Forum 104 rue de Vaugirard, Paris 15e, M? Montparnasse
Paris, Perancis.
Selasa malam waktu Paris. Bertempat di Forum 104 rue de Vaugirard, Paris 15e, M? Montparnasse. Orang-orang berdatangan dari segala arah, baik dari Paris maupun luar Paris. Ada yang baru pulang dari tempat kerja, ada juga yang datang dari rumah. Mereka berkumpul di sebuah ruangan yang sudah menjadi tempat diselenggarakannya teaching Rinpoche di Paris selama bertahun-tahun. Dahulu Rinpoche mengisi forum ini saban Selasa tiap minggu. Sekarang pun masih digelar pada hari Selasa (Mardi dalam Bahasa Perancis), namun Rinpoche sudah tak mengisinya sesering dulu. Kalau bukan diisi oleh Rinpoche, sesi ini akan diberikan oleh murid-murid Rinpoche yang telah dipercaya untuk memfasilitasi sesi pembelajaran. Mardi yang diberikan oleh Rinpoche kali ini jatuh pada tanggal 8 Desember 2009, dan jadwal Mardi Forum berikutnya sudah tersedia, yakni pada tanggal 12 Januari 2010. Peserta yang datang pada forum ini sebagian besar adalah murid-murid senior. Mereka dengan setia berusaha mengikuti setiap ajaran yang disampaikan oleh Rinpoche secara berkelanjutan pada sesi ini. Namun, banyak juga orang-orang baru yang berdatangan pada forum di kota Paris ini. Ruangan yang cukup lebar dan dipenuhi kursi-kursi terisi penuh oleh peserta yang antusias.
Rinpoche memulai sesi dengan motivasi dan meditasi pernafasan. Sejenak orang-orang yang pagi dan siang harinya sibuk dan bergerak cepat di kota metropolitan Paris diajak tenang dan memperhatikan nafas oleh Rinpoche. Setelah itu Rinpoche melanjutkan kembali ajaran yang telah disampaikan pada sesi sebelumnya. Salah satu teks acuannya adalah Surat kepada Seorang Sahabat oleh Yang Arya Nagarjuna. Beberapa poin yang dibahas adalah kilesa, yakni kilesa kemelekatan, yang timbul dari pintu indra penglihatan. Pertama-tama terjadi kontak antara indra mata dengan objek, lalu muncullah perasaan, apakah itu menyenangkan, tidak menyenangkan ataupun netral. Sampai pada tahap ini masih oke, namun tahap berikutnya sangat krusial. Untuk perasaan yang menyenangkan, berikutnya adalah munculnya kemelekatan. Rinpoche mengambil contoh suasana Paris menjelang Natal yang semarak dengan lampu dan barang belanjaan. Suasana semarak seperti ini sangat rentan untuk memicu munculnya kilesa kemelekatan yang masuk melalui indra penglihatan. Selain kemelekatan, penyakit kilesa lainnya adalah kemarahan dan kebodohan batin. Kalau dalam keadaan normal atau biasa-biasa saja, kilesa kemarahan tidak akan muncul, tapi bukan berarti seseorang tidak mengidap kilesa ini. Seandainya seseorang tiba-tiba mencela atau mencaci maki kita, sangat mudah bagi kita untuk terprovokasi dan kemudian menjadi marah. Karena amarah, seseorang bisa mengucapkan kata-kata yang salah bahkan secara fisik menyakiti orang lain. Demikian sekilas kabar dari satu lagi sesi pembabaran dharma yang diberikan oleh Dagpo Lama Rinpoche menjelang penutupan tahun 2009 ini. (jl)