Jadwal rutin bulanan dharma akhir pekan di center Prancis bimbingan YM Dagpo Rinpoche kembali dilaksanakan di bulan Februari 2010. Kegiatan ini disiarkan langsung melalui webcast yang bisa diakses oleh center-center Rinpoche, termasuk di Indonesia. Anggota Kadam Choeling Indonesia di kota Malang, Jawa Timur, juga berkesempatan untuk mengikuti siaran ini.
Kegiatan diawali dengan puja ?Untaian Bagi Yang Beruntung? pada pukul 10:00 waktu Prancis (pukul 16:00 WIB) yang dilanjutkan dengan pembabaran dharma pada pukul 14:00 waktu Prancis (pukul 20:00 WIB). Lepas puja sesi pertama, Rinpoche memberikan sedikit nasihat sehubungan dengan melodi puja dan seragam baru untuk anggota persamuhan umat Guepele Ling.
Berikut adalah transkrip berdasarkan tulisan tangan perangkum untuk sesi pertama:
Rinpoche mengingatkan akan pentingnya melodi puja. Ada dua silsilah melodi, yakni silsilah yang berasal dari Gyelwa Ensapa dan silsilah Dagpo Dratsang yang berasal dari Gyelwa Gendun Gyatso. Sekarang ini para sesepuh yang mengetahui melodi puja sudah sangat sedikit. Penting bagi kita semua untuk mempertahankan melodi-melodi puja yang benar dan mewariskannya. Oleh sebab itu, akan dibentuk sebuah komite yang akan melatih orang-orang yang akan mempelajari melodi puja dengan benar untuk mempertahankan dan mewariskannya. Ide pembentukan komite ini sudah pernah disinggung sebelumnya, dan sekarang adalah saat untuk mewujudkan sebuah komite yang terdiri dari orang-orang yang berlatih melodi puja.
Kita perlu memahami tujuan pembentukan komite ini, yakni untuk mempertahankan dan mewariskan melodi puja. Yang dipertahankan dan diwariskan bukan melodi demi kepentingan musikal semata-mata, namun kita perlu memahami dari mana melodi-melodi ini berasal, yakni berasal dari guru-guru besar yang sudah mencapai realisasi dan mendapatkan penglihatan langsung akan guru spiritual ataupun yidam mereka. Contohnya adalah Je Rinpoche yang mendapatkan melodi puja dari praktek Cakrasamwara ketika beliau mengalami penglihatan langsung dalam praktek ini. Begitu pula dengan melodi-melodi puja lainnya, yang tidak muncul dengan begitu saja, tapi memiliki asal-usul, yakni dari pengalaman-pengalaman praktek yang khusus. Oleh sebab itulah melodi puja sangat penting dan mengandung berkah.
Contoh melodi puja dari silsilah Gyelwa Ensapa adalah melodi visualisasi ladang kebajikan (Ladang Kebajikan Lama Chopa) yang dipraktekkan pagi tadi. Selain itu, melodi puja lain yang berasal dari silsilah ini adalah Permohonan Penunjang. Melodi-melodi ini semua berasal dari pengalaman praktek yang khusus berkaitan dengan guru spiritual, yidam, dan lain sebagainya, dan oleh sebab itu kita perlu menjaganya. Mungkin anda semua bisa memperhatikan kasus di mana orang-orang mengalami kesulitan ketika belajar sendiri, tapi ketika mereka mendengarkan melodi puja, mereka bisa tersentuh atau tergerak, dan kemudian mendapatkan semacam transformasi batin. Jadi keseluruhan tujuannya adalah untuk menjaga faktor-faktor yang tersedia agar kita dapat memperoleh transformasi internal, yakni menjinakkan batin kita, menenangkan emosi-emosi yang kasar, sifat bermusuhan, pikiran yang dipenuhi kecemasan atau kekalutan, sehingga bisa sepenuhnya terkendalikan dan menjadi halus. Inilah sebenarnya tujuan dari memelihara dan mewariskan melodi-melodi puja dalam bentuk yang murni.
Sumber melodi puja, seperti yang sudah disebutkan tadi, adalah berasal dari pengalaman langsung seorang guru dengan yidamnya. Contohnya adalah melodi yang diperoleh oleh Je Rinpoche dari praktek Cakrasamwara. Namun ada pula sumber lainnya, yakni dari yogi-yogi yang telah mencapai realisasi sendiri. Contohnya adalah Jetsun Milarepa dengan kidung-kidung mistiknya. Contoh lainnya misalnya guru-guru besar yang telah mendapatkan realisasi, apakah itu penolakan samsara, batin pencerahan, ataupun pandangan unggul, yakni kebijaksanaan superior yang menembus shunyata. Guru-guru besar ini kemudian menyanyikan sebuah melodi tertentu langsung di tempat kejadian ketika mereka mendapatkan pengalaman realisasi tersebut. Itulah sebabnya mengapa melodi-melodi puja mengandung berkah yang sangat besar.
Semua orang bisa mendapatkan manfaat dari melodi dengan berbagai alasan. Namun, tentu saja, tidak semua orang memiliki kualitas suara yang sama dikarenakan karma yang berbeda-beda. Beberapa orang memiliki suara yang lebih kuat dibandingkan yang lainnya. Orang-orang yang nantinya berperan dalam memelihara dan mewariskan melodi-melodi ini haruslah orang-orang yang memiliki kualitas suara yang bagus dan kuat, yang nantinya akan menjadi bagian dari komite yang akan dibentuk ini.
Dahulu di biara, ada seorang guru yang khusus mengajarkan melodi puja. Beliau menjelaskan kepada Rinpoche bahwa seseorang yang melafalkan puja, apabila memiliki suara yang bagus akan lebih baik, tapi kalaupun tidak, minimal orang tersebut haruslah berusaha melafalkan dengan sebaik-baiknya, karena ia akan menciptakan sebab untuk mencapai kualitas ucapan Buddha yang dilengkapi dengan enam puluh kualitas unggul. Pada saat itu, Rinpoche tidak begitu memikirkan ucapan sang guru, tapi sekarang, semakin dipikir, Rinpoche merasa hal tersebut semakin penting. Jadi, seseorang haruslah melafalkan melodi puja dengan sebaik-baiknya. Karena dengan menyanyikannya dengan baik, seseorang sudah termasuk mempersembahkan suara, yang termasuk dalam persembahan bunyi-bunyian dalam rangkaian Doa Tujuh Bagian. Dalam satu bagian doa ini ada frase yang bunyinya ?Menyanyikan lautan pujian yang tanpa batas.? (Kidung Manggala Bakti, Nyanyian Bhakti Putra Sudhana, hal. 44?terbitan Kadam Choeling Indonesia, red.) Selain itu, di dalam praktek Tantra pun, seseorang dengan menggunakan shabda, bisa mempersembahkan bunyi-bunyian dengan menggunakan suaranya.
Untuk komite yang akan dibentuk nanti ketuanya adalah omze resmi sekarang, yakni Thierry. Anggota-anggotanya mencakup omze sebelumnya, Pierre Lafforge, dan juga omze-omze yang sekarang ini bertugas bergiliran, misalnya Marie-Ange, Stefan, Frederic. Termasuk pula mereka-mereka yang lebih senior yakni Lobsang Chokyi, Claire Charpentier. Untuk yang baru-baru misalnya Gianni yang belakangan ketahuan memiliki suara yang bagus. Ada pula Francoise, Nicole Gontier, Lucien, Violet, beberapa orang di Bordeaux, beberapa lagi yang di Belanda, seperti Hilma, Lido, Elie. Tentu saja Rinpoche tidak mengetahui semua orang yang memiliki suara yang bagus, jadi kalau ada yang mengetahui siapa-siapa saja yang suaranya bagus, Rinpoche tentu ingin mengetahuinya. Untuk orang-orang ini ada baiknya pada saat puja duduk di depan, misalnya orang-orang Prancis semuanya duduk di deretan depan. Orang-orang Belanda juga bisa kumpul jadi satu supaya orang-orang yang suaranya bagus tidak terpencar karena suara yang dihasilkan nantinya juga tidak serempak.
Pusat Dharma (center) Ganden Ling ini sudah terbentuk untuk waktu yang cukup lama. Sebagai tambahan, beberapa tahun yang lalu, telah terbentuk sebuah persamuhan umat (congregation) yang baru. Orang-orang yang menjadi anggota persamuhan ini adalah mereka yang sudah berkomitmen untuk melatih diri pada tahapan jalan, dan kualitas komitmen mereka sudah serius. Nama persamuhannya adalah Institute Guepele. Selama ini belum ada pakaian khusus atau seragam buat anggotanya. Bagi anggota persamuhan yang sudah ditahbiskan tentu tidak masalah karena mereka sudah memiliki pakaiannya sendiri. Namun, untuk anggota persamuhan yang non-biksu atau non-biksuni, mereka tidak memiliki pakaian khusus yang menunjukkan mereka memiliki komitmen yang serius untuk melatih diri. Jadi kalau misalnya orang-orang ini keluar untuk memberikan ceramah, seminar, dsb; kurangnya pakaian khusus ini sudah terasa. Oleh sebab itu, akan ada semacam seragam yang akan membedakan orang-orang ini dari praktisi biasa.
Anggota-anggota persamuhan ini ada yang ditahbiskan dan ada yang tidak. Untuk yang tidak ditahbiskan, mereka akan mengenakan pakaian khusus yang rencananya akan dibagikan hari ini. Seragam ini bisa dipakai pada kondisi-kondisi tertentu, misalnya pada Minggu pagi besok ketika anggota persamuhan berkumpul di Ganden Ling untuk melakukan praktek puja bersama. Namun apakah seragam ini juga nantinya dipakai pada saat puja di Yiga Chodzin, Rinpoche masih belum memutuskan dan akan memikirkannya lebih lanjut. Dengan adanya seragam ini, ketika anggota persamuhan dikirim ke luar untuk melakukan tugas-tugas tertentu, mereka bisa dikenali sebagai perwakilan dari persamuhan Guepele Ling. (jl)