekarang ini. Kita bisa memahami kelangkaan dan keberhargaannya karena dengan kelahiran ini kita bisa mengakhiri masalah-masalah dan kesedihan kita, baik di kehidupan saat ini maupun di semua kehidupan yang akan datang. Inilah kesempatan kita untuk mengakhiri penderitaan kita, tidak hanya untuk sementara waktu, tapi mengakhirinya untuk selama-lamanya. Itulah sebabnya mengapa kehidupan sekarang ini begitu berharga.
Kita semua punya masalah. Ada orang yang memiliki masalah yang lebih besar, ada yang masalahnya lebih kecil. Tapi intinya semua orang punya masalah. Tidak ada yang sepenuhnya bebas dari masalah. Contohnya kita semua harus menghadapi kenyataan bahwa kita tidak bisa memperoleh apa yang kita inginkan. Sebaliknya, kita terpaksa melakukan sesuatu atau menjalani penderitaan yang tidak kita inginkan. Itulah kondisi kita sekarang ini, dikarenakan bentuk kehidupan yang sudah kita dapatkan ini. Akan tetapi, kita memiliki kemungkinan untuk mengubahnya, yakni kemungkinan untuk mengakhiri masalah-masalah/ penderitaan kita, baik pada kehidupan sekarang ini maupun dalam semua kehidupan berikutnya.
Dalam menghadapi masalah, pertama-tama kita mampu menghadapi masalah yang kasar/ tampak jelas di depan mata. Namun, semakin kita mengembangkan diri, dalam artian meningkatkan kapasitas mental kita, maka secara bertahap kita akan mampu menghadapi persoalan-persoalan yang lebih subtil, dan pada akhirnya mampu mengatasi segala bentuk permasalahan, baik dalam kehidupan sekarang maupun pada semua kehidupan berikutnya.
Akan tetapi hasil tersebut tidak bisa dicapai secara spontan. Kita perlu berupaya untuk mewujudkannya, yakni kita perlu melakukan apa yang harus dilakukan agar mendapatkan hasilnya. Hasil yang diinginkan tidak akan datang begitu saja tanpa ada upaya. Jadi intinya adalah kita harus memanfaatkan potensi yang terkandung pada kehidupan saat ini untuk mencapai apa yang tadi sudah dijelaskan, dan juga mengatasi, bukan hanya penderitaan kita sendiri, tapi juga penderitaan semua makhluk. Jika kita mampu mencapai hal ini, maka kelahiran ini akan sangat bermakna, yakni sebuah kelahiran di mana kita sudah bertemu dengan ajaran Buddha.
Untuk mencapai hasil yang diinginkan tadi, kita perlu bertumpu pada metode yang valid, yang sudah terjamin. Sebenarnya semua ajaran Buddha adalah valid, tapi di antara banyak ajaran Buddha tersebut, kita harus menemukan ajaran yang cocok dengan kapasitas kita sekarang ini. Tidak cukup apabila sebuah ajaran itu sudah valid, mendalam, dan efektif. Kita harus menemukan ajaran yang efektif bagi kita secara pribadi, yang bermanfaat bagi kita dan sudah diadaptasi sedemikian rupa untuk memenuhi kapasitas kita sekarang.
Metode atau ajaran yang ideal untuk semua makhluk, baik kapasitas awal, menengah, maupun agung, adalah instruksi yang disebut Tahapan Jalan Menuju Pencerahan untuk Ketiga Jenis Praktisi. Ajaran ini sudah diadaptasi sedemikian rupa untuk semua jenis praktisi. Ajaran ini sangatlah menyeluruh. Ia cocok bagi praktisi kapasitas kecil. Kapasitas kecil di sini bukanlah kapasitas intelektual, tapi kapasitas orientasi atau jangkauan berpikir seseorang. Instruksi ini bahkan bermanfaat bagi orang yang hanya ingin mencari kebahagiaan pada kehidupan sekarang ini saja. Orang seperti ini bisa menemukan instruksi yang bisa membantunya mengatasi kesulitan dan mendapatkan kebahagiaan pada kehidupan sekarang ini. Instruksi ini juga bermanfaat bagi Bodhisatwa bhumi ke sepuluh, yang mana sang Bodhisatwa bisa menemukan ajaran yang bisa membantunya merampungkan prakteknya hingga pencerahan sempurna.
Instruksi tersebut juga bermanfaat bagi kita secara pribadi, di mana kita bisa menemukan ajaran-ajaran yang bisa membantu kita dalam sehari-hari, apakah itu meningkatkan kapasitas kita atau membantu kita bergerak maju hingga akhirnya mencapai pencerahan. Semua ajaran ini sudah disampaikan dengan sangat jelas oleh guru-guru agung yang luar biasa, yakni Arya Nagarjuna dalam Precious Garland atau Arya Asanga dalam Bodhisattva?s Levels. Instruksi-instruksi ini sudah tersedia di tangan kita dan inilah yang hendak diajarkan oleh Rinpoche. Akan tetapi, penting bagi kita semua untuk membangkitkan motivasi yang bajik supaya kegiatan mendengarkan dharma ini bisa benar-benar bermanfaat.
Bagi mereka yang buddhis, bisa merenungkan dengan cara sebagai berikut: Sekarang setelah saya mendapatkan kelahiran kembali sebagai manusia yang berharga dan juga telah bertemu dengan ajaran Buddha, sehingga saya akan mampu mengatasi, bukan hanya penderitaan saya saja, namun penderitaan semua makhluk, yakni pada saat saya mencapai pencerahan sempurna. Itulah tujuan mendengarkan ajaran.
Bagi non-buddhis, renungkan bahwa anda telah mendapatkan kehidupan yang baik dan memiliki kesempatan yang baik pula. Kehidupan ini bisa dipakai bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri tapi juga membawa manfaat bagi orang lain. Selain itu seseorang juga bisa menambah kualitas-kualitas positif dan mengurangi kualitas-kualitas negatif. Inilah motivasi yang bisa dipakai dalam mendengarkan ajaran.
Sekarang kita masuk pada ajaran, di mana Lamrim terbagi menjadi empat bab besar, yakni:
1. Penjelasan kualitas-kualitas agung Guru spiritual untuk menunjukkan kemurnian sumber ajaran (Lamrim)
2. Penjelasan kualitas-kualitas agung ajaran Lamrim itu sendiri untuk membangkitkan rasa hormat terhadap instruksi-instruksi
3. Bagaimana cara mengajar dan mendengarkan ajaran dengan kualitas-kualitas di atas
4. Bagaimana kita para murid dibimbing dengan ajaran Lamrim yang sebenarnya
Kita sudah sampai pada bab keempat, yakni bagaimana kita para murid dibimbing dengan ajaran Lamrim yang sebenarnya. Bab ini terbagi menjadi dua bagian, yakni: 1) Bagaimana cara bertumpu kepada guru spiritual kita, akar dari sang jalan, 2) Sambil bertumpu padanya, bagaimana secara bertahap mengembangkan batin kita. Poin ke-2 ini selanjutnya terbagi lagi menjadi dua, yakni: 1) Mendorong diri kita untuk memanfaatkan eksistensi kita sebagai manusia dengan (8) kebebasannya, 2) Bagaimana cara memanfaatkannya. Poin terakhir ini selanjutnya terbagi menjadi 3 bagian: Melatih batin pada tahap-tahap jalan yang dijalankan bersama-sama dengan makhluk motivasi 1) awal, 2) menengah, 3) agung.
Kita sudah sampai pada bagian yang ketiga, yaitu melatih batin pada tahap-tahap jalan yang dijalankan bersama-sama dengan makhluk motivasi agung. Bagian ini terbagi menjadi tiga, yaitu:
1) Mengenali manfaat-manfaat Bodhicitta, sebagai satu-satunya pintu gerbang menuju Mahayana dan seterusnya.
2) Bagaimana cara mengembangkan Bodhicitta
3) Setelah mengembangkan Bodhicitta, bagaimana cara berlatih dalam praktek Bodhisatwa
Selanjutnya, bagaimana cara mengembangkan Bodhicitta terbagi menjadi dua, yaitu: 1) Latihan batin yang sesungguhnya, dan 2) Cara untuk mempertahankan Bodhicitta melalui ritual. Poin pertama terbagi lagi menjadi dua, yakni: 1) Bagaimana melatih batin kita menurut ketujuh poin instruksi, sebab dan akibat, dan 2) Bagaimana melatih batin kita dalam menyamakan dan menukar diri kita dengan orang-orang lain. Dalam Lamrim Essence of Refined Gold, metode yang dipakai adalah yang pertama, dan bukan yang kedua.
Tujuh poin instruksi sebab dan akibat yang sudah dibahas sejauh ini adalah:
1) Meditasi pada keseimbangan
2) Mengenali semua makhluk sebagai ibu-ibu kita
3) Mengingat kebaikan mereka
4) Membalas kebaikan mereka
5) Cinta kasih dan welas asih
6) Pikiran yang unggul
Sekarang kita sampai pada poin yang ke-6. Kelanjutan penjelasan dari yang sebelumnya adalah: kita mulai dengan memeditasikan niat untuk secara pribadi memastikan semua makhluk mempunyai akses untuk mendapatkan kebahagiaan yang mereka inginkan. Berikutnya, kita mengembangkan niat untuk melihat diri kita sendiri dan semua makhluk terbebas dari semua penderitaan. Selanjutnya, kita menggabungkan kedua jenis pemikiran di atas menjadi sebagai berikut:
?Aku akan mengambil tanggung-jawab secara pribadi untuk memastikan semua makhluk mendapatkan kebahagiaan dan memastikan mereka semua terbebaskan dari segala bentuk penderitaan.? Pada poin ini kita sudah mengembangkan yang namanya pikiran yang unggul (superior intention). Poin pikiran yang unggul ini adalah poin ke-6 dari keseluruhan 7 poin. Istilah ?unggul? atau ?superior? juga digunakan pada konteks niat yang lain, yakni: ketika kita memutuskan untuk memastikan semua makhluk mendapatkan apa yang mereka inginkan, ini dinamakan cinta kasih, dan ketika kita memutuskan untuk memastikan semua makhluk terbebaskan dari penderitaan, ini dinamakan welas asih. Supaya bisa membangkitkan niat yang unggul atau superior, kita perlu menggabungkan kedua hal di atas menjadi satu, yakni kita mengambil tanggung-jawab pribadi untuk memastikan semua makhluk, bukan hanya terbebaskan dari penderitaan, tapi juga mendapatkan kebahagiaan.
Sampai di sini Rinpoche lanjut memberikan transmisi bahan Lamrim Essence of Refined Gold.
Pada hal. 32 terjemahan Bahasa Inggris disebutkan bahwa kita telah membangkitkan pikiran atau niat yang unggul ketika kita secara pribadi mengambil tanggung-jawab untuk memastikan semua makhluk bebas dari penderitaan dan mendapatkan kebahagiaan. Kalau kita sudah sampai pada posisi ini, maka pertanyaan berikutnya adalah: Apakah kita benar-benar memiliki kemampuan untuk mewujudkan hal tersebut? Kalau kita jawab dengan jujur, tentu saja kita tidak mampu. Jangankan menolong semua makhluk, kita bahkan tidak sanggup untuk menolong satu makhluk, yakni menolongnya untuk mendapatkan kebahagiaan dan terbebaskan dari penderitaan. Tapi, di sisi lain, kita sudah membuat komitmen untuk itu, artinya kita sudah berjanji untuk melakukannya.
Di dalam teks disebutkan, apabila kita bertindak berlawanan dengan janji yang sudah kita bikin sendiri, artinya kita meninggalkan atau mengabaikan bodhicitta, maka ini akan berakibat terlahir kembali di alam-alam rendah. Ini menunjukkan betapa seriusnya janji bodhicitta tersebut. Dengan demikian, kita sudah tidak bisa berbalik arah dari janji yang sudah kita buat, dan tentu saja kita tidak ingin hal itu sampai terjadi. Pertanyaan berikutnya, siapa yang punya kapasitas untuk mewujudkannya? Jawabannya: hanya Buddha satu-satunya yang mampu untuk bertindak menolong semua makhluk. Dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa solusi satu-satunya adalah kita harus mengerahkan segenap daya upaya untuk memastikan kita mencapai pencerahan sempurna, yakni Kebuddhaan.
Tujuan kita ingin mencapai Kebuddhaan adalah untuk menghentikan penderitaan dan memberikan kebahagiaan bagi semua makhluk. Inilah alasan mengapa kita ingin mencapai pencerahan dan ini tentu saja sejalan dengan batin pencerahan atau bodhicitta yang sebenarnya, di mana bodhicitta yang sebenarnya mencakup keputusan untuk mencapai pencerahan sempurna demi kebahagiaan semua makhluk.
Di dalam Lamrim Besar (Lamrim Chenmo)-nya Je Tsongkhapa, yang didasarkan dari Abhisamayalamkara, yang didasarkan lagi pada Prajna Paramita Sutra, ada 3 aspek pembangkitan bodhicitta, yakni:
1) Membangkitkan niat untuk memenuhi tujuan semua makhluk
2) Membangkitkan niat untuk memenuhi tujuan diri sendiri
3) Gabungan keduanya
Contoh, bagian yang termasuk membangkitkan niat untuk memenuhi tujuan semua makhluk utamanya adalah 3 poin dari keseluruhan 7 poin, yakni welas asih, pikiran yang unggul, dan meditasi pada bodhicitta yang sesungguhnya. Di sini kita benar-benar memusatkan perhatian pada kesejahteraan dan kebahagiaan makhluk lain, serta mengakhiri penderitaan mereka. Untuk tujuan itulah kita memutuskan untuk mengambil tanggung-jawab secara pribadi. Ini mewakili satu aspek, yakni tujuan makhluk lain. Aspek lainnya adalah niat untuk memenuhi tujuan dan kesejahteraan pribadi, dan inilah aspirasi sebenarnya dari bodhicitta itu sendiri, berdasarkan pada pemahaman bahwa: Kecuali kita sendiri bisa mencapai Kebuddhaan, maka sebelum mencapainya kita tidak bisa benar-benar memenuhi tujuan kita sendiri, yakni mengakhiri penderitaan dan mencapai kebahagiaan kita sendiri. Jadi di sini kita bisa melihat ada aspek ganda, yakni aspek pribadi dan aspek makhluk lain.
Keinginan untuk mencapai Kebuddhaan ini termasuk pada poin ke-3 yang merupakan hasil dari dua poin sebelumnya. Poin ini dijelaskan oleh Je Rinpoche dalam Lamrim Besar, yakni hanya apabila kedua aspek ini tercakup di dalam aspirasi menuju pencerahan barulah aspirasi tersebut dikatakan murni dan lengkap. Je Rinpoche merujuk pada satu bagian dalam Abhisamayalamkara di mana terdapat satu bagian singkat yang khusus menjelaskan tentang hal ini.
Perlu dipahami bahwa apabila seseorang mendasari aspirasi pencapaian Kebuddhaan berdasarkan cinta kasih dan welas asih, ini adalah satu bentuk batin pencerahan (bodhicitta), tapi tidak lengkap. Jika bodhicitta tersebut hanyalah terbatas pada motivasi altruistik semata-mata, dengan kata lain sepenuhnya beroritentasi pada makhluk lain, maka ini bukanlah bodhicitta yang lengkap. Kalau kita tidak hati-hati, bodhicitta kita bisa jadi hanya terbatas pada motivasi altruistik saja, dan ini adalah kesalahan. Bodhicitta yang merupakan cinta kasih dan welas asih agung haruslah dipahami bukan berdasarkan pada motivasi altruistik saja, tapi juga mencakup motivasi pribadi. apabila kedua aspek ini lengkap barulah dikatakan bodhicitta-nya murni dan lengkap.
Kita sering berpikir dan melafalkan ?Demi semua makhluk, untuk mengakhiri penderitaan dan mencapai kebahagiaan mereka, aku akan mencapai Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna…? di satu sisi pernyataan di atas adalah benar, tapi masih kurang tepat. Ketika kita mengatakan bahwa ?demi semua makhluk? kita ingin mencapai Kebuddhaan, ini adalah benar, tapi kurang tepat, karena sepenuhnya bersifat altruistik, sehingga bodhicitta yang dikembangkan menjadi tidak lengkap, karena aspek personalnya tidak ada. Jika seseorang tidak menyadari bahwa aspek personal juga tercakup di dalamnya, berarti bodhicittanya tidak lengkap. Dari pernyataan di atas, kita bisa melihat tujuannya, yakni Kebuddhaan, tapi alasan untuk mencapainya tidak jelas, karena tidak disebutkan secara eksplisit. Yakni, tidak disebutkan bahwa kita ingin mencapai Kebuddhaan demi diri sendiri juga.
Sekali lagi ditekankan bahwa tujuan Kebuddhaannya ada dan jelas, tapi alasan untuk mencapainya tidak lengkap dan tidak jelas disebutkan. Sehingga, dalam kasus seperti ini, bodhicittanya tidak sempurna dan tidak lengkap. Di satu sisi, kita perlu memahami bahwa kita bekerja demi semua makhluk. Tapi, di sisi lain, kenyataan bahwa kita sendirilah yang harus mencapai Kebuddhaan adalah fakta yang tak bisa dipisahkan. Artinya, bukan semata-mata dengan semua makhluk lain, tapi juga mencakup demi diri kita sendiri juga, karena hanya dengan menjadi Buddha-lah, kita baru benar-benar bisa mencapai kebahagiaan. Pertama-tama kita sampai pada keinginan untuk mewujudkan kebahagiaan makhluk lain, yakni dengan mengembangkan cinta kasih dan welas asih. Dari situ, kita merasa kita benar-benar harus mencapai Kebuddhaan karena hanya inilah satu-satunya cara yang efektif. Dengan demikian kita bisa memenuhi aspek lainnya, yaitu dalam rangka untuk bisa sepenuhnya membaktikan diri untuk makhluk lain, kita perlu mencapai kesejahteraan kita sendiri. Jika tidak, kita tidak bisa membaktikan diri sepenuhnya pada makhluk lain.
Jika kita tidak mendedikasikan diri untuk mencapai tujuan kita sendiri, maka kita tidak akan pernah bisa membaktikan diri demi tujuan makhluk lain. Dengan kata lain, tentu saja kita membaktikan diri demi tujuan semua makhluk, tapi kita juga perlu memahami bahwa, kecuali kita bisa mengakhiri penderitaan kita sendiri dan mengembangkan kualitas-kualitas bajik dengan sepenuhnya, maka sebelum diri kita sendiri mencapai hal ini, maka kita tidak akan bisa mencapainya untuk makhluk lain. Setelah kita menyadarinya, barulah kita mengembangkan keinginan untuk menghilangkan semua bentuk penghalang dan mengembangkan semua kualitas bajik.
Ketika kita memikirkan ataupun melafalkan ?demi semua makhluk, aku harus mencapai Kebuddhaan..,? jika kita tahu bagaimana merasakan kalimat tersebut, maka pernyataan tersebut cukup bagi kita untuk membangkitkan bodhicitta yang murni. Tapi, bila tidak cukup paham, artinya tidak cukup menyelidiki dan memahami cara membangkitkan bodhicitta yang sebenarnya, maka pernyataan itu saja tidaklah cukup. Kita perlu memahami apa-apa saja yang dibutuhkan untuk membangkitkan bodhicitta yang sebenarnya.
Kalau kita merujuk pada teks-teks besar yang penting, kita bisa melihat bahwa definisi bodhicitta sangatlah jelas. Di antara teks-teks itu, definisinya sedikit berbeda, tapi inti maknanya sama. Yakni, kesadaran seorang makhluk Mahayana yang mengakibatkan ia berkeinginan untuk mencapai kebahagiaan semua makhluk. Pernyataan ini mengandung niat untuk mencapai pencerahan.
Sekali lagi, mari kita lihat definisi bodhicitta. Yakni, kesadaran mental?yakni batin utama?yang dimiliki oleh seorang Mahayanis (arus batin seorang Mahayanis) yang mengandung sebab berupa niat untuk memenuhi kebahagiaan semua makhluk, yang dibarengi dengan keinginan untuk mencapai pencerahan sempurna/ Kebuddhaan. Untuk menghasilkan bodhicitta, kita harus punya sebabnya, yakni cinta kasih dan welas asih. Jadi ada dua aspirasi yang tercakup di sini, yakni demi semua makhluk lain, yang merupakan bodhicitta, yang dibarengi dengan niat demi pemenuhan tujuan pribadi, yang sejalan dengan batin utama bodhicitta tersebut.(jl)